Tania
"By.. cepetan By" Aku sudah siap untuk meninggalkan kelas tapi si Eby masih sibuk membereskan buku-bukunya. "Aku tunggu di kelas Dea yah Bi" Merasa tidak sabar aku sudah keluar kelas setengah berlari.
"Tania kenapa si By?" aku masih sempat mendengar Rian bertanya pada Eby. Eby hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban ketidaktahuannya.
Melihat kelas Dea juga sudah mulai bubar, aku langsung masuk mencari si suara cempreng, namun ekor mataku berusaha mencuri pandang ke arah pojok kelas.
"Tumben kesini, biasanya juga langsung pulang sama Rian"
Apaan sih,, sebut-sebut nama Rian lagi.
"Jalan dulu yuk, sudah janjian sama Eby juga" Ajakku.
"Kemana?" Dea sudah berdiri hendak melangkah tapi si cowok manis masih berbincang dengan Bima.
"Ikut aja" Kemudian aku menyeret Dea keluar kelas ketika melihat si senyum manis sudah keluar kelas. "De, cowok yang itu namanya siapa? " Aku menyerah. Aku penasaran.
" Yang mana? " Tanya Dea sambil mengikuti arah pandanganku "si Bima? "
"Ya elah. Bukan! yang satunya lagi, yang lagi jalan sama Bima, teman kelas kamu kan? "
" Oo.. yang itu, namanya..." dea tampak berpikir " lupa Ta" lanjutnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Astaga Dea, di kepalamu ini apa sih isinya, cowok manis gitu gak dinotice" aku menatapnya seolah tak percaya. Biasanya Dea paling cepat on kalau liat cowok cakep.
"Kenapa sih Ta?" Dea mulai curiga "Jangan bilang kalau kamu suka" matanya sudah membulat tidak percaya.
" Woi... main tinggal ini dua bocah" ternyata Rian dan Eby sudah berada dua langkah di belakang kami.
Aku memberi isyarat untuk tidak melanjutkan obrolan yang tadi sedangkan Dea menatapku dengan penuh rasa penasaran.
"Mau ikut aku pulang Ta? " Tanya Rian sambil merangkul bahuku dengan santai.
"Tadi kita mau jalan kan Ta?" Dea ikut bertanya "sama Eby juga"
"Mau kemana? aku ikut deh, gabut ini"
"Jangan ih, kita cuma mau ke rumah Dea, nobar di kamar aja, kamu tidak diijinkan masuk" Aku berusaha menolak.
"Jahat kalian" Rian melepaskan rangkulannya dan berjalan ke tempat parkir motornya "Bim, bentar sore jadikan? " Tanyanya pada Bima yang juga sedang berada di atas motornya.
"Jadilah" jawabnya singkat "Ehh Dik, mau ikut gak? main futsal " Aku memperlambat langkah.
Cowok manis yang
di panggil Dik tampak berpikir.
"Bolehkan? " Bima bisa membaca keraguan temannya.
"Bolehlah" Rian menepuk bahu cowok manis itu "Ya udah Bim, Dik sampai ketemu ntar sore"
...-----...
Kami meninggalkan sekolah menuju rumah Dea menggunakan taksi online.
"Ta, cerita sekarang" Dea mulai mendesak.
"Cerita apa sih? " Si tomboi Eby malah tidak mengerti arah percakapan kami.
"Tania, suka sama teman kelasku"
"Heh?" Eby yang biasanya cuek ikut penasaran.
"Bukan suka Dea, tapi penasaran " Aku menekan kata penasaran. Toh memang belum bisa dikatakan suka, baru pertama kali ketemu juga.
"Temanmu yang mana? siapa namanya? " Eby makin penasaran.
"Temannya Bima, yang selalu duduk di pojokan kelas, aduh, lupa lagi namanya" Dea mengutuk otak pelupanya.
"Yang mana sih? anak mana? alumni SMP kita juga ? siapa sih?"
"Bukan, dia bukan asli orang sini, kamu tidak kenal"
Aku hanya menghela napas , yang tadinya ingin mengorek informasi dari Dea ternyata tidak bisa diharapkan. Bagaimana mungkin nama temannya saja dia lupa atau mungkin dia memang tidak pernah tau nama orang itu atau memang tidak pernah mau tau?
Ahh, kalian memang buta! masa cowok manis bin ganteng begitu tak ter-notice.
...****...
Sesuai rencana awal, kami menikmati cemilan yang disediakan Kak Minah -ART Dea- di kamar sambil menonton drakor.
"Ta, aku sudah ingat namanya" kata Dea tiba-tiba.
"Siapa? "
"Namanya Dicky" Gumamnya setengah tidak yakin "Emang di kelasku ada yah namanya Dicky?" Gumamnya lagi lebih pada dirinya sendiri.
"Jadi bukannya kamu lupa sama namanya, tapi memang tidak pernah tau, ya kan?"
Eby merebut ponsel Dea yang di genggamannya. Benar saja, di sana ada foto Rian, Bima dan juga seorang cowok jangkung yang katanya bernama Dicky. tampaknya mereka sedang bermain futsal di salah satu sport center.
"Jadi Rian satu circel sama tuh orang? "
Giliranku merampas ponsel yang ada di tangan Eby. Dea dan Eby merapatkan kepala.
"Ini dia kan?" tanya Dea sambil menunjuk salah satu orang yang ada di foto itu.
"Iya, itu dia. Keren banget sih" menurutku pose candid cowok dengan rambut basah karena keringat yang sedang bermain futsal itu terlihat sangat keren.
"Biasa aja sih menurutku"
"Astaga By, matamu itu karatan yah, keren gini" Jelas aja aku protes.
"Ta, ini nama akunnya" Eby mengetuk satu kali pada layar ponsel yang di genggamanku dan munculah profil Dicky Anugrah.
"Yes, aku follow yah" Belum sempat Dea protes, aku sudah men-klik kata follow.
"Taniaaaa, itu akun aku, malu-maluin kamu Ta" Protes Dea sedikit cemberut, aku hanya tersenyum miring sambil terus memainkan jari-jarinya di layar itu, berusaha mencari-cari sesuatu informasi tentangnya.
"Asli cakep De" gumamku lagi sambil sedikit mencubit Dea dengan gemas.
Terpesona, yah Aku terpesona.
Dea dan Eby saling bertatapan kemudian kompak menggelengkan kepala.
...*****...
Dicky
Badanku seolah remuk, tulangku terasa kebas.
Tentu saja, sudah lama aku tidak berolah raga tapi hari ini aku tidak terpaksa ikut ajakan Bima, aku sangat penasaran dengan hubungan Tania dan Rian. kepo bukan?
Baru saja aku selesai mandi, masuk kamar memakai baju santai, mengambil ponsel dan keluar kamar lagi kemudian duduk di sofa berbaur dengan Ibu dan Dinda.
"Bapak belum pulang? " Tanyaku.
"Belum, mungkin bentar lagi" Jawab ibu.
Sebagai Anggota TNI, Abdi Negara yang walaupun gajinya tak seberapa tapi Bapak tetap bekerja tak kenal waktu untuk mengayomi masyarakat.
Dengan posisi rebahan di sofa sambil memainkan ponsel, iseng aku buka akun ig, ada beberapa foto yang menandai ku tadi saat bermain futsal. Dan melihat notif lain,
Renata.Dea _ followed you
Renata? Dea? ohh, Andea Renata teman kelasku yang punya suara cempreng itu, sahabatnya Tania.
Aku men-follback akun itu, kemudian dengan jiwa kepoku membuka profil ig Dea, dan mencari nama yang kira-kira ku kenali di followers Dea. Tanganku masih terus mencari nama Tania Anastasya, ada lebih dari 158RB followers disana, ternyata si cempreng itu memiliki banyak peminat juga. Jempolku mencari nama Tania di pencarian, ada satu akun yang muncul, setelah di cek poto profilnya ternyata bukan Tania yang itu. Kucari lagi 'Anastasya' ada dua akun yg muncul
Anastasya_Tasya, dan
Dwi.Anastasya
Dua-duanya bukan Tania. kembali iseng membuka profil Dea, ada beberapa foto disana, oh itu ada foto mereka bertiga. Dea, Tania dan si tomboi, Aku lupa nama si tomboi itu.
"Foto siapa kak? " Tiba-tiba saja kepala Dinda sudah nongol di dekatku "Wih, cantik sekali kak" Katanya lagi sambil merebut ponselku "Pacar kakak?"
"Apaan sih" Protesku sambil berusaha merebut ponselku kembali.
"Pacar kakak yang mana? yang tengah? gak mungkin yang cantik ini kan? kelewat cantik kalau sama kakak" ish, Dinda ini adik paling tidak tau sopan santun.
"Dinda, sini hp kakak" Ku minta ponselku dengan nada tegas, membuat Dinda yang masih ingin kepo jadi bergidik, perlahan dia menyodorkan ponselku. Aku mengambilnya kemudian berjalan menuju kamar.
"Jangan pacar-pacaran dulu, ingat sekolahnya" Ternyata ibu yang dari tadi hanya diam cukup menyimak dan memperhatikan tingkah anaknya.
"Enggak ada yang pacar-pacaran bu" jawabku sambil membuka pintu kamar. Ya kan, aku memang tidak pacaran, maksudnya belum. sampai Tania mau jadi pacarku, iya kalau Tania mau.
Di kamar aku melanjutkan aktivitasku, stalking. Dari foto tadi kegiatan stalkingku membuahkan hasil, ada dua nama disana yang pertama @Ebyblue dan @Beauty_ setelah ku cek benar saja akun @Beauty_ milik si beautifull Tania.
Dengan sekali klik aku men-follow akun itu.
Tunggu, jelas sekali kan kalau niatku mengikuti sosmed Tania.
Akhirnya aku juga mengikuti akun @Ebyblue.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
the power of stalking🤣
2021-07-17
1
Ayuchan Tik
jadi keinget si doi pas bikin akun palsu buat stalker aku, tapi pada akhirnya tetep ketahuan, aku kok dilawan, wkwk🤣🤣
2021-06-23
1
iNDy💞
aw..aw..aw..🤭🤭
2021-06-15
1