"Perkenalkan namaku Daru, pemilik Bukit Sarren sekaligus yang ada di dalamnya," ucap Daru memperkenalkan diri kepada semua orang yang hadir. Sekilas Daru memandang wajah orang-orang dan mengenali semuanya. Dia menghitung ada 26 orang yang tengah berdiri didepannya.
Mengetahui Daru sedang menghitung, Frey mendekat dan berbisik, "Keluarga Kerajaan akan datang nanti."
"Kembalilah ke Moon City, tunggu Keluarga Kerajaan." Daru membalas bisikan Frey.
Frey tanpa berkata apa-apa lagi segera masuk ke portal teleportasi dan kembali ke Moon City.
"Kalau begitu, mari kita masuk kedalam. Aku akan menjamu kalian semua," ajak Daru.
.....
"Benar-benar luar biasa ..., jika kita bisa menguasai bukit Sarren aku yakin keuangan keluarga kita akan meroket," bisik Henry Charlotte ke perwakilan Keluarga Bangsawan lain.
"Kau benar. Kau lihat portal teleportasi itu? Kita bisa menyelundupkan barang ke negara lain tanpa masalah," balas William Berlis.
Lima Keluarga Bangsawan sudah sepakat untuk bekerja sama merebut Bukit Sarren dari tangan Daru. Mereka sudah membuat rencana yang cukup matang agar Daru tidak bisa menolak tawaran mereka. Tapi, mereka memiliki satu kelemahan yang sangat menonjol, yaitu mereka tidak memiliki informasi yang mendetail.
Semua perwakilan pun mengikuti Daru masuk ke bangunan yang berada di atas Bukit Sarren. Ketika mereka masuk, ada bunyi "bip" yang cukup keras setiap satu orang melewati pintu. Bunyi itu berasal dari alat pendeteksi suhu tubuh yang dipasang Zoref. Namun para perwakilan tidak menggubris bunyi itu karena mereka berdecak kagum dengan apa yang ada di dalamnya, ada banyak barang yang tidak pernah sekali pun mereka lihat.
"Lihatlah, aku yakin barang-barang ini memiliki kualitas seperti rokok," bisik salah satu perwakilan keluarga Gloria.
"Kau peduli dengan barang-barang itu? Lihatlah, dia memajang berlian di bangunan ini," ucap Perwakilan Keluarga Carnavian sembari menunjuk kaca yang terpasang di dinding.
"Dia kaya ...," tambah orang itu.
Daru yang berada di depan hanya tersenyum kecut mendengar semua percakapan itu. Pendengaran yang sangat sensitif membuat Daru bahkan bisa mendengar suara langkah kaki semut, apalagi suara bisik-bisik yang tak terlalu jauh dari tempatnya.
Rombongan tamu pun digiring Daru ke lantai dua, dimana terdapat banyak makanan di atas meja. Makanan-makanan yang tidak pernah dilihat oleh siapa pun di dunia ini. Melihat makanan-makanan itu, membuat perwakilan dari pihak Restoran Bintang Biru merajut alisnya. Apa dia juga mau membuat restoran? pikir perwakilan itu.
"Silahkan duduk, semuanya." Daru mempersilahkan.
Semua orang duduk melingkar mengikuti tatanan kursi menghadap meja yang penuh makanan.
Daru berkata, "Tujuan saya mengundang kalian adalah untuk merayakan pembukaan toko ini. Seperti yang kalian dengar, toko ini menjual rokok yang sudah kalian rasakan. Tapi bukan itu saja, ada barang yang lebih bagus dari rokok. Dan juga ..."
Brak
"Cukup basa-basinya," ucap Verdian Charlotte sambil memukul meja.
"Aku mewakili lima Keluarga Bangsawan kesini bukan untuk ikut perayaan konyolmu. Kami kesini untuk memberitahumu, serahkan Bukit Sarren, metode pembuatan rokok, dan barang-barang lain atau kami akan memusuhimu," ucap Verdian dengan sombong.
"Hoo ..., ada makanan di atas meja yang kau pukul. Kau tidak menghargai tuan rumah yang berbaik hati menyambutmu. Tapi, aku tidak masalah dengan itu. Katakan padaku, apa yang bisa kalian lakukan sehingga aku harus takut untuk menjadi musuh kalian?" Daru berkata sembari tersenyum lebar seakan menantang.
"Kau!" Verdian hendak berdiri tetapi tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya membuat Verdian kembali duduk. Tangan itu milik perwakilan Keluarga Carnavian, Evan Carnavian.
"Kau tahu? Kami bisa membuat Bukit Sarren menjadi medan peperangan jika kami menyatukan suara dan meminta kepada Raja," ucap Evan.
"Tapi aku yakin, Rajamu tidak akan mengirim pasukan tanpa alasan. Lalu, atas dasar apa? Evan Carnavian ..., oh atau aku harus memanggilmu Lein?" Daru mendapatkan info bahwa Evan Carnavian sebenarnya bernama Lein. Seorang warga biasa yang diadopsi oleh Kepala Keluarga Carnavian karena dia tidak bisa memiliki anak. Itu yang menyebabkan dia ditempatkan di Keluarga Cabang dan tidak bisa mewarisi status Kepala Keluarga. Tidak ada orang yang tahu tentang itu kecuali petinggi Keluarga Inti Carnavian.
Evan hanya melotot terkejut karena mendengar pertanyaan Daru, ekspresinya sangat tidak sedap dipandang. Bagaimana bisa dia tahu? pikirnya.
Verdian yang menyaksikan Evan terdiam seperti mempunyai suatu masalah tidak menggubrisnya, dia pun berkata, "Omong kosong apa yang kau bicarakan? Tentu saja Raja akan bersedia mengirim pasukan jika kami berkata padanya bahwa disini ada eksistensi berbahaya. Kami juga bisa berkata bahwa rokok adalah sesuatu yang jahat yang ditutupi dengan keindahan. Kau bisa apa?"
"Haha ..., Mari kita bicarakan itu nanti. Aku mempersilahkan kalian semua untuk makan. Aku yakin apa yang ada di atas meja adalah sesuatu yang belum pernah kalian rasakan," ucap Daru.
Tujuannya adalah perwakilan Restoran Bintang Biru, dia ingin membuat Restoran Bintang Biru mendukungnya jika saja nanti sesuatu di luar kendali. Sebenarnya Daru juga sudah tahu rahasia kelam dari kedua perwakilan Restoran Bintang Biru. Hanya saja, dia ingin menarik mereka ke dalam kerjasama bisnis dengan sesuatu yang menarik, bukan dengan ancaman.
Semua perwakilan yang hadir saling memandang sebelum mulai untuk menyantap hidangan. Hanya Kelima Keluarga Bangsawan yang memilih untuk tidak memakannya.
"Apa ini! Bagaimana ada makanan seenak ini!" ucap salah satu perwakilan.
"Aku benar-benar tidak menyangka ada yang seperti ini. Andai saja aku mendapat resepnya ...," ucap Lyd, salah satu perwakilan Restoran Bintang Biru, sembari menatap Daru. Jika aku bekerja sama dengan lima keluarga bangsawan, dan memaksa dia memberikan resepnya ..., pikir Lyd.
Daru hanya tersenyum kecil menanggapi tatapan Lyd. Dia juga bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Lyd. Daru tahu manusia itu makhluk yang simpel, jika ada sedikit saja kenikmatan, mereka akan menggebu-gebu untuk mendapatkannya, pengalaman pribadi.
Lima Keluarga Bangsawan tetap saja tidak menyentuh makanan yang ada di depannya. Semua perwakilan Keluarga Bangsawan pun berdiri karena mulai tidak sabar, kecuali William Carnavian, dia masih termenung karena apa yang diucapkan Daru tadi.
"Serahkan sekarang atau kami kembali ke Moon City dan melaporkan kepada Raja bahwa Bukit Sarren adalah keberadaan yang berbahaya!" ancam perwakilan dari Keluarga Florenssia, Clara Florenssia.
Daru pun berdiri dan mendekati salah satu perwakilan dari Perusahaan Dagang Crec. Daru mendekat dan berbisik, "Aku tau kau bekerja sama dengan Perusahaan Dagang Samudera untuk menjual budak dari Kerajaan Resia ke Kerajaan lain, bukankah itu ilegal tuan Ronald ...."
Wajah Ronald pun pucat karena rahasia terbesarnya diketahui Daru. Ronald melirik ke salah satu perwakilan dari Perusahaan Dagang Samudera seraya menggelengkan kepala. Perwakilan Perusahaan Dagang Samudera hany kebingungan dengan tanda yang diisyaratkan Ronald.
Daru tersenyum dan menuju ke tempat duduk perwakilan Restoran Bintang Biru. Diantara tempat duduk Perusahaan Dagang Crec dan Restoran Bintang Biru, ada Perusahaan Dagang Samudera. Ketika Daru melewati tempat duduk perusahaan dagang Samudera, dia berbisik, "Budak." Bisikan Daru tidak terlalu keras namun cukup membuat Perusahaan Dagang Samudera mendengarnya. Kini ekspresi mereka tak jauh berbeda dari Ronald.
Daru pun tiba di dekat tempat duduk dari perwakilan Restoran Bintang Biru, dia lalu berbisik kepada Lyd. "Aku tidak berencana untuk membuka restoran. Jadi, bukanlah tidak mungkin untuk bekerja sama mengenai resep dan bahan. Oh, dan aku tau Restoran Bintang Biru sebenarnya adalah kumpulan mata-mata dari Kerajaan Sarian. Tapi tenang saja, aku tidak melakukan sesuatu yang tidak menguntungkanku." Daru mengedipkan satu matanya ke arah Lyd yang sedang memandangnya karena terkejut.
Daru juga mebisikkan rahasia-rahasia kecil semua pihak yang hadir kecuali Asosiasi Petualang dan lima keluarga Bangsawan. Ketika sudah selesai berkeliling, Daru kembali ke kursinya dan menatap perwakilan dari lima keluarga Bangsawan.
"Kalian pasti bertanya-tanya tentang apa yang aku bisikkan kepada mereka," ucap Daru.
Lima Keluarga Bangsawan hanya diam tidak menanggapi.
"Aku membisikkan kepada mereka tentang rahasia kecil mereka ..., dan aku juga tahu rahasia terbesar kalian." Daru tersenyum sangat lebar, bahkan dia menahan sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara tawa.
"Hahaha! Omong kosong apalagi yang akan kau keluarkan? Lalu kenapa kau tidak membisikkannya kepada kami ha?" Flora Florenssia menantang.
Bip Bip Bip
Suara dari mesin pendeteksi kembali terdengar. Karena suasana sedang panas, orang yang ada di lantai dua tidak ada yang menyadarinya kecuali Daru. Daru kembali tersenyum.
"Karena kalian ingin melawanku secara terang-terangan, aku juga akan mengutarakan rahasia kalian secara terang-terangan." Daru diam sejenak lalu merubah ekspresinya sedingin mungkin.
"Kalian berlima bekerjasama dengan kelompok perampok Bloodhand menculik Putri Kerajaan, Rennesia Lionness, dan tujuan utamanya kalian adalah mengangkat Verza Lionness yang merupakan adik dari Raja Kerajaan Resia yang sekarang sebagai Raja yang baru." Suara yang dikeluarkan Daru bernada dingin seolah-olah itu adalah desisan seekor ular.
Bagiamana dia tahu?! Kira-kira itu lah yang ada di pikiran semua perwaklian keluarga bangsawan.
Krek
Suara pintu terbuka, semua orang pun memandang ke arah pintu di belakang Daru.
"Saya tidak menyangka Tuan Daru mengetahui informasi yang baru saja kami dapatkan. Kemampuan Tuan Daru memang luar biasa." Suara seorang perempuan terdengar dari arah pintu.
Semua orang di lantai dua mengenali sosok dan mulai berlutut kecuali Daru.
"Pangeran Verlin, Putri Rennesia. Kami memberi hormat." Semua yang berlutut berkata serentak.
"Selamat datang nona Rennesia, dann saya yakin pria di sebelah anda adalah Tuan Verlin Lionness," ucap Daru sembari memandang seorang pria di samping Rennessia.
"Ya benar, saya adalah Verlin Lionness, Kakak dari Rennesia. Saya sungguh berterima kasih karena telah menyelamatkan adik saya dari tangan perampok Bloodhand. Tanpa saya sangka, pelaku utamanya ternyata ada di dalam Kerajaan," icap Verlin sembari mengalihkan pandangannya ke perwakilan lima keluarga Bangsawan.
Semua orang yang berlutut terkejut. Bagaimana tidak? Orang yang memiliki Bukit Sarren adalah orang yang sama dengan penyelamat Putri Kerajaan. Tidak heran Raja Vanir memberikan Bukit Sarren kepada Daru.
"Salam kenal Tuan Verlin. Saya mendengar banyak hal luar biasa tentang anda. Ngomong-ngomong, saya merasa ada banyak orang di luar, bukankah seharusnya hanya dua, Frey?" Daru sudah mendengar suara-suara langkah kaki yang berat dan banyak beberapa saat yang lalu.
"Aku orang yang menjunjung tinggi hukum kau tahu?" jawab Frey sembari memalingkan wajahnya.
Daru hanya tersenyum mendengar jawaban Frey.
"Ah, maafkan saya Tuan Daru, kami berdua membawa beberapa prajurit untuk menangkap beberapa hama disini. Apakah tuan Daru keberatan?" tanya Pangeran Verlin.
"Tentu saja tidak Tuan Verlin, seperti kata Frey, aku juga orang yang menjunjung tinggi keuntung- emm ..., maksudku hukum. Lagipula mereka juga berpikir untuk melawan saya," ucap Daru.
Putri Rennesia, Pangeran Verlin, dan Frey tertawa kecil mendengar ucapan Daru. Sebaliknya, perwakilan dari lima Keluarga Bangsawan tidak bisa tertawa sama sekali. Keringat dingin bercucuran mengalir deras di tubuh mereka.
"Terima kasih Tuan Daru. Dan untuk kalian anggota keluarga cabang Bangsawan, Kerajaan telah menangkap semua orang dari keluargamu yang ada di Moon City. Jangan melawan, buat ini menjadi mudah. Prajurit! Tangkap buronan itu!" teriak Pangeran Verlin memberi perintah.
Suara Pangeran Verlin cukup keras sehingga bisa sampai ke telinga prajurit yang ada di luar bangunan. Langsung saja mereka masuk dan menangkap sepuluh orang dari lima Keluarga Bangsawan. Setelah melihat prajurit menangkap mereka semua, Frey menuntun para prajurit menuju portal teleportasi.
"Ehm ..., karena pengganggunya telah pergi, Mari kita lanjutkan acaranya. Oh, Tuan Verlin dan Nona Rennesia, saya belum menjamu kalian berdua, dan makanan yang ada disini sudah dingin. Mari ikut saya ke lantai satu, saya akan membuatkan makanan sekaligus mengenalkan produk saya ke semua orang yang hadir di sini," ucap Daru.
Daru pun menuntun semuanya turun ke lantai satu dan menuju dapur. Karena ruangan dapur tidak seluas lantai dua, hanya ada satu orang dari masing-masing perwakilan ditambah Putri Rennesia dan Pangeran Verlin yang masuk. Sedangkan yang lainnya, dituntun Frey menuju konter depan untuk membeli rokok.
"Saya akan mengenalkan produk yang disebut mie instan, aebuah barang yang sangat menakjubkan." Daru mengeluarkan dua bungkus mie instan berwarna hijau. Ya, kalian pasti tahu mie apa yang dipegang Daru. Daru memegang mie mantaap rasa soto ayam.
Daru mulai merebus air dengan kompor elektrik. Dia juga menyiapkan dua mangkuk dari kayu dan menaburkan bumbu ke dalamnya. Ketika air sudah mendidih, Daru memasukkan dua bongkah mie ke dalam panci.
Blukutuk blukutuk (sfx: air mendidih)
Setelah bongkahan mie berubah tekstur, Daru mematikan kompor dan menuangkan mie kedalam dua mangkok. Tepat ketika dia menuang kuah nya, aroma sedap tersebar di dapur, membuat semua orang berhalusinasi.
*Ah, aku mendengar ayam berkokok,
Satu, dua, tiga ..., banyak sekali anak ayam,
Kenapa ayam bisa terlihat sangat indah,
Aku ingin menikahi ayam*,
Kira-kira seperti itulah yang ada di pikiran mereka.
Plok plok.
Daru bertepuk tangan membuat semua orang tersadar dari lamunannya.
"Selamat menikmati Tuan Verlin, Nona Rennesia," ucap Daru sembari memberikan Dua mangkuk kepada mereka
Putri Rennesia dan Pangeran Verlin dengan sigap meraih Mangkuk dari Daru. Mereka hendak merasakan suapan pertama, tetapi ...
"Tunggu dulu... Mari kita kedepan dan membuat orang-orang disana kelaparan," ucap Daru.
Mereka berdua mengangguk dan berjalan menuju konter dengan diikuti yang lainnya.
Ketika mereka mendekati konter, aroma dari mangkuk yang dipegang Putri Rennesia dan Pangeran Verlin menyebar, membuat semua orang yang mengantri untuk membeli rokok mendengar suara
Kukuruyuuuuk
Bahkan Frey yang sedang mengulurkan rokok ke orang di depannya pun meneteskan air liur.
"Aku akan membeli itu! Berapa harganya!?" teriak salah satu perwakilan yang tadi mengikuti Daru ke Dapur.
"Aku dulu!" teriak yang lainnya.
"Aku akan membayar dua kali lipat dari yang dia bayar! Aku dulu."
"Tuan Daru! Apakah aku bisa menikahi!?"
"Aku ingin membeli ayam!"
Daru merasa senang dengan antusiasme para pelanggan pertamanya. Aku senang mendengar mereka berteriak seper- eh? Apakah aku mendengar ada yang mau menikahi ayam?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Doni Syuaib
hadech🤦... daya imajinasimu terlalu op thor🤣🤣🤣 I like this...
2021-12-17
0
Pristine Distributor
tambah mie goreng thor.. racun banget tuh mie goreng. makan 1 kurang makan 2 kebanyakan 🤣🤣
2021-09-06
2
Riangga Mustika
up.
2021-08-17
0