Agnes pun berpikir bagaimana cara agar dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,hingga dia sedang merencanakan sesuatu untuk nantinya dia lakukan demi mendekati ibunya yang dimana posisi mereka berada di kelas berbeda.
"Aku harus mendekati dan mencoba menjadi temannya, hanya dengan cara itu semua rencanaku akan berhasil." ucap Agnes yang yakin dengan rencananya itu.
Setelah dia selesai memikirkan rencananya ,kini dia hanya menunggu untuk menjalankan misinya sebagai langkah awal dia mencoba untuk mendekati ibunya.
Agnes langsung duduk diruang tengah bersama mereka yang saat itu sedang duduk santai sembari mengobrol.
Di tempat lain
Nampak Nino yang sedang terlihat kesal dengan Nia yang selalu mengejar dirinya.
"Nino tunggu aku ." ucap Nia berlarian mengejar Nino yang berjalan menjauhi Nia.
"Untuk apa kamu terus menggangguku." ucap Nino dengan nada dingin pada Nia.
"Aku hanya ingin pulang denganmu,apa salah?" tanya Nia yang mencoba mendekati Nino terus,karena dia begitu menyukai Nino karena wajah tampannya itu.
" Salah,lebih baik kamu pergi.Jangan pernah menganggu aku lagi." jawab Nino yang berjalan meninggalkan Nia,tanpa sengaja Nino melirik di arah sebelah kanan ada seseorang yang dia kenal berjalan keluar dari toko.
Dengan cepat dia menghampirinya." Ayo kita pergi sekarang." ucap Nino yang menarik tangan Adinda ,yang spontan membuat kaget Adinda kaget yang hanya bisa diam menuruti apa perintah Nino.
" Lepaskan." ucap Adinda yang merasa risih tangannya ditarik oleh Nino.
" Kamu diam,turuti apa yang aku katakan." jawab Nino dengan ekspresi dingin yang dia tunjukkan pada Adinda.
"Jangan libatkan aku dengan masalahmu,aku sudah lelah dengan Nia terus menggangguku." Adinda secara berani membantah,karena dia sudah lelah dengan Nino yang terus menganggu dirinya.
Nino menatap tajam kearah Adinda."Mulai berani kamu membantah aku ya." ucap Nino dengan nada marah.
"Berhenti kalian." Nia mengejar mereka berdua.
"Masih berani kamu membuat masalah denganku ." ucap Nia dengan nada marah pada Adinda
" Itu bukan salahku, tiba-tiba saja Nino menarik tanganku." jawab Adinda yang tak ingin bermasalah dengan Nia lagi tentang Nino.
" Alasanmu saja." jawab Nia yang nampak terlihat marah tak terima apa yang mereka lakukan.
"Lebih baik kamu diam, jangan lagi menganggu kami." jawab Nino yang langsung menarik tangan Adinda.
Adinda benar-benar merasa sial kenapa dia selalu berurusan masalah dengan Nia. Apalagi Nia terus menganggu dirinya dengan persoalan Nino.
Adinda pun berontak saat tangan dia ditarik oleh Nino." Lebih baik kamu selesaikan masalahmu dengan dia,jangan seret aku kedalam masalahmu." ucap Tegas Adinda yang sudah merasa lelah.
Nino menatap dengan tatapan tajam kearah Adinda." Silakan kamu pergi." ucap Nino yang langsung pergi meninggalkan Adinda di tempat itu.
" Benar-benar sial hari ini,sudah aku berurusan dengan dia kini aku harus berurusan dengan Nia lagi." gumam Adinda.
Adinda pun segera pergi meninggalkan tempat itu dan bergegas untuk pulang ke rumahnya.
Malam hari
Agnes duduk santai di teras depan kost dengan segelas minuman hangat ditangan kanannya.
"Ternyata kamu disini,aku kira kamu sudah tidur." ucap Lilis yang datang menghampiri Agnes.
" Aku belum ngantuk." jawab Agnes yang langsung meletakkan gelas miliknya didepan meja.
" Oh iya Lis,aku mau tanya sesuatu tentang temanmu Adinda.Apa kalian berdua begitu dekat ?" tanya Agnes yang mulai menginterogasi Lilis tentang kedekatan mereka berdua.
" Dekat sekali, apalagi setiap tugas kami berdua sering belajar bersama.Memang kenapa, tumben kamu tanya hal tentang itu." ucap Lilis yang merasa begitu besar rasa penasaran dari Agnes pada mereka berdua.
"Tidak apa-apa,hanya merasa kalau dia orangnya baik." jawab Agnes yang hanya beralasan saja hanya untuk mengorek informasi tentang ibunya.
" Dia baik orangnya, kadang-kadang dia sering membantuku." jawab Lilis yang menceritakan hal baik tentang Adinda.
" Tapi kata Nina dan Ria dia malahan dimusuhi Nia,apa benar?" tanya Agnes pada Lilis.
"Itu benar,hanya masalah laki-laki itu." jawab Lilis dengan ekspresi kesalnya.
"Maksud kamu Nino itu?"
" Iya, laki-laki itu membuat masalah dengan Adinda. Hanya karena Nia dia kena batunya bahkan Adinda jadi bahan usilan Nia." jawab Lilis yang mulai menerangkan apa penyebab dari kejadian yang menimpa Adinda antara Nia.
Setelah sudah menerangkan apa yang terjadi Agnes pun mengerti sifat ibunya yang tak ingin mencampuri urusan orang lain,bahkan dia mencoba mengorek informasi lainnya tentang ibunya.
" Jadi begitu,kalau menurutku yang salah memang Nia itu,dan parahnya Nino makin memperkeruh masalah antara Adinda dengan Nia." jawab Agnes yang menjawab sesuai pandangannya.
" Maka dari itu masalahnya terletak pada Nino,kenapa harus Adinda yang harus menanggungnya."
" Kalau begitu besok kenalkan aku langsung pada Adinda." permintaan Agnes pada Lilis.
" Katanya kamu sudah kenalan dengan dia."
" Iya ,memang kami sudah saling berkenalan di perpustakaan.Tapi beda kalau aku bersamamu pasti kami tambah akrab." jawab Agnes dengan senyuman, Reaksi Lilis hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban dari Agnes.
" Ya sudah,besok aku kenalkan lagi kamu sama Adinda." jawab Lilis dengan janjinya itu.
Mereka pun bergegas pergi istirahat dikamar mereka masing-masing, sedangkan Agnes sibuk membuka beberapa lembaran surat yang dia terima terakhir pada pak sopir taxi itu.
"Sepertinya aku harus secepatnya mendekati ibu setelah itu aku akan memastikan jika benar Nino itu benar-benar ayahku yang selama ini aku cari." gumam Agnes yang pikirannya masih tertuju pada surat yang dia pegang.
" Semoga saja ada petunjuk lain tentang ibu dan ayah." batin Agnes yang merasa sedikit semangat dengan tujuan dia pergi ke masa lalu mereka dirinya pun tahu apa yang terjadi antara ibu dan ayahnya.
Pagi hari
seperti biasanya Agnes dan teman-teman berjalan santai menuju sekolah mereka,saat hendak masuk gerbang sekolah mereka tidak sengaja melihat Adinda sudah dihadang oleh Nia dan teman-temannya.
Agnes yang melihatnya langsung mendekat." Apa-apaan ini, pagi-pagi sudah main keroyokan." ucap Agnes yang maju mendekati mereka.
" Diam kamu,ini urusanku dengan anak ini." ucap Nia sembari menunjuk kearah Adinda.
" Oh begitu ya,ya sudah aku panggil guru BP sekalian biar adil sayang tidak ada wasitnya.Nanti kita tahu siapa pemenangnya." jawab Agnes yang mencoba memberikan sedikit pelajaran pada Nia.
Spontan saja Nia kaget dengan perkataan Agnes."Apa maksudmu panggil guru BP." ucap Nia dengan ekspresi marah.
"Biar adil nanti tahu siapa yang menang ." jawab Agnes yang begitu santai menghadapi mereka.
"Jangan." ucap Adinda yang memegang tangan Agnes yang saat itu berdiri disampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments