Mengantarkan

Diandra berlalu meninggalkan rumah sakit diantar oleh supir yang biasa mengantarkannya kemana-mana. Sedangkan di tempat lain, Varo nampak canggung berada diantara ibu dan anak itu.

"Kak Varo, kalau kakak sibuk, Nya gak apa-apa kok ke kampus sendiri. Lagian Nya masih mau bantu ibu beres-beres dulu terus pulang ke rumah." Ananya membuka suara.

"Tidak apa-apa, di kantor ada Heri dan Vino yang menghandle pekerjaan." Jawabnya santai.

"Beneran nih kak, tidak apa-apa?" Lidik Ananya.

"Iya, tidak apa-apa. Kamu tunggu disini, kakak mau keluar sebentar." Kemudian meninggalkan kamar perawatan Ibu Lena menuju bagian administrasi. Ia berniat menyelesaikan biaya pengobatan Ibu Lena. Setelah menyelesaikan semua administrasi, ia kembali meneui Ananya dan ibunya.

"Sudah siap ?" tanya Varo dengan wajah datar.

"Iya kak, sudah selesai." Ananya berjalan mendekati ibunya kemudian memapahnya untuk berjalan. Sedangkan Varo sendiri membawa tas pakaian Ibu Lena.

"Kak, Ibu, tunggu disini sebentar yah. Nya mau ke bagian administrasi." Saat hendak pergi, Varo menahannya.

"Maaf, bukannya lancang. Tapi sudah kuselesaikan semuanya." Kata Varo.

"Tapi, kak... Nya bisa kok, kenapa kakak repot-repot."

"Tidak apa-apa, ayo jalan." Varo tidak mempedulikan Ananya yang masih ingin berdebat.

Varo mengemudikan mobilnya menuju alamat yang di sebutkan oleh Ananya untuk mengantarkan Ibu Lena terlebih dahulu. Sesampainya disana, Ananya turun menggandeng ibunya masuk ke dalam rumah disambut oleh Ibu Anna, adik dari Ibu Lena yang ditinggal mati oleh suaminya. Varo mengekori keduanya dari belakang sambil membawakan tas pakaian.

"Bagaimana keadaan kakak ? Apa sudah baikan ?" Tanya tante Anna dan dijawab dengan senyuman oleh Ibu Lena.

"Ibu sudah baikan kok, Bunda. Hanya saja masih perlu istirahat. Nya titip Ibu yah, Bund... Nya mau lanjut ke kampus." Kata Ananya kepada Ibu Anna yang dipanggilnya dengan sebutan Bunda.

"Loh, Nya.... ini siapa ? Apa ini kekasih kamu nak ?" Tanya Anna.

"Aduhh bunda, apa-apaan sih. Ini kak Varo, kakaknya Vino temennya Nya. Nya mana punya pacar..!" Jawabnya dengan mengerucutkan bibirnya karena merasa kesal dan malu atas perkataan bundanya.

"Halo, tante... Saya Varo.!" Varo mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Ibu Anna.

"Halo nak Varo,.. maafin tante yah. Tapi kalau kalian beneran pacaran tante gak apa-apa kok. Iya kan kak ?" Goda Anna.

Bblluuuusshhh...

Seketika wajah Ananya dan Varo berubah merah merasa malu.

"Bunda... jangan gitu dong.. Nya berangkat yah." Menyalami tangan ibu dan bundanya diikuti oleh Varo. Keduanya masuk ke dalam mobil, Varopun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kampus Ananya.

Hening...

"Eemmm....Kak Varo maaf yah." Ananya membuka suara.

"Untuk ?" Varo bertanya.

"Ya untuk yang tadi. Bunda emang gitu orangnya. Tapi dia baik kok." Jelas Anannya.

"Ooh itu, tidak apa-apa kok." Jawab Varo singkat.

"Tapi tadi Nya liat muka kak Varo merah, kayak pakai blush on gitu, tandanya Kak Varo malu di ledekin sama bunda." Tutur Ananya.

"Berarti tadi kamu perhatiin aku." kata Varo datar.

"Ya bukan gitu, tapi anu... ya... gitu... Muka kakak merah." Ananya gelagapan memberi alasan.

"Bukankah pipi kamu juga merona tadi ? berarti kamu juga salah tingkah kan ?" Varo balik bertanya.

Ananya memalingkan wajahnya dengan kasar. Dia sedikit menganga tidak menyangka apa yang baru saja di katakan oleh Varo.

"Hhmmm... dia bisa melucu juga ternyata. kupikir dia adalah gunung es angkuh yang tidak bisa dicairkan." Ananya membatin.

"Berarti kakak tadi memperhatikan Nya juga yah...!?" Ananya berusaha mengalihkan kegugupannya.

"Iya !!!" Lagi-lagi Varo menjawab dengan singkat.

Ananya semakin salah tingkah, kini ia lebih memilih bungkam dibanding harus mengakrabkan diri dengan Varo yang menurutnya sangat jujur.

"Kamu tidak bekerja ?" Varo bertanya.

"Sebenarnya Nya sudah memasukkan lamaran di beberapa perusahaan kak, tapi sampai sekarang belum ada panggilan. Mungkin Nya tidak memenuhi syarat kali." Jawabnya dengan raut pasrah.

"Bekerjalah denganku, kebetulan aku kekurangan tenaga." Varo menawarkan.

"Benarkah ??? Tapi aku tidak mau jadi sekretaris." Kata Ananya yang membalikkan badannya ke arah Varo.

"Kenapa ?" Tanya Varo penasaran.

"Imagenya buruk." Jawabnya santai.

"Haahaahaa... Ya tidak semua sekretaris seperti itu. Tergantung personalnya." Varo mejelaskan.

"Ya tetap saja Nya tidak mau. Oh iya kak, sekali lagi makasih yah, hari ini kak Varo bantuin Nya banyak banget. Nya jadi gak enak. Tapi sutu saat Nya akan membalasnya." Katanya kemudian dengan nada yang bersungguh-sungguh.

"Kalau gak enak yah kasih kucing aja." Kata Varo dengan nada cueknya sambil melirik wajah Ananya yang terlihat menggemeskan.

"Apaan sih Pak Tua ini, garing banget becandanya." Gumam Ananya dalam hati.

"Kamu mengumpatku ?" Lidik Varo.

"Mana berani Nya mengumpat sama calon boss Nya. Jadi Kapan Nya boleh bekerja kak ?" Ananya mulai antusias.

"Kapanpun kamu mau, tapi ingat kamu masih dalam masa percobaan. kalau kerjamu bagus yah aku akan merekomendasikanmu. Tapi kalau kinerjamu buruk, I'm so sorry."

"Siap kak, Nya akan bekerja dengan giat. Kak Varo tidak akan menyesal mempekerjakan Nya." Ucapny dengan bangga.

"Simpan saja kata-katamu, buktikan saja nanti." Balas Varo.

Keheningan kembali terjadi di dalam mobil. Ananya menatap ke arah jendela melihat-lihat pemandangan di jalan raya. Ia nampak senang akan tawaran Varo untuk bekerja dengannya. Ia tak henti-hentinya mengulas senyum di bibirnya. Sesekali Varo melirik ke arah Ananya dan mengaguminya dalam hati.

"Bagaimana bisa ia sebahagia ini ?" Batin Varo.

"Sudah, kak... Nya turun di depan aja." Tunjuknya ke arah minimarket yang berada tepat di depan kampusnya.

Varo menepikan mobilnya, sedangkan Ananya mulai merapikan tasnya dan mengenakannya dipunggung.

"Makasih yah kak.. Nya turun dulu." Ananya hendak membuka pintu namun Varo menahannya.

"Ananya...!"

"Hhmm... ada apa kak ?" Ananya menoleh ke arah Varo.

Sebenarnya Varo ingin bertanya langsung apa hubungannya dengan Vino, adiknya. Namun ia mengurungkan niatnya, mengingat keduanya beum lama kenal. Ia akut jika Ananya akan tersinggung.

"Tidak apa-apa, kamu masuklah. Hati-hati..." Sambil mengulas senyum manis yang langka buat Ananya.

"Ya Tuhan... Pak tua itu ganteng juga kalau tersenyum. Tapi bodoh amat !!!" Ananya membatin.

"Terima kasih kak, kak Varo eh maksud Nya Pak Varo juga hati-hati yah. Sampai ketemu besok pak !!" Ananya turun dari mobil dan menutup pintunya kembali.

Varo menurunkan sedikit kaca mobilnya kemudian menatap ke wajah Ananya yang nampak tersenyum ke arahnya. Lagi-lagi Varo membalas senyuman Ananya, keduanya nampak saling melambaikan tangan.

.

.

.

.

**To Be Continued ( Bersambung )

Budayakan Like dan Comment setelah membaca.

Mohon berikan masukan yang sifatnya membangun.

Terima kasih ayang-ayangku 🥰**

Terpopuler

Comments

Zuliana Juli

Zuliana Juli

semogam mereka jadian

2022-05-24

0

smile

smile

namanya ananya panggil aja ana biar mudah

2020-10-23

0

Rully Meitianti

Rully Meitianti

susah ah namanya Ananya panggilan Nya, kl ganti jd Vanya atw Anya lbh mdh bacanya ga rancuu🙏🏻

2020-10-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!