Episode 3 - Diskusi

Cerahnya langit biru mulai memudar, digantikan oleh senja yang kuning kemerahan. Sore ini masing-masing diri tidak memiliki kegiatan pribadi. Mereka memutuskan untuk tetap tinggal di ruangan dan lebih lama berkumpul untuk lebih mematangkan tentang acara-acara dibulan Ramadhan dan diselingi dengan obrolan dan canda, tawa.

Silvi yang duduk berhadapan dengan Ihsan di meja tugas Ketua Remaja. Asma dan Asyam yang juga ditemani oleh Syahrul , mereka duduk dilantai dengan laptop masing-masing. Syahrul ikut bergabung mendiskusikan acara apa saja yang akan dibuat. Nadia, Salwa dan Zidan berdiskusi tentang konsumsi buka puasa bersama untuk para Jama’ah masjid.

“asma si baru dapat 4 kegiatan, yang insya allah kita semua pun bisa aktif dalam kegiatan tersebut. Iftor jama’I , Ta’jil On The Road , sahur bersama, dan tadarus. Sebenarnya ingin diadakan antara kuliah subuh atau kuliah dhuha, tapi khawatir tidak ada yang mengisi.” Jelas Asma.

“kalau subuh sudah pasti ada, ma. Kalau dhuha, bagus juga si. Coba nanti di usulkan saja saat musyawarah ke dua.” Sahut Syahrul.

“bang asyam kira-kira kalau dhuha bisa mengisi tidak ?” tanya Syahrul.

“insya allah sabtu dan ahad, bisa. Kalau hari biasa, saya kerja.” Jawabnya.

“kalau rata-rata yang bisa hanya weekend, maka kuliah dhuha dibuka setiap sabtu dan ahad saja. Tapi kalau dihari biasa ada yang bersedia, maka kuliah dhuha akan aktif setiap hari.” Usul Asma dengan senyuman yang gembira.

“oke. Nanti kita tanyakan kesediaan mereka untuk mengisi kuliah dhuha.” Ucap Syahrul yang juga bergembira.

Sementara itu, Salwa dan Nadia sedang merincikan anggaran dana konsumsi untuk iftor para jama’ah masjid. Sambil ditulis diselembar kertas. Zidan hanya duduk dan memperhatikan.

Zidan Misbah Sa’dan, tetangga sekaligus teman dekat Syahrul. Zidan lelaki sederhana namun cerdas. Saat ini kegiatannya hanyalah sebagai mentor sekaligus marbot di salah satu masjid yang mengadakan Lembaga Amil Zakat (LAZ) sekaligus mengadakan kegiatan mentoring disetiap minggunya di dalam masjid yang bertempat seperti aula yang luas.

“untuk ta’jil kita pakai kurma sama teh. Laluuuu …” ucap Salwa sambil berfikir.

“makanan beratnya nanti bergilir saja, kalau ada dana lebih di kas, kita gunakan. Kalau tidak ada, mungkin minta bantuan masyarakat sekitar.” Selak Zidan sambil memainkan handphone-nya.

“hmm, boleh juga. Yasudah nanti dibicarakan lagi.” Ucap Nadia.

Nadia Elfira Syahidah, seorang gadis yang cerdas dalam mendidik anak. Sesuai profesinya sebagai pengajar di salah satu taman kanak-kanak dan bekerja sebagai seorang penyiar radio saat sore hari. Nadia terkenal sebagai gadis yang bertutur kata baik dan bijak juga seorang yang penyabar.

Adzan maghrib telah berkumandang, banyak orang-orang yang berjalan menuju masjid. Orang-orang yang berjualan malam di luar pagar masjid, meninggalkan dagangannya untuk melakasanakan sholat maghrib di masjid. Ihsan, Asyam dan teman-temannya keluar ruangan untuk berwudhu dan melaksanakan sholat maghrib berjama’ah. Silvi dan Salwa tetap berada di ruangan karena sedang berhalangan.

Silvi Damayanti, gadis berusia 25th. Satu kelahiran dengan Ihsan ditanah Jakarta. Sikapnya lembut, dewasa dan baik kepada sesama. Kabarnya dia telah dijodohkan oleh pemuda kelahiran tanah jawa, anak teman ayahnya. Namun sosoknya sampai sekarang belum juga diperlihatkan kepada teman-teman remajanya. Silvi gadis yang mandiri, bekerja, kuliah dan membiayai kedua adiknya untuk bersekolah. Silvia dan Salva, mereka kembar dan duduk di bangku Madrasa Aliyah tingkat 1.

“ka silvi, jadi dana kita untuk kegiatan ada berapa ka ?” tanya Salwa menghampiri Silvi yang masih berada di

meja Ihsan.

“kalau saldo ramadhannya belum ada. Kalau sisa kas kita ada sekitar delapan jutaan.” Jelas Silvi.

“hmm ..” gumam Salwa.

“kan kita juga mau menyebar proposal ke perusahaan sekitar untuk meminta partisipasi mereka. Nanti juga mau minta dana tambahan kepada pengurus masjid.” Jelasnya lagi.

“hmm .. ka silvi rencana pernikahannya kapan, hehe ..” Tanya Salwa sambil bercanda.

“hii ko jadi bahas nikah si .. Doakan saja ya, ngga baik diumbar-umbar. Nanti saja tunggu undangannya.” Ucap Silvi dengan senyuman.

“salwa kapan nyusul ?” Ledek Silvi.

“ih kaka nih, aku saja baru mulai kuliah, ka. Calonnya saja belum keliatan. Tapi .. doakan saja ya sama pemuda yang satu ini, hihihi ..” canda Salwa.

“hayo , pemuda yang mana ..” desak Silvi sambil bercanda.

Para Jama’ah masjid berhamburan keluar masjid untuk memakai sandal. Ada juga beberapa yang masih tinggal di masjid untuk membaca Al-Qur’an sambil menanti datangnya waktu isya. Ihsan, Asyam dan Zidan kembali menaiki tangga. Tetapi tidak dengan Syahrul, yang mengeluarkan motornya dari barisan parkir.

“rul, mau kemana ?” Tanya Ihsan yang sedikit berteriak karena posisinya yang hampir mendekati pintu sekretariat.

“biasa, bang ihsan. Buka warung dulu.” Jawabnya.

“cepat balik ya.” Ucap Ihsan dengan senyumnya.

“siap, bang.” Balas Syahrul.

Syahrul Ramadhan. Putra bapak Syahdan yang memiliki rumah makan olahan ayam di pinggir jalan raya yang berjarak 1km dari tempat tinggalnya yang berada 100 meter dari masjid. Syahrul hanya tinggal bersama ayahnya, ibunya  meninggal sejak Ia duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah tingkat 3. Menjelang ujian nasional. Kini keadaan perekonomiaannya lebih baik semenjak ayahnya membuka rumah makan di pinggir jalan. Ruangan yang

cukup luas untuk menata meja dan kursi, juga dapur dibagian belakang. Lagi-lagi, Asma lah yang membantu menata dan merias ruangan itu. Ayahnya sangat menyayangi Asma sebagai anak perempuannya juga sangat dihormati karena Ia adalah putri dari keluarga Ustadz dan Ustadzah yang terpandang dilingkungan sekitar.

“assalamu’alaikum, pak. “ ucap Syahrul sambil mengangkat rooling door.

“wa’alaikumsalam .. kemana saja ngga bantu bapak dari sore ?” Ucap Pak Syahdan yang terlihat kesal terhadap putranya.

“maaf, pak. Tadi kumpul sama teman-teman remaja di masjid.” Jelas Syahrul sambil menurunkan bangku yang tergantung diatas meja.

“yasudah, sebagai gantinya. Syahrul bantu bapak sampai tutup.” Ucap Syahrul.

“urusi saja urusanmu. Biar bapak yang  berdagang.” Ucap Pak Syahdan sambil mengeluarkan ayam yang telah dibumbui untuk ditaru di etalase depan.

“jangan marahlah, pak. Syahrul kan sudah minta maaf dan ingin menebus kesalah syahrul.” Ucap Syahrul.

Tiba-tiba saja ponsel Syahrul bergetar , menerima pesan dari seorang teman.

“rul , aku dan teman-teman yang lain mau mampir ke warung bapa sekalian makan malam disana.”

“pak , asma sms. Katanya dia dan teman-teman mau mampir dan makan disini.” Ucap Syahrul gembira.

“bener kamu, rul ?” tanya Pak Syahdan yang ikut bergembira karena rezeki dari Allah untuknya akan segera datang dari teman-teman putranya.

“iya, pak. Bener.” Sahut Syahrul.

“Alhamdulillah.” Ucap Pak Syahdan.

Ada hati yang resah menantikan kehadiran putri semata wayangnya yang tak kunjung datang dari jam pulang mengajarnya. Nomor yang dihubungi sejak sore, tidak aktif. Tidak ada pula kabar yang sampai kepada orang tuanya, Ustadz Hasan Khusaeni dan Ustadzah Zulfah Fitriyah.

“coba hubungin ihsan, yah. Kali ajah asma lagi sama ihsan dan teman-temannya dimasjid.” Ucap Ustadzah Zulfah yang terlihat panik.

“yasudah, bunda kan bisa hubungi pakai telpon rumah.” Ucap Ustad Hasan.

Ihsan dan kawan-kawan telah sampai di RM Syahdan (nama rumah makan milik bapak syahdan.) Pak Syahdan sangat gembira tiap kali bertemu dengan Asma, putri seorang Ustadz yang sangat Ia hormati. Mereka berkumpul di meja panjang yang sama dan saling berhadapan.

“hayo pada pesan menu apa nih ?” tanya Syahrul yang ramah sambil memegang kertas dan pulpen ditangannya.

“kalau asma pasti ayam bakar madu sama jeruk hangat, ya kan ?” Ucap Syahrul dengan tawa.

“yes. Right, syahrul.” Sahutnya sambil tersenyum.

“nampaknya untuk pelanggan yang ini sangat dihafal kesukaannya.” Ledek Ihsan.

“ah bang ihsan nii .. Jangan cemburu-lah, bang.” ledek Syahrul.

“lupakan, lupakan .. aku pesan ayam kremes sama teh manis panas.” Ucap Ihsan.

“oh, iya. Ayam bakar punya ku dibungkus saja ya, nanti dimakan dirumah. Aku pesan tiga.” Ucap Asma dengan lembut.

“hmm .. iya.” Sahut Syahrul.

“yang lain ?” tanya Syahrul yang siap mencatat lagi.

“kita bertiga samain saja kaya asma, ayam bakar madu. Minumnya teh manis satu sama jus mangga dua.” Jelas Silvi.

“siap. Zidan sama bang asyam pesan apa ?” tanya Syahrul.

“saya ayam penyet sama jeruk hangat.” Ucap Asyam.

“aku ayam goreng sama teh manis saja, rul.” Lanjut Zidan.

“oke, ditunggu yaa.” Ucap Syahrul.

Tiba-tiba ponsel Ihsan bergetar menandakan panggilan masuk. Tertulis di layar ponselnya, bunda zulfah.

“bunda nelpfon, ma.” Ucap Ihsan kepada Asma yang duduk di hadapannya.

“astaghfirullah. Coba diangkat, bang. Tapi …. Jangan bilang tentang ini ya.” Ucap Asma sambil menunjukkan

jari-jarinya yang diperban.

Percakapan via telpon :

“wa’alaikumussalam ..” Jawab Ihsan.

“ihsan, kamu lagi dimana, nak ?” Tanya Bunda Zulfah.

“ihsan lagi makan di warungnya pak syahdan, bunda.” Jawab Ihsan.

“mmhh .. apa ada asma disana ?” Tanya Bunda Zulfah.

“ada, bunda. Asma pasti ngga ngabarin bunda sama ayah dirumah ya.” Ucap Ihsan.

“nomornya tidak bisa dihubungi. Bunda khawatir, takut asma kenapa-kenapa di jalan.” Ungkap Bunda Zulfah.

“insya allah ngga apa-apa, bunda. Tadi sehabis ngajar, ihsan yang meminta asma ke masjid. Mungkin hp-nya mati jadi tidak mengabari ke bunda. Sekarang kita semua lagi mau makan sama teman-teman yang lain. Sehabis itu, baru kita semua pulang.” Jelas Ihsan.

“yasudah, titip asma ya. Jangan terlalu malam pulangnya.” Ucap Bunda.

“insya allah.” Sahut Ihsan.

Asma pun menatap Ihsan berharap Ia menceritakan percakapannya dengan Bunda Zulfah, begitupun Ihsan yang menatapnya seolah ingin menasihatinya. Namun nyatanya, Syahrul dan sang ayah memecah lamunannya dengan menghadirkan beberapa piring sesuai dengan pesanan masing-masing.

“Alhamdulillah ..” ucap Silvi dengan wajah yang senang.

“silahkan dinikmati, moga-moga rasanya tidak mengecewakan.” Ucap Pak Syahdan.

“insya allah tidak, pak. Buktinya ayam bakar madu jadi favoritnya asma.” Ungkap Salwa bercanda.

“iyah, pasti enak ko, pak.” Sambung Silvi.

“rul, gabunglah. Kita sekalian mau lanjut membahas yang tadi.” Ucap Ihsan

“iya, bang.” Sahut Syahrul dan berjalan untuk menaruh nampan di belakang.

Sambil menyantap hidangan, sedik-sedikit mereka berbincang menyampaikan hasil diskusi dari masing-masing tugasnya. Sekitar 20 menit mereka menghabiskan makanan dan membersihkan tangan mereka. Mereka kembali memulai rapat dimeja makan.

“salwa, tolong dicatat semua usulan teman-teman. Syahrul silahkan dimulai rapatnya.” Perintah Ihsan.

“mmh .. maaf bang ihsan,  kalau boleh usul rapatnya kita tunda sampai minggu depan saja, gimana ? takutnya kemalaman untuk dibahas lagi. Dan nanti tolong dibuatkan grup khusus panitia saja supaya bisa tetap diskusi jarak jauh.” Usul Silvi.

“mhh .. boleh juga. Jadi untuk masing-masing divisi dipersiapkan baik-baik ya. Supaya minggu depan bisa dibahas tuntas, nanti segera saya buatkan grupnya.” Ucap Ihsan.

Merekapun menyelesaikan pertemuan hari ini. Semua kembali kerumah dengan mengendarai motor dan ada pula yang berjalan kaki. Asma, Silvi dan Salwa berjalan sambil berbincang-bincang hingga sampai diperempatan jalan untuk berpisah. Silvi yang harus mengambil jalur kiri untuk sampai kerumahnya, begitu pula dengan Salwa yang berbelok ke kanan dan Asma tetap berjalan lurus.

Bersambung .....

Terpopuler

Comments

rahasia

rahasia

bagus

2022-02-04

0

Rinjani

Rinjani

wah alur ceritanya bagus

2022-02-04

1

Dahyun_Twice ❤️

Dahyun_Twice ❤️

yt

2021-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Pertemuan
2 Episode 2 - Pertemuan Kedua
3 Episode 3 - Diskusi
4 Episode 4 - Pengakuan
5 Episode 5 - Berkunjung
6 Episode 6 - Ramadhan Tiba
7 Episode 7 - Kegiatan Ramadhan : Ifthor Jama'i
8 Episode 8 - Tentang Dia
9 Episode 9 - Sahur In The PonPes
10 Episode 10 - Serpihan Rindu
11 Episode 11 - Tetangga Baru
12 Episode 12 - Tamu Tak Diundang
13 Episode 13 - Bimbang
14 Episode 14 - Cemburu
15 Episode 15 - Undangan
16 Episode 16 - Bertepuk Sebelah Tangan
17 Episode 17 - Liburan
18 Episode 18 - Jawaban
19 Episode 19 - Maaf
20 Episode 20 - Sepucuk Surat
21 Episode 21 - Percayaku
22 Episode 22 - Kecelakaan
23 Episode 23 - Ainun Farzana
24 Episode 24 - Kabar tentang Ihsan
25 Episode 25 - Kumohon Percayalah
26 Episode 26 - Langkah Awal
27 Episode 27 - Luka
28 Episode 28 - Gelisah
29 Episode 29 - Dokter Farhan
30 Episode 30 - Surat dari Mantan
31 Episode 31 - Bisikan Hati Ibu
32 Episode 32 - Menjenguk
33 Episode 33 - Kasih Ibu
34 Episode 34 - Kabar tentang Asma
35 Episode 35 - Xena dan Nathan
36 Episode 36 - Kembalinya Asma
37 Episode 37 - kau yang teristimewa
38 Episode 38 - Keluarga Baru
39 Episode 39 - Buka Hatimu
40 Episode 40 - Keridhoanmu
41 Episode 41 - Surat Cinta dari sahabat
42 Episode 42 - Tak ada hati untukmu berlabuh
43 Episode 43 - Luka Hati
44 Episode 44 - Kembali
45 Episode 45 - Merindukanmu
46 Episode 46 - Pelangi setelah hujan
47 Episode 47 - Tentang Hati
48 Epiode 48 - Jatuh Cinta
49 Episode 49 - Waktu yang Merubahku
50 Episode 50 - Dia Suamiku
51 Episode 51 - Jadi, sesakit ini ?
52 Episode 52 - Beri Aku Waktu
53 Episode 53 - Cinta dan Luka
54 Eposode 54 - Sikecil yang Menggemaskan
55 Episode 55 - Melepas & Menerima
56 Episode 56 - Anak Yang Sholeh
57 Episode 57 - Gift
58 Episode 58 - Kebakaran
59 Episode 59 - Mungkin Saja...
60 Episode 60 - Ujian
61 Episode 61 - Caraku
62 Episode 62 - Bertemu Xena
63 Episode 63 -Melawan Takdir
64 Episode 64 - Goyah
65 Episode 65 - Ikhlas Berlapang dada
66 Episode 66 - Abu Abu
67 Episode 67 - Indahnya Cinta
68 Episode 68 - Jangan buatku ragu
69 Episode 69 - Tekad
70 Episode 70 - Mencari
71 Episode 71 - Bertamu
72 Episode 72 - Kembali
73 Episode 73 - Positif
74 Episode 74 - Dia sebaik-baiknya perencana
75 Episode 75 - Calon Isteri
76 Episode 76 - Izin
77 Eps. 77 - Camping
78 Episode 78 - Semoga...
79 Episode 79 - Cemburu
80 Episode 80 - Awal mula cinta
81 Episode 81 - Kabar Duka
82 Episode 82 - Menikahlah denganku
83 Episode 83 - Penyesalan
84 Episode 84 - Amanah
85 Episode 85 - Kesempatan Terakhir
86 Episode 86 - Izinkan saya...
87 Episode 87 - Karna kamu begitu berharga
88 Episode 88 - Ku pasrahkan kepadaMu
89 Episode 89 - aku berlindung kepada Mu
90 Episode 90 - Penolakan
91 Episode 91 - Bertemu Kirei
92 episode 92 - Dia adalah, Ihsan
93 Episode 93 - Jangan salahkan hati
94 episode 94 - Maaf , sayang...
95 episode 95 - Aku terima
96 episode 96 - Salwa & Asyam
97 97. Saya Terima nikah dan kawinnya...
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Episode 1 - Pertemuan
2
Episode 2 - Pertemuan Kedua
3
Episode 3 - Diskusi
4
Episode 4 - Pengakuan
5
Episode 5 - Berkunjung
6
Episode 6 - Ramadhan Tiba
7
Episode 7 - Kegiatan Ramadhan : Ifthor Jama'i
8
Episode 8 - Tentang Dia
9
Episode 9 - Sahur In The PonPes
10
Episode 10 - Serpihan Rindu
11
Episode 11 - Tetangga Baru
12
Episode 12 - Tamu Tak Diundang
13
Episode 13 - Bimbang
14
Episode 14 - Cemburu
15
Episode 15 - Undangan
16
Episode 16 - Bertepuk Sebelah Tangan
17
Episode 17 - Liburan
18
Episode 18 - Jawaban
19
Episode 19 - Maaf
20
Episode 20 - Sepucuk Surat
21
Episode 21 - Percayaku
22
Episode 22 - Kecelakaan
23
Episode 23 - Ainun Farzana
24
Episode 24 - Kabar tentang Ihsan
25
Episode 25 - Kumohon Percayalah
26
Episode 26 - Langkah Awal
27
Episode 27 - Luka
28
Episode 28 - Gelisah
29
Episode 29 - Dokter Farhan
30
Episode 30 - Surat dari Mantan
31
Episode 31 - Bisikan Hati Ibu
32
Episode 32 - Menjenguk
33
Episode 33 - Kasih Ibu
34
Episode 34 - Kabar tentang Asma
35
Episode 35 - Xena dan Nathan
36
Episode 36 - Kembalinya Asma
37
Episode 37 - kau yang teristimewa
38
Episode 38 - Keluarga Baru
39
Episode 39 - Buka Hatimu
40
Episode 40 - Keridhoanmu
41
Episode 41 - Surat Cinta dari sahabat
42
Episode 42 - Tak ada hati untukmu berlabuh
43
Episode 43 - Luka Hati
44
Episode 44 - Kembali
45
Episode 45 - Merindukanmu
46
Episode 46 - Pelangi setelah hujan
47
Episode 47 - Tentang Hati
48
Epiode 48 - Jatuh Cinta
49
Episode 49 - Waktu yang Merubahku
50
Episode 50 - Dia Suamiku
51
Episode 51 - Jadi, sesakit ini ?
52
Episode 52 - Beri Aku Waktu
53
Episode 53 - Cinta dan Luka
54
Eposode 54 - Sikecil yang Menggemaskan
55
Episode 55 - Melepas & Menerima
56
Episode 56 - Anak Yang Sholeh
57
Episode 57 - Gift
58
Episode 58 - Kebakaran
59
Episode 59 - Mungkin Saja...
60
Episode 60 - Ujian
61
Episode 61 - Caraku
62
Episode 62 - Bertemu Xena
63
Episode 63 -Melawan Takdir
64
Episode 64 - Goyah
65
Episode 65 - Ikhlas Berlapang dada
66
Episode 66 - Abu Abu
67
Episode 67 - Indahnya Cinta
68
Episode 68 - Jangan buatku ragu
69
Episode 69 - Tekad
70
Episode 70 - Mencari
71
Episode 71 - Bertamu
72
Episode 72 - Kembali
73
Episode 73 - Positif
74
Episode 74 - Dia sebaik-baiknya perencana
75
Episode 75 - Calon Isteri
76
Episode 76 - Izin
77
Eps. 77 - Camping
78
Episode 78 - Semoga...
79
Episode 79 - Cemburu
80
Episode 80 - Awal mula cinta
81
Episode 81 - Kabar Duka
82
Episode 82 - Menikahlah denganku
83
Episode 83 - Penyesalan
84
Episode 84 - Amanah
85
Episode 85 - Kesempatan Terakhir
86
Episode 86 - Izinkan saya...
87
Episode 87 - Karna kamu begitu berharga
88
Episode 88 - Ku pasrahkan kepadaMu
89
Episode 89 - aku berlindung kepada Mu
90
Episode 90 - Penolakan
91
Episode 91 - Bertemu Kirei
92
episode 92 - Dia adalah, Ihsan
93
Episode 93 - Jangan salahkan hati
94
episode 94 - Maaf , sayang...
95
episode 95 - Aku terima
96
episode 96 - Salwa & Asyam
97
97. Saya Terima nikah dan kawinnya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!