Aku (Tak) Mau Menikah, Ummah.

Aku (Tak) Mau Menikah, Ummah.

Bab 1 Mengikhlaskan

...Tak ada kenangan yang lebih indah dari pada bertemu Bumi. Tak ada rindu yang lebih manis dari pada bertemu Bumi. Semuanya Bumi dan Bumi. Tapi, Bumi hanya akan menjadi kenangan...

...*Harfa*...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Maafkan saya, saya tak bisa lagi memperjuangkan kamu."

Ucap Bumi menunduk, hatinya begitu hancur. Itu bukan keinginan Bumi tapi Bumi harus menentang hatinya sendiri.

"Mari kita akhiri kisah kita sampai di sini."

Harfa, hanya bisa diam terpaku dengan mata memerah. Dadanya begitu sesak. Kenapa sesakit itu. Tapi, Harfa tak bisa untuk sekedar menolak.

Apa kisah mereka harus berakhir seperti itu. Harfa tahu semua salahnya. Untuk itu Harfa hanya bisa diam. Berusaha tetap menggenggam Bumi pun malah semakin sakit.

Akhir dari kisah mereka bukan karena ada penghianatan apalagi tak ada cinta. Mereka saling mencintai, tapi, keadaan membuat mereka harus mengakhiri kisah nya.

Bumi tak bisa lagi menunggu bukan karena tak mampu. Namun, desakan kedua orang tuanya membuat Bumi tak bisa memperjuangkan cintanya lagi.

"Mas .., maafkan aku."

Lilih Harfa tak bisa lagi membendung air matanya.

Dada Bumi terasa sesak. Ingin rasanya Bumi menarik Harfa kedalam pelukannya. Namun, Bumi hanya diam saja. Bumi tahu, jika ia melewati batas, ia takut semakin berat melepas Harfa.

"Jangan menangis. Saya mohon."

Harfa mengangkat kepalanya. Pandangan mereka bertemu. Terlihat jelas pancaran kesakitan di sana. Mereka berdua benar-benar kesakitan. Tapi, mereka sadar jika mereka tak bisa lagi saling menyembuhkan.

"Maaf, jika aku hanya bisa meminta Mas menunggu. Rasanya aku ingin egois, tapi aku sadar jika itu akan membuat mas terbebani. "

Harfa menarik nafas dalam seolah pasokan oksigen sudah habis. Dadanya terasa sesak dan berat untuk melanjutkan ucapannya. Tapi, Harfa berusaha kuat agar ia tak membuat Bumi sedih.

"Aku ikhlas, ikhlas mas menikah dengan wanita lain. Bahagia kan ibu dan ayah. Agar kelak surga merindukan, mas. Ak-aku .., aku ..,"

"Cukup!"

Potong Bumi tak lagi bisa menahan diri. Bolehkah Bumi melewati batasnya lagi. Hanya kali ini, ini yang terakhir.

Bumi memeluk Harfa erat begitu erat. Harfa memberontak namun, Biru semakin mengeratkan ya.

"Saya tak sanggup!"

Harfa berhenti memberontak. Harfa tahu, ini salah sangat salah. Tapi, Harfa juga tak kuasa untuk terus memberontak. Harfa membalas pelukan Bumi. Mungkin ini pelukan terakhir bagi mereka.

Kenapa cinta harus sesakit ini. Kenapa mereka harus berpisah jika mereka saling mencintai.

Begitu lama mereka saling menumpahkan perasaan. Mungkin, ini benar-benar yang terakhir buat mereka. Hingga, suatu saat nanti jika mereka bertemu. Kisah mereka tak lagi sama.

Biarkan lah mereka sejenak bersatu, sampai mereka sadar jika itu akan membuat mereka semakin berat melepas.

Harfa mendorong Bumi pelan. Sadar jika mereka terlalu hanyut dalam kehangatan. Jika di biarkan terus seperti itu, Harfa tak sanggup.

"Pergilah."

Titah Harfa, membalikan tubuh, membelakangi Bumi.

Bibir Bumi ter-katup, gemetar. Tangannya mengepal erat.

"Saya tak kuasa akan diri saya. Tapi .., saya ikhlas jika suatu saat nanti kamu menemukan cinta lain. Jangan jadikan siapapun menjadi pelarian. Jika masih ada cinta, cintailah orang itu dengan baik."

"Walau saya sendiri ragu bisa mencintai perempuan lain selain diri mu. Aku ingin egois, tapi aku tak bisa."

Bumi hanya bisa membatin di akhir kalimatnya.

Bumi sadar jika mereka tak bisa memaksakan kehendak. Mungkin itu adalah jalan yang terbaik untuk mereka.

Sakit rasanya Bumi mengatakan itu. Tapi, Bumi tak ingin Harfa terpaku dalam masa lalu. Bumi ingin yang terbaik juga untuk Harfa.

"Terimakasih sudah menjadikan ku laki-laki beruntung di cintai oleh mu. Andai jika ada kehidupan selanjutnya aku ingin tetap menjadi laki-laki yang kamu cintai tanpa kurang sedikit pun."

Ucap Bumi gemetar. Mengakhiri percakapan mereka. Bumi pergi meninggalkan Harfa sendiri. Meninggalkan cinta nya. Setiap langkah terasa begitu berat dan sesak. Tapi, Bumi harus tetap melangkah. Ingin rasanya berbalik. Bumi tahu, itu akan membuat masalah baru.

Bruk!

Harfa menjatuhkan diri di atas rerumputan. Tangisannya semakin pecah. Harfa meremas dadanya yang terasa sesak seolah ingin mencabut kesesakan itu.

"Aku .., aku tak tahu apa masih bisa jatuh cinta atau tidak, mas."

Isak Harfa, dunianya seolah gelap dalam sekejap mata.

Kisah mereka akhirnya hanya bisa sampai di sana.

Andai keadaan tak memaksa mereka berpisah mungkin tak akan ada yang namanya patah hati.

Langit mulai gelap, rintik-rintik hujan mulai turun. Tapi, tak membuat Harfa pergi. Harfa membiarkan air hujan membasahinya.

Tetes demi tetes membasahi tubuh Harfa. Bibir Harfa gemetar bahkan terlihat pucat. Harfa meraung, menangis membiarkan air hujan menemaninya.

Bohong jika Harfa Ikhlas, nyatanya mengikhlaskan sangat menyakitkan. Cinta mereka berhenti di sana. Semuanya pecah begitu saja. Seolah tak ada lagi lambang cinta di antara mereka.

Kenapa harus seperti itu. Rasanya sangat menyakitkan bagi Harfa.

Mengakhiri dengan cara baik-baik, ternyata lebih menyakitkan dari pada berakhir dari sebuah pertengkaran.

Keikhlasan menguji mereka berdua. Sekuat apa mereka melepaskan cintanya.

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu.

Puisi itu terngiang kembali di ingatan Harfa. Puisi kisah mereka. Puisi yang sering Biru ucapan ketika sebuah rindu menyapa mereka.

Sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang sangat di sukai Bumi.

Kini, hujan itu terasa nyata di alami Harfa. Harfa pikir itu hanya sebuah puisi tanpa makna. Kini Harfa tahu jika tak ada yang lebih tabah dari kata mengikhlaskan. Selain dari pada menahan rindu.

Mungkin, rindu itu tak akan lagi sama menyapa mereka.

Melepaskan seseorang yang kita cintai memang lah tidak mudah. Lebih sulit lagi bertahan, namun hanya luka yang di dapatkan.

Kenangan indah kebersamaan mereka terus berputar. Membayang-bayangi luka Harfa. Kenapa kisah mereka harus seperti itu pada akhirnya. Kenapa begitu sangat menyakitkan.

Harfa pikir, semua akan baik-baik saja. Nyatanya tidak. Kini Harfa harus rela melepas kan cintanya.

Tak ada kenangan yang lebih indah dari pada bertemu Bumi. Tak ada rindu yang lebih manis dari pada bertemu Bumi. Semuanya Bumi dan Bumi.

Tapi, Bumi hanya akan menjadi kenangan Harfa.

Jalan mereka mungkin harus seperti itu. Tidak ada yang bisa mengubah sebuah takdir jika Allah sudah mengaturnya seperti itu.

Lambang ke ikhlas lah yang harus mereka kibarkan. Melepas satu sama lain. Biarlah takdir yang menyembuhkan luka keduanya. Allah maha tahu akan takdir yang akan mereka hadapi ke depannya.

Bersambung ...

Semoga kalian suka dengan cerita Harfa dan Bumi.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏 🥰 🥰 🥰

Terpopuler

Comments

lily

lily

lanjut 🥰

2025-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!