Setelah beberapa hari jadi pengintai, akhirnya aku sedikit tau tentang si gadis bermata bulat itu, namanya Tania Anastasya yang ternyata adalah kakak kelasku, kelas XII IPA.
Hari ini, jam kedua sebelum jam istirahat adalah mata pelajaran bahasa indonesia, sekilas dari balik jendela aku lihat Tania dan teman kelasnya berkumpul dilapangan sambil mendengar arahan dari Pak Doni.
"Saya akan bagi menjadi empat tim, dua tim cewek dan dua tim cowok, jadi tim cewek lawan tim cewek begitupun dengan tim cowok lawan tim cowok". kira-kira seperti itu arahan yang sama-samar aku dengar.
Meskipun di depan kelas Cindy sedang membacakan sebuah puisi karya Chairil Anwar, tapi perhatianku malah ke arah lapangan. Tim cowok yang berada di kelas itu diberi kesempatan untuk bermain lebih awal mengambil posisi masing-masing.
Tak lama suara sorakan seisi kelas tiba-tiba terdengar kemudian terlihat Ibu Ira keluar dari kelas dengan langkah yang tergesa-gesa lalu disusul bubarnya teman-teman mengikuti jejak Bu Ira keluar kelas.
Aku yang ikut keluar kelas berniat ke kantin untuk mengisi kampung tengah yang memang tidak sempat diisi sejak pagi tadi tapi ekor mataku kembali menangkap sosok Tania yang sedang duduk di pinggir lapangan, dia dan teman-temannya sedang serius menonton permainan di depannya sesekali bersorak menyoraki sebuah nama yang mereka support .
Aku menghentikan langkahku tepat di depan pintu kelas sekedar berbasa-basi dengan teman-teman yang lain ketika melihat Dea berlari menghampiri Tania.
" Ta,kantin yukk"
"Lagi olah raga ini"
"Belum juga giliranmu ta" Dea sedikit mendesak
"Ya udah, aku ijin dulu sama Pak Doni"
Aku masih mengawasi dengan ekor mataku, Tania bercakap sebentar dengan Pak Doni lalu menggandeng Dea berjalan melewati kumpulan batangan.
"Kalau bidadari yang lewat anginnya beda yah" celetuk Hengki menatap punggung Tania kagum, rasanya ingin ku colok matanya pake kabel charger. Sudah dipastikan yang dimaksud bidadari adalah Tania.
"Iyalah, angin syurga. Beda kalau kamu,angin neraka " bima menanggapi.
"Angin neraka kayak gimana?"
"Dia sudah punya pacar gak sih?" Sadam malah menyuarakan isi hatinya.
Oke, sampai sini aku paham betul ternyata bukan cuma aku yang naksir, 9 dari 10 cowok di sekolah ini ternyata menarik simpati pada Tania.
Insecure? jelas. Kalau saingannya Bima atau Hengki aja aku sih pede aja. Nah modelan Sadam? Sadam ini walaupun terkesan cuek tapi covernya gak bisa membohongi kalau dia dari keluarga berada. Liat aja tas ransel Re* dan sepatu N*ke original no kw-kw an miliknya. Dan tampangnya? dengan tatapan sayu dan kulit cerah, jelas tipe cowok idaman para siswi disekolahan.
"Tuh si Rian. Siapa coba yang tidak mau sama cewek bening begitu"
"Dekat aja woi, sahabatan, semua orang juga tau"
"Dan semua orang juga tau kalau mereka saling suka"
Aku diam saja sambil menyimak, teman-temanku ini memang sedikit tau tentang Tania karena mereka pernah sekolah di SMP yang sama.
"Ke kantin yuk" Bima menepuk pundakku yang menyadarkanku dari lamunan.
Aku dan Bima masuk kantin dan lagi, ekor mataku menangkap kehadiran Tania, dia duduk berhadapan dengan Dea dan disampingnya ada seorang yang di duga bernama Rian dan benar saja karna tidak lama kemudian si Bima, temannya itu menyapa orang itu "woy, Bro Rian" sapanya sambil mengangkat sebelah tangannya.
"Woy Bim" balasnya.
"De aku duluan yahh" Pamit gadis bermata bulat itu pada sahabatnya yang masih mengunyah bakso bulatnya "Yan, cepet deh, kamu ketahuan Pak Doni bolos begini, dihukum nanti" lanjutku berusaha mengajak cowok yang bernama Rian.
"Duluan aja deh, sudah terlanjur absen juga" Rian menolak. Tania beranjak sambil terus mengoceh.Tanpa sadar aku terus memperhatikannya hingga sosoknya menghilang di balik dinding kantin.
"i see" batinku yang membenarkan obrolan teman-temannya tadi tetang Tania dan Rian.
sementara Bima mengajaknya duduk di dikursi yang masih kosong.
Setelah dari kantin, jam istirahat masih panjang, Aku memilih mojok lagi sambil bermain game online di ponselku.
"Liat Dea? " suara itu membunyarkan konsentrasiku dari layar. Dan benar saja, yang ada di depanku adalah Tania, sicantik bermata bulat, aku menelan ludah hanya bisa menganga merasa kikuk dengan keberadaan Tania yang sedang menatapku " Kamu liat Dea? katanya tadi di kelas tapi kok tidak ada" Aku mengerjap perlahan.
"Mungkin ke kantin" hanya itu yang terucap. kemudian melihat Tania berbalik arah sambil sedikit mengoceh "Mana sih tu anak".
Sampai depan pintu, Tania berpapasan dengan Bima, "Bim, kamu liat Dea?" Tanyanya.
"Tadi di perpus sama teman yang lain, lagi kerja tugas"
"Oo.. makasi Bim" Tania berbalik
" Eh kak,, Kak Tania " panggil Bima lagi, Tania menoleh, aku mengernyit "Kak Tania, minum apa tadi?"
"Mhh?? " Tania mengerutkan keningnya heran, aku merasa ada aroma-aroma modus disana.
"Pasti minum es teh manis yah" Tania masih menatap Bima heran "Kakak tambah maniss".
"Sialan kamu Bim, garing" Tania tertawa kecil mendengar gombalan garing ala Bima sambil melangkah.
Bima juga terkekeh melihat tingkah Tania " paling suka gombalin tuh kakak kelas, senyumnya manis" Kata Bima sembari duduk di bangkunya.
"Kamu suka? " Aku mendapati diriku bertanya penuh selidik.
"Tania?" Bima bertanya balik "Ya enggak lahh, buang-buang tenaga suka sama cewek kayak dia"
"Kenapa?"
"Cantik gitu, saingannya banyak. Aku ini bukan tipe pejuang tangguh"
"Cemen" Aku sedikit meremehkan.
"Atau jangan-jangan kamu lagi yang suka? " Bima malah balik menatapku penuh selidik.
"Emang ada larangan? siapa tau aku bisa jadi pejuang tangguh"
"Wah wahh,,, ternyata disini ada jagoan" bima sedikit meledek "Okee dehh, saya siap bantu dengan doa kalau-kalau sampai terjadi peperangan"
...*****...
Tania
"Dea....kamu di mana??" Aku sedikit berteriak melalui ponsel yang ku pinjam dari Eby.
"Di kelas ini, tapi..... " ponselku ketinggalan di kantin dan sedang berada di genggaman Dea.
"Aku ke kelas Dea ya By"
"Tapi bentar lagi masuk Ta" teriak gadis tomboi yang ku panggil Eby itu tapi Aku segera menghilang di balik pintu kelas.
Tiba di kelas Dea, aku tidak mendapati siapapun di sana, kecuali cowok di pojok kelas itu yang tampak serius dengan ponsel di kedua tangannya.
"Liat Dea? " yang pertama ku lihat adalah mata bulat itu, aku merasa pernah melihat mata yang seperti itu "Kamu liat Dea, katanya tadi di kelas tapi kok tidak ada"
"Mungkin dia ke kantin" senyumnya sedikit miring
Ya Allah.. manis sekali mahluk-Mu satu ini.
Stop Tania.
Namanya siapa sih? perasaan Dea tidak pernah ngomong kalau di kelasnya ada mahluk semanis ini, bagaimana mungkin Dea tidak menyadari kehadiran cowok manis begini di kelas.
Jantungku berdetak tak seperti biasanya saat mata bulatnya itu menatapku dalam. Aku memilih segera pergi sebelum jantungku makin bertingkah dan ketika di depan pintu kelas aku bertemu Bima dan meluncurkan gombalan maut bin garing nya, aku hanya tersenyum sedikit malu-malu, bukan karna gombalan Bima tapi ternyata cowok manis bergingsul itu masih menatap ke arahku.
...********...
Happy Reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Susi Andriani
kumpulan batangan? astaga
2022-07-18
0
Aan Herawati
owalaaahh... sama2 bermata bulat..
2021-12-21
0
suansyah🌻🌞
ceritanya bagus aku suka😍..... jadi berasa anak sekolah lagi akunya😅
2021-08-09
1