Hari ini, Harfa nampak tak semangat menjalani aktivitas nya. Harfa terpaksa berangkat ke rumah sakit naik taxi online.
Mobil Harfa berada di bengkel, akibat mobilnya kena paku.
Mata Harfa masih sembab. Akibat semalaman menangis. Untung, hari ini pasien tidak terlalu padat.
"Pagi bidadari."
Sapa Langit tersenyum cerah. Harfa melengos begitu saja tak menghiraukan sapaan Langit.
Langit melongo, melihat tingkah Harfa.
Langit adalah salah satu rekan kerja Harfa di rumah sakit. Langit juga adalah anak dari dokter Sarah. Sahabat ummah Sinta dulu.
"Ada apa, Lang?"
Tanya dokter Sam, menepuk bahu dokter Langit.
"Dokter Harfa kenapa ya? Kok tumben, judes banget."
"Mungkin, dokter Harfa ada masalah. Sudah jangan di ganggu, cewe kalau ada masalah di ganggu, berabe."
Ucap dokter Sam. Dokter Langit mengangguk setuju.
"Pagi, Cinta?"
"Pagi juga, mas ku."
Balas Zahra mengedipkan sebelah matanya pada dokter Sam. Dokter Langit memutar bola mata malas melihat ke-bucin-an dokter Zahra dan dokter Sam.
Dokter Sam adalah putra dari dokter Bela. Zahra adik kembar Mikail putri dari dokter Cantika.
Entah kebetulan atau apa. Anak-anak sahabat ummah Sinta bekerja di rumah sakit bunda Husna bersama dengan Harfa.
Harfa, dokter Langit, Dokter Sam dan dokter Zahra. Mereka satu generasi.
Dokter Sam dan dokter Zahra sudah lama mereka saling suka. Namun, tak ada ikatan lebih dari mereka selain persahabatan. Namun, tingkah mereka memang seperti itu, selalu suka saling menggoda.
Sedang dokter Langit, dari dulu menyukai Harfa. Namun sayang, Harfa mencintai laki-laki lain. Dokter Langit belum tahu jika Harfa dan Bumi sudah selesai. Andai dokter Langit tahu, dirinya pasti orang pertama yang bahagia.
"Ra, kamu tahu Harfa kenapa?"
"Harfa? Dia sudah datang?"
Dokter Zahra malah balik bertanya membuat dokter Langit mengerucutkan bibirnya kesal.
"Sudah cinta. Tadi pergi ke ruangannya."
"Makasih dok, kalau begitu aku pergi dulu."
Zahra berlari guna menemui Harfa. Ada sesuatu yang mau dokter Zahra ceritakan.
Namun, di ruang dokter Harfa kosong. Entah kemana perginya dokter Harfa.
"Kemana dia? Pasti ke atap."
Monolog Dokter Zahra. Langsung masuk lift menuju lantai atas. Dan benar saja, dokter Harfa ada di sana.
"Harfa."
Dokter Harfa menoleh ketika namanya di panggil.
"Fa, kamu kenapa?"
Dokter Zahra cukup terkejut melihat mata memerah Harfa. Apalagi terlihat jelas jejak air mata di sana.
Harfa tak mengatakan apapun. Harfa hanya memeluk Dokter Zahra saja. Seolah sedang menyalurkan rasa sakit hatinya.
"Kamu kenapa, Fa. Ada masalah?"
Harfa diam saja. Harfa memang orang yang sedikit sulit bercerita walau sikapnya bar-bar.
"Kalau ada masalah, cerita. Jangan di pendam sendiri. Siapa tahu aku bisa bantu. Walaupun tidak, setidaknya itu bisa mengurangi beban hati kamu."
Ucap dokter Zahra mengelus punggung dokter Harfa yang bergetar.
"Mas Bumi mau menikah dengan wanita lain."
"What!"
Pekik dokter Zahra terkejut. Langsung saja melerai pelukannya. Dokter Zahra menatap penuh selidik. Mata dokter Harfa sangat serius. Bahkan matanya semakin memerah.
"Dia menyakiti kamu. Kurang ajar. Berani sekali dia menyakiti kamu. Ini tak bisa di biarkan. Kita harus membalasnya."
"Tidak."
"Kenapa? Kamu masih membela dia. Jelas-jelas dia mau menikah cewe lain. Di saat pernikahan kalian sudah di tentukan."
Nafas dokter Zahra memburu. Dokter Zahra tak terima jika hati sahabatnya di sakiti. Dokter Harfa sudah seperti saudara bagi Dokter Zahra. Apalagi keluarga mereka sangat dekat. Sebelum semuanya renggang gara-gara kakak Ifa menikah dengan orang lain bukan Mikail.
"Aku yang melepaskannya."
Dokter Zahra tertegun. Menatap dokter Harfa tak percaya. Dokter Zahra benar-benar belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Maksud kamu apa? Aku gak ngerti? Kamu jangan membela laki-laki model begitu."
"Aku gak membelanya. Aku yang melepaskannya. Aku gak siap menikah dengan nya. Hingga ibu kecewa dan menyuruh mas Bumi menikah dengan wanita lain."
"Tapi, kenapa hatiku sakit."
Dokter Zahra memeluk dokter Harfa erat. Melihat rasa frustasi dokter Harfa membuat dokter Zahra faham satu hal. Pasti sulit berada di posisi dokter Harfa. Melawan trauma memang lah tak mudah.
Apalagi kejadian yang menimpa kakak Ifa kembali membuka luka lama.
Jika itu permasalahannya. Dokter Zahra sendiri tak bisa berbuat apa-apa.
Dokter Zahra yang tadinya menyalahkan Bumi. Kini diam. Karena paham, permasalahannya bukan dari Bumi tapi dari Harfa sendiri.
"Kita konsultasi lagi sama dokter Yeri, ya. Siapa tahu beliau bisa membantu kamu keluar dari rasa ini."
"Tidak. Aku gak mau."
Dokter Harfa benar-benar berada di titik terendahnya. Jiwanya seolah hilang separuh.
Jika sudah begini, dokter Zahra pun tak bisa melakukan apapun.
Apa yang di alami dokter Harfa, dokter Zahra tahu. Jadi sulit bagi mereka juga untuk keluar dari zona itu. Dan dokter Harfa paling parah akan kasus itu.
Namun, sebagai seorang sahabat. dokter Zahra tak mau melihat dokter Harfa seperti ini. Tapi, apa yang harus dokter Zahra lakukan. Semua di luar kendalinya.
Kenapa kisah cinta sahabatnya begitu rumit. Dokter Zahra saja sudah pusing akan kekokohan hati sang kakak. Kini, harus membantu dokter Harfa terbebas dari bayang-bayang ketakutan itu.
"Aku tak tahu harus berbuat apa. Tapi, aku yakin kok. Kamu bisa melewati ini semua."
"Aku bukan kakak Ifa yang kuat. Bahkan masih bisa tersenyum saat para bajingan itu menyakitinya."
"Aku percaya. Kamu juga mampu. Bahkan mampu melebihi kakak Ifa."
Percaya dokter Zahra.
"Kamu sudah memutuskan dan tak bisa di tarik lagi. Maka kamu harus siap dengan konsentrasi nya. Hadapi jangan lemah. Aku tahu kamu kuat. Saudaraku tak akan lemah akan hal cinta."
Sambung dokter Zahra. Walau dokter Zahra sendiri merasa ragu akan ucapannya sendiri. Mengingat dokter Harfa berada di titik terbaik pun karena Bumi.
Dokter Harfa terdiam. Dokter Harfa tak mau dia terlihat lemah akan masalah cinta. Jika boleh mengulang. Dokter Harfa tak mau jatuh cinta. Dokter Harfa ingin seperti kakak Ifa. Yang tak pernah merasakan patah hati.
Mungkin memang ini jalan yang harus dokter Harfa hadapi. Semua sudah di putuskan dan tak akan pernah bisa sama kembali.
Itu artinya dokter Harfa dan Bumi mungkin tidak berjodoh.
Mereka harus mengikhlaskan satu sama lain. Itu jalan mereka sekarang.
Puas menenangkan hati, Dokter Harfa dan Dokter Zahra kembali. Walau keadaan Dokter Harfa kacau tapi dia tetap profesional menjalani tugasnya.
Dokter Harfa tak ingin masalah pribadinya menghancurkan karir yang sudah ia bangun. Tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya juga. Sudah cukup beban kedua orang tuanya selam ini. Dokter Harfa tak ingin menambah beban kedua orang tuanya.
"Jika memang ini yang terbaik, tolong kuatkan Aku Tuhan."
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
lily
lanjut 🥰
2025-02-02
2