Episode 4 - Pengakuan

Sesampainya Asma dihalaman rumahnya, ia menarik nafas untuk memberanikan diri masuk kedalam rumah dan bertemu kedua orang tuanya. Asma takut kalau ayah dan bundanya akan marah dengan melihat kondisi tangannya yang diperban dan atas kelakuannya yang tak memberi kabar kepada kedua orang tuanya. Asma memberanikan diri memencet bel disamping pintu. Tangan kanannya disembunyikan dibelakang, tangan kirinya memegang kantong plastik yang berisi dus ayam bakar.

“asmaa ..” Ucap Ustadzah Zulfah.

“assalamu’alaikum, bunda.” Ucpa Asma sambil tersenyum, namun tanpa salim kepada ibunya.

“asma bawa ayam bakar, bunda maukan suapin asma makan ? asma juga beli untuk ayah sama bunda.” Ucap Asma dengan gugup.

Ustadzah Zulfah terdiam menatap anaknya dan memperhatikan gerak – gerik dan mimik diwajahnya.

“mengucap salam tanpa mencium tangan bunda, memberikan sesuatu dengan tangan kiri, meminta disuapin saat makan. Tidak seperti biasanya.” Jelas Ustadzah Zulfah.

“mungkin hanya perasaan bunda saja. Asma ke kamar ya, bunda.” Ucap Asma yang bergegas menerobos pintu.

“kenapa tangan kanan kamu ?” Tanya Ustadzah Zulfah sambil menghalangi jalan Asma.

Asma terdiam dan tertunduk menarik nafasnya dalam.

“izinkan asma masuk, bunda. Asma janji akan menceritakan dikamar.” Ucapnya.

Ustadzah Zulfah pun mengizinkan puterinya masuk kedalam kamar sambil memperhatikan tangannya yang dibalut perban. Ustadzah Zulfah pun menghembus nafasnya sambil mengunci pintu, lalu menyusul Asma menaiki tangga menuju kamar puteri semata wayangnya. Sesampainya didepan pintu kamar, Ustadzah Zulfah menatap kedalam kamar sambil memegang gagang pintu dan memandang Asma yang sedang duduk terdiamdiatas kasur.

“bunda ambilkan minum dulu ya.” Ucap Ustadzah Zulfah kepada puteri tercintanya.

“ayamnya, bunda.” Ucap Asma penuh kelembutan sambil menyentuh plastik yang berisi box diatas kasurnya, ia takkan memberikan dengan tangan kirinya lagi.

Bunda hanya membalas dengan senyum dan melangkah mendekat untuk mengambilnya. Sambil menunggu bundanya kembali, Asma berganti pakaian tidur. Busananya tetap panjang dan mengenakan jilbab santai. Asma kembali duduk dikasur dan bersandar dengan bantal dipunggungnya sambil memeluk bantal guling. Ustadzah Zulfah kembali dengan membawa nampan yang berisi secangkir teh hangat , segelas air mineral dan piring untuk nasi dan ayam bakar. Ustadzah Zulfah duduk menghadap puterinya dan manaruh nampan diatas meja lampu.

“ada apa ?” tanya Ustadzah Zulfah halus sambil memegang pergelangan tangan kanan Asma.

“asma kecelakaan dijalan. Motor asma tersenggol pengendara lain yang keluar dari tikungan di sebelah kiri jalan.”

Jelas Asma.

“lukanya parah ?” tanya Ustadzah Zulfah dengan santai.

“sebenarnya hanya lecet di jari-jari asma, telapak tangan juga. Asma menolak untuk dibawa ke klinik, tapi pengendara yang menabrak asma dan orang-orang yang membantu, memaksa.” Jelasnya lagi.

“dia juga meninggalkan kartu nama untuk asma, kalau tangan asma belum juga sembuh.” Ucap Asma.

“sudah, jangan memberatkan orang lain. Dia sudah berbaik hati menjalankan kewajibannya untuk bertanggung jawab atas kesalahannya. Insya Allah tidak apa-apa, tangan kamu akan sembuh.” Ucap Ustadzah Zulfah seraya mendoakan.

“Aamiin , insya allah.” Balas Asma.

“yasudah kamu makan, bunda suapin. Bunda juga buatin teh untuk kamu.” Ucap Ustadzah Zulfah sambil menyiapkan sesendok nasi untuk disuapkan pada Asma.

Sementara itu. Asyam, pemuda yang tidak sengaja menabrak Asma masih merasa bersalah, hatinya resah. Wajah keceriaan Asma masih terbayang dibenaknya. Ihsan yang sedang terbaring di kasur melihat kegelisahan temannya, yang tak henti modar mandir kesana kemari pun duduk sambil memeluk bantal.

“ada apa, syam ? nampaknya ada sesuatu yang sedang difikirkan !” Ucap Ihsan.

“emh … mhh, aku masih kepikiran sesuatu. Rasanya mengganjal dihati, meskipun aku sudah berulang kali meminta maaf.” Jelas Asyam.

“masalahnya apa ?” Tanya Ihsan.

“tadi tidak sengaja menabrak pengendara lain.” Jawabnya.

“maksudmu ?” Tanya Ihsan yang fikirannya tertuju pada kejadian tadi sore saat Asma datang dengan tangan yang dibalut perban.

“asma.” Jawab Asyam sambil tertunduk.

“jadi ..” Ucap Ihsan yang mulai bangkit dan berdiri dihadapan Asyam.

“aku minta maaf. Benar-benar tidak sengaja.” Ucap Asyam.

“astaghfirullah .. kenapa bisa sampai begituuu ..” Ucap Ihsan yang kembali duduk dengan wajah yang lesu.

“melihat kejadian tadi sore, dengan teman-temannya yang begitu peduli dan mengkhawatirkannya. Hatiku rasanya semakin bersalah.” Ungkap Asyam.

“duduklah.” Ucap Ihsan yang langsung merangkul temannya saat duduk disampingnya.

“sesungguhnya itu adalah musibah juga takdir untuk kalian. Semua pasti telah terprogram oleh Allah. Jam, menit dan detiknya untuk pertemuan kalian, meskipun dalam suatu kejadian seperti itu. Aku yakin kalian sangat berhati-hati dijalan. Yang terpenting kamu telah mengaku salah dan bertanggung jawab terhadapnya.” Ucap Ihsan.

“rasanya sakit, san. Sesak. Saat teman-temannya begitu perhatian terhadap asma. Aku semakin bersalah rasanya.” Ucap Asyam.

“syam. Asma itu memang seseorang yang sangat disayangi oleh teman-temannya karena kelembutan, ketenangan dan kebaikan dalam dirinya. Sudahlah, doakan saja semoga cepat diberi kesembuhan pada lukanya.” Ucap Ihsan.

“lebih baik kita isirahat, sudah semakin larut.” Ucap Ihsan yang langsung terbaring dan menarik selimut.

“Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”

(Yakni, melakukan ibadah dan ketaatan baik siang maupun malam, lalu siapa saja yang tidak sempat beribadah pada salah satunya, maka dia melakukannya pada waktu lainnya.)

QS. Al Qoshosh (28) : 73

“dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami menjadikan pakaian sebagai pakaian, dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan,”

(Malam disebut sebagai “pakaian” karena malam itu gelap dan menutupi jagat seperti pakaian menutupi tubuh manusia.)

QS. An Naba (78) : 9 - 11

Pagi, di hari minggu. Asma dan Salwa melakukan rutinitas mingguannya bersama, yaitu lari pagi mengitari taman. Kebersamaan adalah kebahagiaan. Kebersamaan adalah keramaian yang menghapus kesunyian. Bagi kedua sahabat ini, bersama adalah hal yang paling disenangi mereka. Dengan berjalan-jalan bersama, berbincang-bincang, terkadang juga dapat mengurangi beban dalam hati atau mungkin juga bisa mendapatkan berbagai macam solusi bagi tiap masalah yang didiskusikan. Sudah sekitar satu jam mereka berlari sambil sesekali mereka berjalan, rasanya sudah lelah. Mereka memutuskan untuk duduk disalah satu bangku pinggir taman sambil meminum sebotol air yang mereka bawa dari rumah.

“Alhamdulillah, kita bisa ketemu lagi dan lari pagi untuk minggu ini.” Ucap Asma dengan senyuman.

“iya, Alhamdulillah.” Sahut Salwa.

“lari pagi itu banyak lho manfaatnya. Salah satunya meningkatkan daya tahan tubuh. Tapi banyak juga yang masih malas untuk melakukannya.” Ucap Salwa.

“semoga saja akan lebih banyak lagi yang akan memahami akan hal itu.” Sahut Asma.

“ngomong-ngomong , kayanya faham banget.” Canda Asma.

“biasa .. googling .. hehe.” Sahut Salwa sambil menunjukkan handphone-nya.

Asma hanya membalas dengan senyuman terhadap sahabatnya.

Minggu pagi milik Ihsan dihabiskan untuk beribadah dan mengulang hafalannya bersama sahabatnya yang kini menetap bersamanya dirumah petak. Ihsan dan Asyam membasuh sebagian tubuhnya dengan air wudhu. Setelahnya, mereka kembali melangkahkan kaki menuju ruangan sholat untuk melaksanakan sholat dhuha. Pagi ini dimasjid cukup sepi, tak banyak orang yang berkunjung dan tak banyak pula suara bising yang terjadi diluar. Sepertinya ini suatu nikmat untuk tenang beribadah didalamnya. Asyam dan Ihsan terus berjalan sambil menurunkan lengan bajunya yang tergulung. Sampai di tengah ruangan, mereka sedikit berjauhan untuk melaksanakan sholat dhuha dengan khusu dan berdoa dengan penuh pengharapan kepada Allah.

Sholat dhuha adalah sholat yang dikerjakan pada waktu dhuha atau waktu ketika matahari mulai naik, kira-kira sekitar pukul 7 pagi hingga waktu zuhur. Jumlah raka’atnya minimal 2 raka’at dan maksimal 12 raka’at, dilakukan satu kali salam setiap 2 raka’at.

...Doa setelah dhuha...

...“Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fissamma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, ...

...wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, ...

...wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, ...

...aatini maa ataita ‘ibadakash shalihin.”...

...(artinya :Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, ...

...keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu,...

...Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah,...

...apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, ...

...apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba - hambaMu yang soleh.”)...

Langkah kaki Asyam dan Ihsan berlanjut hingga sampai pada rumah seorang gadis, tepat didepan pintu rumahnya. Ihsan pun memencet tombol disamping pintu dan mengucap salam. Tak lama, pintu terbuka bersama dengan wanita yang menjawab salam yang masih menggunakan mukena berwarna putih cerah.

“wa’alaikumussalam warohmatullah..” Sahutnya.

Gadis itu terkejut mendapati dua lelaki dihadapannya. Wajah yang biasa ramah memberi senyuman yang berseri, kini hadir dengan mata yang sedikit membulat. Tatapan satu lelaki ini tak lepas memandang gadis yang untuk kedua kalinya Ia temui, hingga akhirnya ia tundukkan pandangannya dan gadis itu yang ternyata adalah Asma mulai mengalihkan pandangannya untuk menatap Ihsan saat namanya disebut oleh Ihsan.

“asma  ..” Panggil Ihsan dengan lembut.

“mhh .. iya. Silahkan masuk bang ihsan, bang asyam.” Ucap Asma.

Ihsan dan Asyam mengikuti langkah Asma hingga ruang tamu. Terlihat Ustadz Hasan sedang sarapan bersama Ustadzah Zulfah.

“silahkan duduk, bang. Asma buatkan minum dulu.” Ucap Asma.

“ihsan ..” Sapa Ustadz Hasan.

“iya, abi ..” Balas Ihsan yang memanggilnya dengan sebutan Abi.

“mari-mari sini, kita sarapan sama-sama.” Ucap Ustadz Hasan.

“ayo nak ihsan kesini, ajak temannya juga.” Sambung Ustadzah Zulfah.

Ihsan tak enak hati untuk menolaknya, kebetulan juga mereka belum sarapan dan perut terasa lapar. Mungkin ini memang rezeki mereka di pagi ini, tepat setelah selesai melaksanakan sholat dhuha. Ihsan dan Asyam menempati bangku di meja makan. Asma muncul dari balik tembok membawa dua gelas berisikan sirup jeruk diatas nampan. Langkahnya menuju ruang tamu dan menaruh nampan diatas meja. Diturunkannya satu per satu gelas dengan tangan kirinya. Ia kembali ke dapur untuk menaruh nampan.

“bunda, asma ke kamar dulu.” Ucap Asma.

“kamu ga sarapan, asma ?” Tanya Ustadz Hasan.

“nanti saja, ayah. Asma belum selesai.” Jelas Asma yang mulai meninggalkan Ayah, Bunda dan kedua tamunya.

“ayo dimakan, nanti baru kita berbincang-bincang.” Ucap Ustadz Hasan kepada Ihsan dan Asyam.

Setelah sarapan, Ihsan dan Asyam lanjut berbincang-bincang bersama kedua orang tua Asma. Perasaan Asyam semakin tak karuan, entah apa yang akan didapatnya ketika mereka tau kalau kecelakaan pada putri mereka disebabkan olehnya. Ihsan semakin asik saja berbincang sambil tertawa dengan Ustadz Hasan.

“aku harap dia tak lupa dengan maksud dan tujuan kedatangan kita pagi ini.” , batin Asyam.

“asma ga gabung sama kita abi ?.” Tanya Ihsan.

“kalau jam segini dia biasa menghabiskan waktu dikamar. Waktu yang tenang untuk dia kembali beribadah setelah ibadahnya dimalam hari.” Jelas Ustadz Hasan.

“memangnya kenapa, san ? apa ada perlu sama asma ?” Tanya Ustadzah Zulfah.

“mmh ..” Gumam Ihsan seperti berfikir sambil melirik kearah Asyam.

“mmh .. maaf ustadzah, sebenarnya kedatangan ihsan adalah untuk menemani saya bertemu dengan kedua orang tua Asma.” Jelas Asyam.

“ooh, jadi ada keperluannya dengan kami.” Ucap Ustadzah Zulfah.

“saya, asyam. Kedatangan saya bertamu pagi ini, untuk meminta maaf atas kejadian kemarin sore yang membuat tangan asma luka.” Ucap Asyam yang mulai tertunduk, tak berani menatap raut wajah Ustadz Hasan dan Ustadzah Zulfah.

“innalillahi ..” ucap Ustadz Hasan dan Ustadzah Zulfah.

“astaghfirullah .. jadi temannya nak ihsan.” Ucap Ustadzah Zulfah,

“saya benar-benar mohon maaf yang sebesar-besarnya.” Ucap Asyam dengan wajah yang merasa sangat bersalah.

“sudahlah nak asyam, insya allah tidak apa-apa. Lagi pula asma telah cerita kalau nak asyam ini telah membawanya ke klinik dan juga meninggalkan kartu nama nak asyam untuk dihubungi lagi kalau terjadi apa-apa.” Jelas Ustadzah Zulfah untuk menenangkan Asyam.

“lalu gimana keadaan asma sekarang , ummi ?” Tanya Ihsan.

“insya allah sudah membaik. Perbannya juga sengaja ummi biarkan lepas supaya lukanya cepat kering.” Jawab Ustadzah Zulfah.

“terimakasih, asyam. Abi salut dengan keberanianmu dan tanggung jawabmu.” Ucap Ustadz Hasan.

“sebenarnya saya juga takut kalau sampai ustadz dan ustadzah marah pada saya.” Ucap Asyam dengan senyuman malu.

“tidaklah nak asyam. Orang mana yang akan marah kepada seseorang yang telah menolong dan juga bertanggung jawab atas perbuatannya. Sekecil apapun kebaikan itu, harus kita hargai, nak.” Sahut Ustadzah Zulfah.

“apalagi kamu sampai datang dan meminta maaf langsung dihadapan kami.” Lanjut Ustadz Hasan.

Ustadz Hasan membalasnya dengan senyuman. Perbincangan mereka tetap berlanjut hingga menjelang zuhur, Ihsan sengaja berlama disana sekaligus belajar dengan Ustadz Hasan, sahabat ayahnya.

Bersambung .....

Terpopuler

Comments

Risa Istifa

Risa Istifa

🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

2022-03-18

0

rahasia

rahasia

visualnya dong thor

2022-02-04

0

گسنيتي

گسنيتي

thor visualnya doung hehe

2021-11-28

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Pertemuan
2 Episode 2 - Pertemuan Kedua
3 Episode 3 - Diskusi
4 Episode 4 - Pengakuan
5 Episode 5 - Berkunjung
6 Episode 6 - Ramadhan Tiba
7 Episode 7 - Kegiatan Ramadhan : Ifthor Jama'i
8 Episode 8 - Tentang Dia
9 Episode 9 - Sahur In The PonPes
10 Episode 10 - Serpihan Rindu
11 Episode 11 - Tetangga Baru
12 Episode 12 - Tamu Tak Diundang
13 Episode 13 - Bimbang
14 Episode 14 - Cemburu
15 Episode 15 - Undangan
16 Episode 16 - Bertepuk Sebelah Tangan
17 Episode 17 - Liburan
18 Episode 18 - Jawaban
19 Episode 19 - Maaf
20 Episode 20 - Sepucuk Surat
21 Episode 21 - Percayaku
22 Episode 22 - Kecelakaan
23 Episode 23 - Ainun Farzana
24 Episode 24 - Kabar tentang Ihsan
25 Episode 25 - Kumohon Percayalah
26 Episode 26 - Langkah Awal
27 Episode 27 - Luka
28 Episode 28 - Gelisah
29 Episode 29 - Dokter Farhan
30 Episode 30 - Surat dari Mantan
31 Episode 31 - Bisikan Hati Ibu
32 Episode 32 - Menjenguk
33 Episode 33 - Kasih Ibu
34 Episode 34 - Kabar tentang Asma
35 Episode 35 - Xena dan Nathan
36 Episode 36 - Kembalinya Asma
37 Episode 37 - kau yang teristimewa
38 Episode 38 - Keluarga Baru
39 Episode 39 - Buka Hatimu
40 Episode 40 - Keridhoanmu
41 Episode 41 - Surat Cinta dari sahabat
42 Episode 42 - Tak ada hati untukmu berlabuh
43 Episode 43 - Luka Hati
44 Episode 44 - Kembali
45 Episode 45 - Merindukanmu
46 Episode 46 - Pelangi setelah hujan
47 Episode 47 - Tentang Hati
48 Epiode 48 - Jatuh Cinta
49 Episode 49 - Waktu yang Merubahku
50 Episode 50 - Dia Suamiku
51 Episode 51 - Jadi, sesakit ini ?
52 Episode 52 - Beri Aku Waktu
53 Episode 53 - Cinta dan Luka
54 Eposode 54 - Sikecil yang Menggemaskan
55 Episode 55 - Melepas & Menerima
56 Episode 56 - Anak Yang Sholeh
57 Episode 57 - Gift
58 Episode 58 - Kebakaran
59 Episode 59 - Mungkin Saja...
60 Episode 60 - Ujian
61 Episode 61 - Caraku
62 Episode 62 - Bertemu Xena
63 Episode 63 -Melawan Takdir
64 Episode 64 - Goyah
65 Episode 65 - Ikhlas Berlapang dada
66 Episode 66 - Abu Abu
67 Episode 67 - Indahnya Cinta
68 Episode 68 - Jangan buatku ragu
69 Episode 69 - Tekad
70 Episode 70 - Mencari
71 Episode 71 - Bertamu
72 Episode 72 - Kembali
73 Episode 73 - Positif
74 Episode 74 - Dia sebaik-baiknya perencana
75 Episode 75 - Calon Isteri
76 Episode 76 - Izin
77 Eps. 77 - Camping
78 Episode 78 - Semoga...
79 Episode 79 - Cemburu
80 Episode 80 - Awal mula cinta
81 Episode 81 - Kabar Duka
82 Episode 82 - Menikahlah denganku
83 Episode 83 - Penyesalan
84 Episode 84 - Amanah
85 Episode 85 - Kesempatan Terakhir
86 Episode 86 - Izinkan saya...
87 Episode 87 - Karna kamu begitu berharga
88 Episode 88 - Ku pasrahkan kepadaMu
89 Episode 89 - aku berlindung kepada Mu
90 Episode 90 - Penolakan
91 Episode 91 - Bertemu Kirei
92 episode 92 - Dia adalah, Ihsan
93 Episode 93 - Jangan salahkan hati
94 episode 94 - Maaf , sayang...
95 episode 95 - Aku terima
96 episode 96 - Salwa & Asyam
97 97. Saya Terima nikah dan kawinnya...
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Episode 1 - Pertemuan
2
Episode 2 - Pertemuan Kedua
3
Episode 3 - Diskusi
4
Episode 4 - Pengakuan
5
Episode 5 - Berkunjung
6
Episode 6 - Ramadhan Tiba
7
Episode 7 - Kegiatan Ramadhan : Ifthor Jama'i
8
Episode 8 - Tentang Dia
9
Episode 9 - Sahur In The PonPes
10
Episode 10 - Serpihan Rindu
11
Episode 11 - Tetangga Baru
12
Episode 12 - Tamu Tak Diundang
13
Episode 13 - Bimbang
14
Episode 14 - Cemburu
15
Episode 15 - Undangan
16
Episode 16 - Bertepuk Sebelah Tangan
17
Episode 17 - Liburan
18
Episode 18 - Jawaban
19
Episode 19 - Maaf
20
Episode 20 - Sepucuk Surat
21
Episode 21 - Percayaku
22
Episode 22 - Kecelakaan
23
Episode 23 - Ainun Farzana
24
Episode 24 - Kabar tentang Ihsan
25
Episode 25 - Kumohon Percayalah
26
Episode 26 - Langkah Awal
27
Episode 27 - Luka
28
Episode 28 - Gelisah
29
Episode 29 - Dokter Farhan
30
Episode 30 - Surat dari Mantan
31
Episode 31 - Bisikan Hati Ibu
32
Episode 32 - Menjenguk
33
Episode 33 - Kasih Ibu
34
Episode 34 - Kabar tentang Asma
35
Episode 35 - Xena dan Nathan
36
Episode 36 - Kembalinya Asma
37
Episode 37 - kau yang teristimewa
38
Episode 38 - Keluarga Baru
39
Episode 39 - Buka Hatimu
40
Episode 40 - Keridhoanmu
41
Episode 41 - Surat Cinta dari sahabat
42
Episode 42 - Tak ada hati untukmu berlabuh
43
Episode 43 - Luka Hati
44
Episode 44 - Kembali
45
Episode 45 - Merindukanmu
46
Episode 46 - Pelangi setelah hujan
47
Episode 47 - Tentang Hati
48
Epiode 48 - Jatuh Cinta
49
Episode 49 - Waktu yang Merubahku
50
Episode 50 - Dia Suamiku
51
Episode 51 - Jadi, sesakit ini ?
52
Episode 52 - Beri Aku Waktu
53
Episode 53 - Cinta dan Luka
54
Eposode 54 - Sikecil yang Menggemaskan
55
Episode 55 - Melepas & Menerima
56
Episode 56 - Anak Yang Sholeh
57
Episode 57 - Gift
58
Episode 58 - Kebakaran
59
Episode 59 - Mungkin Saja...
60
Episode 60 - Ujian
61
Episode 61 - Caraku
62
Episode 62 - Bertemu Xena
63
Episode 63 -Melawan Takdir
64
Episode 64 - Goyah
65
Episode 65 - Ikhlas Berlapang dada
66
Episode 66 - Abu Abu
67
Episode 67 - Indahnya Cinta
68
Episode 68 - Jangan buatku ragu
69
Episode 69 - Tekad
70
Episode 70 - Mencari
71
Episode 71 - Bertamu
72
Episode 72 - Kembali
73
Episode 73 - Positif
74
Episode 74 - Dia sebaik-baiknya perencana
75
Episode 75 - Calon Isteri
76
Episode 76 - Izin
77
Eps. 77 - Camping
78
Episode 78 - Semoga...
79
Episode 79 - Cemburu
80
Episode 80 - Awal mula cinta
81
Episode 81 - Kabar Duka
82
Episode 82 - Menikahlah denganku
83
Episode 83 - Penyesalan
84
Episode 84 - Amanah
85
Episode 85 - Kesempatan Terakhir
86
Episode 86 - Izinkan saya...
87
Episode 87 - Karna kamu begitu berharga
88
Episode 88 - Ku pasrahkan kepadaMu
89
Episode 89 - aku berlindung kepada Mu
90
Episode 90 - Penolakan
91
Episode 91 - Bertemu Kirei
92
episode 92 - Dia adalah, Ihsan
93
Episode 93 - Jangan salahkan hati
94
episode 94 - Maaf , sayang...
95
episode 95 - Aku terima
96
episode 96 - Salwa & Asyam
97
97. Saya Terima nikah dan kawinnya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!