Pagi yang sudah ngga morning lagi...
Entah karena bawaan hamil atau memang Moza merasa kurang fit pada tubuhnya yang membuatnya malas beranjak dari tempat tidur. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya.
"Nyonya apa anda sudah bangun?" tanya bi Atik dari luar.
"Masuk aja, Bi" jawab Moza singkat.
Bi Atik kemudian segera masuk dan menghampiri Nyonya mudanya.
"Maaf Nyonya, di bawah sudah ada den Farid" ucap bi Atik sambil memperhatikan majikannya yang tampak pucat.
Moza masih melamun, kemudian bi Atik memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Nyonya, apa anda merasa tidak enak badan? nyonya sangat pucat" seru bi Atik.
"Kecapean aja kok, Bi" jawab Moza singkat
"Ada perlu apa sampe Farid ke sini, Bi?"
"Katanya ingin menyampaikan sesuatu hal, karena sekarang hari kelahiran nyonya" jawab bi Atik " Kalau nyonya memang membutuhkan waktu untuk istirahat biar nanti bibi panggilkan den Farid juga non Luna"
"Baiklah, Bi" jawab Moza. Kemudian bi Atik pamit dan menuju ruang tamu.
*
Sepuluh menit kemudian Moza turun dari kamarnya yang di lantai atas menuju ruang tamu menghampiri Farid. Luna yang dari tadi menunggu majikannya keluar, melihat majikannya mau menuruni tangga pun memapahnya pelan-pelan. Kemudian Moza duduk menghadap Farid.
"Ada apa, Farid?" tanya Moza.
"Begini nyonya, sebelum tuan Irsyad di rawat di rumah sakit" ucap Farid sambil menyodorkan map yang masih tersegel. "Tuan Irsyad menitipkan ini kepada saya, tepat di usia nyonya yang ke 25 tahun ini, karena tuan Irsyad berpesan saya harus menyerahkan ketika tepat usia nyonya genap 25 tahun" ucap Farid dengan ekspresi wajah tegang.
"Apa ini, Farid?" tanya Moza penasaran.
"Titipan dari tuan Irsyad, nyonya. Kalau begitu saya langsung pamit." jawab Farid kemudian beranjak pergi.
"Saya titip perusahaan ya, Farid" seru Moza kemudian beranjak dari temat duduknya menuju kamar.
***
Di kamar Moza langsung membuka map itu dan mengeluarkan semua isinya. Sontak Moza kaget karena ada foto sosok laki-laki yang wajahnya tak asing baginya. Melihat gelagat majikannya Luna menghampiri Moza karena penasaran.
"Ini kan Arzan, nyonya" seru Luna ikut menatap foto yang sedang di pegang majikannya.
"Ini maksudnya apa mas Irsyad" Moza bertanya-tanya sambil menitikkan air matanya. Kemudian segera membuka amplop kecil berisi surat dari almarhum suaminya.
*
*
"Selamat Ulang Tahun Istriku Moza Arisha Yasmeen"
"Aku minta maaf karena aku tidak bisa menemanimu sampai menua bersama, maaf kalau dari awal aku tidak jujur tentang penyakit ini. Aku sangat berterimakasih dan sangat beruntung bisa bersamamu, walau hanya sebentar saja. Aku bahagia karena rasa sayang dan cinta ini bukan aku saja yang merasakan sejak dulu, demikian juga denganmu istriku.
Maaf kalau kamu kaget dengan beberapa foto sosok laki-laki yang ada dalam map ini.
Dia Arzan Adama Avi, anak pak Adam.
Alasan kenapa aku mau mendonorkan ginjal karena ketulusan pak Adam selama bekerja sedari aku sendiri belum lahir, beliau menjadi sosok bapak disaat aku kecil sendiri diwaktu kesibukan ayah dan ibu waktu bekerja.
Arzan sosok yang baik seperti bapaknya, sampe detik ini pun aku yakin dia adalah sosok lelaki yang baik.
Tepat di usiamu yang ke 25 tahun Arzan genap berusia 20 tahun.
Aku harap kamu bisa memenuhi permintaanku, aku ingin kelak kamu menikah dengan Arzan dengan caramu. Sebelumnya aku sudah berpesan kepada pak Adam untuk menasehati Arzan, jika dia sudah ada jodoh. Tapi sebelumnya aku ingin memastikan Arzan benar-benar mencintaimu dengan tulus bukan karena paksaan dari pak Adam. Aku harap kamu paham dengan semua maksudku, Istriku."
Aku sangat menyayangimu."
*
*
Moza menitikkan air mata dan suaranya pecah di kamarnya. Luna yang penasaran dengan isi surat itu pun membacanya, betapa terkejutnya Luna. Karena benar ternyata itu adalah foto dan profile Arzan. Moza mendekap Luna sambil menangis sesenggukan.
"Apa yang harus kulakukan Luna?" seru Moza sambil menyeka air matanya.
"Saya juga bingung nyonya" jawab Luna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Moza terdiam, kemudian meraih album foto kenangannya bersama suaminya. Moza membuka satu persatu lembaran album fotonya.
Moza mengusap wajah almarhum suaminya di dalam foto album tersebut sambil menitikkan air matanya.
"Mas Irsyad, kenapa kamu meninggalkanku secepat ini" ucap Moza lirih.
Kemudian Luna menepuk bahu majikannya dengan pelan. "Nyonya, Tuhan pasti punya rencana lain yang mungkin nantinya akan lebih indah setelah semua apa yang sudah anda lewati dengan sabar dan Ikhlas. Saya yakin anda adalah wanita kuat, tangguh dan juga tegar" ucap Luna menyemangati majikannya.
"Entahlah, Luna. Saya rasa tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Mas Irsyad di hatiku ini." sahut Moza menghelai nafas terdengar suaranya yang putus asa.
"Nyonya, kalau menurut pemikiran saya, mungkin Tuan Irsyad sudah memastikan dan juga sudah mempersiapkan semua ini dengan perhitungannya yang sudah beliau pikirkan secara matang. Jadi tidak ada salahnya, nyonya mencoba mendekatkan diri dengan Arzan. Bukannya dua kali pertemuan dengan Arzan, anda merasakan kalau dia itu pria baik-baik, sopan dan juga suka menolong. Walaupun dengan orang yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya."
Di dalam hati, Moza membenarkan apa yang di katakan oleh Luna. Pasti almarhum Mas Irsyad mempunyai alasan tersendiri agar dirinya bisa menikah dengan Arzan, calon suami pilihan dari almarhum suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Danu Ibrahim
mau tanya film drakor yg bintangi visual kaka tolong dong d jadikn novel soalnya aq ninton cuma ga tau bahasanya hehehe
2020-12-23
0
neza קק"ל
weir sukollawat ya visual Irsyad
2020-10-26
0
Lusiana Ouw
mau klu calon suami nya kyk Arsad 😀
2020-10-25
0