Sejak pagi Nadia giat membersihkan kamar dan seisi rumahnya yang sederhana. Menyapu, mengepel dan mencuci piring. Karena fikirnya, hari ini dia akan lama berada di luar rumah untuk merapihkan tugas-tugasnya bersama remaja yang lain, ditambah hari ini akan ada pertemuan dengan murobbi (pendidik) untuk Liqo (pertemuan) setiap satu kali dalam seminggu. Nadia sedang bersiap-siap dirumahnya. Merapihkan pakaian dan khimarnya. Dikumpulkan semua yang diperlukan kedalam tasnya dan langsung mengambil kunci motor yang ada di meja riasnya. Ia pun keluar dan mengendarai motornya menuju masjid untuk mengambil buku catatan yang berada di loker diruang sekretariat.
Sedang silvi yang sedari tadi telah rapih dengan gamisnya yang berwarna cerah, kini duduk di teras rumah sambil menunggu Nadia. Diisi waktu luangnya untuk membaca Al-Qur’an. Dengan suasana yang tenang dan hembus angin yang begitu lembut menyapu wajahnya.
Nadia telah sampai dihalaman masjid dan mulai turun dari motornya sambil melepas helm dikepalanya. Arah pandangannya menuju pintu sekretariat yang berada diatas dan masih tertutup rapat, tak menandakan ada seseorang didalamnya. Hatinya pun berbisik, “yang pegang kunci siapa ya ?”.
Pandanganya kembali menyapu sekeliling masjid dan terhenti saat mengarah ke dalam masjid. Yang terlihat ada dua lelaki yang sedang sholat. Ia pun melangkahkan kakinya masuk kedalam masjid dan duduk menunggu dibelakang kedua lelaki tersebut dengan jarak yang cukup, sekitar 5 shaf kebelakang. Hingga terdengar bisik salam dari kedua lelaki itu yang berlanjut untuk berdoa. Nadia tetap menunggu dan tak ingin mengganggu. Tak lama, kedua lelaki itu bangkit dan menghadap ke belakang.
“astaghfirullah.” Ucap Ihsan, kaget.
“maaf bang ihsan, jadi mengagetkan.” Ucap Nadia dengan senyum malunya.
“ada apa, nad ?” Tanya Ihsan.
“mau minta kunci sekretariat. Apa ada di bang ihsan ?” Jawab Nadia sekaligus bertanya.
“oh, iya ada.” Jawabnya sambil merogoh kantong kemeja kokonya.
“nih. Nanti kalau sudah selesai, pegang saja ya.” Ucap Ihsan.
“iya, bang ihsan. Terima kasih. Assalamu’alaikum.” Ucap Nadia.
“wa’alaikumussalam ..” Jawab Ihsan dan Asyam.
Nadia mulai berlari pelan menaiki tangga menuju ruang sekretariat. Dibukanya pintu dan masuk untuk mengambil buku catatannya yang tertinggal dilokernya. Setelah didapatinya, Ia mengecek kembali lembaran catatan yang dibutuhkannya. Nadia pun bergegas keluar dan kembali mengunci pintu ruangan, lalu turun dan mengendarai motor menuju rumah Silvi. Sedangkan Ihsan kembali berbincang dengan Asyam sambil berjalan-jalan keluar.
“hari ini libur lagi, syam ?” Tanya Ihsan sambil menurunkan lengan bajunya yang tergulung.
“iya, san. Sabtu dan ahad, aku libur.” Jelas Asyam.
“Alhamdulillah. Berarti kalau ada kegiatan, insya allah bisa aktif terus ya.” Ucap Ihsan dengan senang.
“insya allah.” Balasnya.
Tiba-tiba, Zidan dan Syahrul datang menghampiri. Langkahnya semakin mendalam, memasuki aula masjid.
“assalamu’alaikum ..” Ucap Zidan kepada Ihsan.
“wa’alaikumussalam .. “ Sahut Ihsan dan Asyam.
Mereka saling bersalaman.
“Zidan .. kamu ga kerja ?” Tanya Ihsan.
“ngga, bang. Istirahat dulu lah.” Sahutnya.
“yasudah, kita ke sekretariat saja yuk.” Ajak Ihsan.
Mereka pun berjalan menuju ruang atas, diikkuti pula dengan Asyam dan Syahrul. Sesampainya didepan pintu, Ihsan seperti panik saat merogoh saku baju dan celananya.
“kenapa, san ?” Tanya Asyam.
“kuncinya ko tidak ada ya, syam.” Jawabnya.
“mmh (berfikir) .. kalau tidak salah, bukannya tadi diminta sama nadia ya ?” Ucap Asyam.
“astaghfirullah, iya. Aku lupa.” Ucap Ihsan.
“yasudah, kalau gitu. Syahrul dan zidan tolong beli bubur ayam untuk kita sarapan, masalah kunci nanti aku minta tolong asma untuk antar kesini.” Jelas Ihsan.
“oke, bang.” Sahut Zidan.
“ini, pakai uang ku saja.” Ucap Ihsan sambil memberikan selembar uang lima puluh ribu rupiah.
Mereka kembali menuruni tangga untuk mencari penjual bubur ayam. Saat dalam perjalanan Syahrul dan Zidan banyak berbincang-bincang.
“kalau dilihat-lihat bang asyam tampan juga ya, rul.” Ucap Zidan.
“hush, hati-hati lagi jadi tranding topik nih tentang LGBT.” Ucap Syahrul.
“hah? apan tuh LGBT ?” Tanya Zidan.
“haduu kamu ini ketinggalan banget deh.” Sahut Syahrul.
“LGBT itu singkatan dari Lesbian Gay Biseksual and Transgender.” Jelas Syahrul.
“hii.. aku masih normal kali, rul. Ini kan hanya penilaianku. Kamu ini suka berlebihan.” Ucap Zidan.
“haha.. aku kan hanya mengingatkan saja. Toh kamu jadi tau kan tentang hal ini kan.” ucap Syahrul.
“iya sih. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dia itu cocok lho sama salwa.” Lanjut Zidan.
“sama asma juga cocok, sama-sama lembut sikapnya.” Ucap Syahrul.
“sama salwa lebih cocok, rul. Cantik dan tampan.” Ucap Zidan.
“memangnya asma itu tidak cantik ?” Sahut Syahrul.
“ya cantik. Tapi lebih cantik salwa, rul.” Balas Zidan.
“sudahlah, asal jangan sama nadia saja.” Ucap Syahrul.
Mereka sama-sama saling melirik dan tersenyum.
Sementara itu, Asma yang sedang memasak bersama Bundanya di dapur. Terlihat Asma yang sedang mematikan teleponnya, tanda mengakhiri panggilan masuk.
“telpon dari ihsan ?” Tanya Bunda Zulfah.
“iya, bunda. Asma ke masjid sebentar ya, bunda. Mau antar kunci.” Jelas Asma.
“yasudah, biar bunda yang lanjutkan masaknya.” Ucap Bunda Zulfah.
“nanti asma balik lagi.” Ucap Asma.
“hati-hati dijalan ya, sayang.” Pesan Bunda Zulfah.
“iya, bunda. Assalamu’alaikum.” Ucap Asma yang melangkah menuju kamar untuk mengambil kunci dan mengantarnya kepada Ihsan.
Baru saja Silvi hendak masuk kedalam rumah, namun ada suara motor yang berhenti didepan rumahnya. Ia pun menoleh dan memastikan siapa yang mengunjunginya. Belum saja tuntas Ia membalikkan badannya, salam pun terdengar.
“assalamu’alaikum ..” Ucap Nadia penuh keceriaan diwajahnya.
“wa’alaikumussalam.” Sahut Silvi dengan senyuman dan menghampiri Nadia.
Mereka bersalaman sambil menempelkan pipi kanan dan kiri secara bergantian.
“maaf ya, ka silvi jadi menunggu lama.” Ucap Nadia.
“ngga apa-apa. Duduk dulu, aku buatin minum.” Ucap Silvi yang langsung masuk ke dalam rumah.
Nadia kembali membuka bukunya untuk melihat catatannya. Tak lama, SIlvi kembali membawa secangkir teh dan selembar roti isi selai yang sudah dipotong-potong.
“nadia, diminum dulu tehnya.” Ucap Silvi.
“iya, ka. Terima kasih.” Balas Nadia dengan senyuman.
“gini lho, ka. Satu bulan lagi kan ustadzah layla menikah. Beliau mau menyerahkan tugas mentoringnya ke ustadzah sholihah. Beliau bilang kalau bisa pagi ini kita temui ustadzah sholihah di masjid Al Barokah. Beliau ada halaqoh pagi ini disana.” Jelas Nadia.
“yasudah nanti jam Sembilan saja kita kesana.” Ucap Silvi.
Nadia dan Silvi melanjutkan berbincang-bincang , banyak yang mereka bahas dengan tema yang berbeda sambil menunggu waktu menunjukkan pukul 09.00. Sisa waktu untuk sampai pada pukul 09.00, Silvi dan Nadia bersiap-siap menuju Masjid Al Barokah untuk menemui Ustadzah Sholihah.
Bersamaan dengan Syahrul dan Zidan, Asma memasuki halaman masjid.
“syahrul, zidan ..” Panggil Asma yang berada beberapa langkah di belakang mereka.
“eh ada asma.” Ucap Syahrul.
“kalian mau ketemu bang ihsan kan ?” Tanya Asma.
“iya, tau ajah nih asma.” Sahut Zidan.
“titip kunci ya buat bang ihsan.” Ucapnya sambil memberikan kunci kepada Zidan.
“ini dia nih yang ditunggu daritadi, sampe harus beli bubur dulu.” Ledek Syahrul.
“yasudah, aku balik ya. “ Ucap Asmadengan senyuman.
“assalamu’alaikum ..” Ucap Asma.
“wa’alaikumussalam..” Sahut Syahrul dan Zidan.
Sesampainya Nadia dan Silvi di halaman parkir masjid Al Barokah, terlihat halaman Nampak sepi. Hanya ada seorang lelaki yang sedang berjaga sambil membaca Al-Qur’an. Nampaknya Ustadzah Sholihah masih dalam jam mengajar di dalam aula masjid. Mereka melepas helm yang dipakai dan mulai melangkah memasuki masjid yang terlihat ramai oleh para remaja. Silvi dan Nadia mengarah kepada seorang pemuda yang sedang duduk sambil membaca Al – Qur’an dimeja tamu.
“assalamu’alaikum ..” ucap Silvi.
“wa’alaikumussalam ..” Jawabnya.
“mhh .. apa ustadzah sholihah ada ?” Tanya Silvi.
“oh, iya. Ada. Tapi beliau sedang mengisi halaqoh.” Jawab lelaki itu.
“kalau boleh tau, ada keperluan apa ?” Tanya Shidqi yang menjaga meja tamu.
“kami dapat perintah dari ustadzah layla untuk menemui ustadzah sholihah. Ada hal penting yang harus kami sampaikan.” Jelas Silvi.
“hmm .. baik kalau begitu tunggu saja di sekretariat. Mari saya antar.” Balas Shidqi.
Akhirnya, Nadia dan Silvi duduk di ruang tamu dalam sekretariat untuk menunggu Ustadzah Sholihah. Tak lama, Shidqi kembali bersama dengan Ustadzah Sholihah, dia memberitahu jika ada yang ingin menemuinya.
Ustadzah Sholihah, pertamakali bertemu, sangatlah ramah dengan senyuman yang terlukis dibibirnya, wajahnya putih bersih dan sangat cantik saat dipandang. Saat terdengar suaranya, begitu halus dan lembut.
“assalamu’alaikum, ustadzah..” Sapa Silvi dan Nadia sambil bangkit dan bersalaman dengan Ustadzah Sholihah.
“wa’alaikumussalam warohmatullah ..” Sahutnya.
Mereka kembali duduk bersama, terkecuali Shidqi yang kembali berjaga di meja depan.
“saya sudah tau maksud dan kedatangan kalian. Ustadzah layla telah menyampaikannya kepada saya.” Ucap Ustadzah Sholihah.
“iya ustadzah, kami harap ustadzah membantu kami dan menerima kami sebagai bagian dari halaqoh ustadzah.” Ucap Silvi.
“insya allah. Kalian akan bergabung dengan halaqoh saya. Apa bisa kalau waktunya disamakan ? supaya kalian juga saling mengenal dengan akhwat yang lainnya.” Tanya Ustadzah Sholihah.
“kami berharap, kami bisa menyesuaikan. Insya allah minggu besok kami kembali dengan kedua teman kami. Kami akan mendiskusikannya dulu, ustadzah. Mengenai masalah waktu.” Jelas Silvi.
“boleh, saya akan tunggu. Tapi kalau bisa, keputusannya disampaikan secepatnya. Melalui pesan atau telepon juga tidak apa-apa, supaya pertemuan selanjutnya kalian sudah mulai bergabung dihalaqoh.” Jelas Ustadzah.
“baik ustadzah, insya allah.” Sahut Silvi.
“syukron ustadzah atas waktunya.” Ucap Nadia.
“kalau begitu, kami pamit dulu ustadzah.” Ucap Silvi.
“baik. Sampai bertemu pekan depan.” Ucap Ustadzah Sholihah.
Nadia dan silvi berpamitan dan kembali melangkah menuju parkiran untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju masjid Ar Rahman.
Tibalah waktu dzuhur. Ke empat pemuda yang sedari tadi beristirahat di sekretariat mulai bergegas menuruni tangga menuju tempat wudhu untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Bersamaan dengan tibanya, Silvi dan Nadia yang memarkir motorya di halaman masjid.
“ka silvi, nadia .. assalamu’alaikum ..” Teriak Syahrul yang menginjakkan kakinya ditangga terakhir.
“wa’alaikumussalam..” Jawab keduanya.
“ayo sholat berjama’ah.” Ucap Syahrul.
“iya, rul.” Sahut Silvi yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Syahrul dan langsung kembali berjalan.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rinjani
masih bingung alur ceritanya🙏🤲
2022-03-14
0
Heni Husna
lanjut... masih nyimak
2021-12-01
1
SriHarmanto
masih menyimak...
2021-07-30
3