Tania
Pagi ini, Aku merasa sedikit lebih bersemangat dari biasanya. Entahlah. Tapi sejak semalam ketika ada notifikasi follow dari seorang yang sedikit menarik perhatianku, aku tidak bisa menahan gejolak yang aneh pada diriku.
Dengan langkah tergesa-gesa menuju kelas aku melewati gerbang, parkiran, lapangan dan menyusuri koridor menuju kelasku yang memang ada di ujung koridor tersebut. Aku masih berjalan dengan riang, melewati kelas demi kelas ketika mataku tertuju dengan mata yang juga menatapku, mata bulat milik cowok manis itu menatapku lekat, pandangan kami bertemu dan tetap melangkah saling mendekati, saat jarak tersisa tiga langkah lagi, cowok tampan itu melengkungkan bibirnya membentuk senyum manis.
Oh My God !
Jantungku !
Aku yang masih menatapnya sambil berusaha membalas dengan senyumnya. Namun aku sadar senyumanku pasti aneh. Kikuk. Kami berpapasan dan saling melewati tanpa sepatah kata.
Namun jantungku tidak baik-baik saja, seakan melompat dari tempatnya. Dengan langkah setengah lari sambil menahan bibirku agar tidak terlalu menunjukkan rasa yang membuncah. Aku masuk ke kelas dengan melompat kegirangan tepat di depan Eby.
"By........ " jeritku sambil memegangi dadaku " aku jatuh cinta By" Aku memekik kegirangan tanpa menghiraukan teman kelasku yang lain, walaupun keadaan kelas memang masih agak lenggang.
Yah, aku menamainya Cinta. Apalagi kalau bukan jatuh cinta? aku yakin perasaan ini sama yang sering aku nonton di drama-drama korea atau film-film romantis.
"kesambet yahh? " Eby memicingkan mata aneh melihat tingkahku. Tidak seperti Tania yang biasanya.
" By.. liat By" aku melangkah duduk di samping Eby sambil mengeluarkan ponselku. "dia follow Ig aku" kataku dengan nada riang.
"Dia juga follow aku kok" kata eby sambil berusaha menunjukkan maksudnya dan benar saja apa yang dikatakan Eby. Tiba-tiba tersersit sedikit rasa kecewa.
Diam sejenak kemudian tetap optimis.
"Tapi tadi dia senyum sama aku By, sumpah maniiiiisssss" ceritaku lagi sambil mencubit lengan kanan Eby.
"Sakitt ta" protes Eby sambil mengelus lengannya. Aku hanya terkekeh sambil membayang senyuman dengan gigi gingsul itu.
"Bahas apa sihh? " tanya Rian yang baru masuk kelas. Belum sempat menjawab pertanyaan Rian suara hentakan sepatu dari arah pintu masuk terdengar. Yah benar, bu Mala, guru matematika itu memasuki kelas.
...*****...
Dea
" Hei... kamu Dicky kan? aku Dea" kataku sambil mengulurkan tangan.
"Dicky " jawabnya mengernyit heran sambil membalas uluran tanganku.
"Kalian aneh deh, sudah hampir satu semester sekelas tapi baru kenalan" celah Bima menatapku aneh.
Kami sedang duduk melingkar membentuk kelompok yang sudah ditentukan sang Guru. Ada Aku, Bima, Bambang, Cindy, dan Dicky di kelompok ini.
"Tugas kita apa sih? " Tanya Bima.
"Yaa ampun Bimaa, daritadi ngapain aja sihh? " Jawabku sok tau.
"Jadi tugasnya apa? " Ulang Bima menatapku remeh.
"Yaa ini, tugas biologi"
"Ya iyalah tugas biologi, kan lagi belajar biologi bloon. Maksud aku, kita mau ngapain? materinya apa? diapain? "
"Materinya apa Cin? diapain ini tugasnya? "
"Yakan sama aja, sok tau sih"
Aku hanya memutar bola mata mendengar ocehan mahluk ghaib itu.
"Kalau masih ribut, aku panggilin penghulu nih" ancam Bambang sambil menyeringai.
"Ihhhh, amit amit" aku bergidik ngeri seolah kalimat Bambang adalah kalimat paling menyeramkan. Sedangkan yang lain terkekeh senang.
"Yaa sudah, kayaknya kita butuh buku referensi dari perpus untuk tugas kita ini" jelas cindy yang memang termasuk siswi berotak encer di kelas.
"Temanya apa Cin?" Tanya Dicky
"Keanekaragaman hayati" jawab Bambang yang juga bisa diandalkan.
"Kita harus mengamati, mengelompokkan dan memberi contoh sebanyak-banyaknya keanekaragaman hayati yang ada di indonesia" jelas Bambang, yang lain hanya menganguk-anggukan kepala.
"Di buku ini sih ada, tapi kurang lengkap, jadi kita butuh buku dari perpus juga" sambung Cindy
"Ya sudah, biar aku cari di perpus bukunya" kata Dicky sambil berdiri.
"Aku ikut deh" dari pada tinggal sama Bima kan lebih baik action untuk PDKT Tania.
Semenjak Tania tertarik sama cowok satu ini, aku jadi penasaran. Seperti ini selera Tania? Tania itu sahabatku dari bayi. Iyah dari bayi. Aku tau Tania. Tapi sampai segede ini Tania sangat jarang naksir cowok. Yang ada dimana-mana dia yang ditaksir. Oh, kecuali satu orang dulu, aku juga tidak yakin. Tapi sepertinya pernah sekali dan ini kedua kalinya.
Kami meminta ijin pada bu Nia sang guru biologi keluar kelas kemudian berjalan beriringan menuju perpustakaan.
"Kamu akrab sama Bima? " Tanyaku memulai percakapan.
"Mmmhh.. lumayan" Jawabnya sambil tersenyum simpul.
"Ternyata benar kamu manis kalau senyum" Aku mengutuk bibir lemesku dalam hati.
"Hah? " Dicky mengangkat sebelah alisnya.
"Hhee. Nggak, itu ada orang yang bilang" aku hanya bisa nyengir, kemudian menutup rapat bibirku.
Kami memasuki perpustakaan, mencatat nama, kelas dan tujuan kunjungan di sana kemudian mencari rak buku khusus buku MIPA/Sains. Ada lima buku yang kami dapat sesuai dengan materi.
"Kayaknya ini sudah cukup " kata Dicky menghentikan pencariannya dan kami kembali ke kelas.
...******...
Tania
"Ta... tadi aku sekelompok sama Dicky" kata Dea sambil mencocol baksonya ke dalam saos.
"Dia lumayan pintar loh ternyata" lanjutnya kemudian menyuap baksonya
"Dan kamu benar dia manis"
"Tuh kann.... kalian aja pada buta" aku mencibir.
"Awas yah De, kalau kamu sampai suka " Ancamku sambil menodongnya dengan sendok.
"He is mine" Mataku tegas sok dramatis.
"Idihhhh, emang Dicky mau?"
"Yah pasti mau lah"
"Gak yakin aku. Dicky itu langka, gak kayak kebanyakan cowok"
"Tetap ajakan Dicky itu cowok normal, yah sukanya sama cewek cantik"
"Dicky siapa?" Benar saja, si Rian ini selalu saja datang tanpa di undang, seperti jelangkung. Dan satu hal yang hampir terlupakan kalau kami berada di kantin, tempat umum yang bisa saja ada teman Dicky, bahkan tidak menutup kemungkinan kalau Dicky ada di ruangan ini.
"Huss... " aku baru tersadar, celingukan kiri kanan seolah memantau.
"Ya elahh, dari tadi juga kalian cerita pake toa" Rian mencebik "Dicky siapa sih? " ulangnya namun tidak ada yang berniat menjawab.
"By...Dicky yang mana? " Rian berusaha menego Eby yang masih sibuk dengan gado-gadonya namun Eby hanya mengangkat kedua bahunya.
"Dik, air mineral juga satu yah" itu suara Bima dari arah belakang punggungku.
Spontan aku, Dea dan Eby memutar kepala, dan benar saja si Bima sudah duduk tak jauh di belakangku dan di samping pintu kantin tepat depan lemari pendingin, orang yang menjadi topik utama cerita kami sedang berdiri di sana. Aku menelan ludah.
Sejak kapan mereka disana?
......*****......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Elvi Sofiah Simatupang
haaaa.. dicky dengar
2022-07-01
0
Ummu Shafira
bru mampir ak,wah ceritanya seru kak.. keingat zaman² sekolah dlu 🥰🥰🥰waktu msh taksir²an😀😀😀
2021-12-12
1
iNDy💞
hmmm....🤔🤔🤔
2021-06-15
2