Bab 2. Dasar Menyebalkan!

Nathaline perlahan memberanikan diri saat sang

Dosen Killier sudah mulai memanggil namanya.

"Nathaline Anggelica." Sang Dosen melirik ke segala arah, saat tidak mendengar adanya jawaban.

"Nathaline Anggelica, hadir atau tidak?" Suara Dosen itu menggema ke segala penjuru ruangan, membuat semua mahasiswanya tersentak.

"Saya pak," ucap Nathaline, ragu.

Seketika semua mata langsung tertuju ke arah pintu masuk kelas tersebut

Nathaline hanya tertunduk lemas, dia bahkan tidak berani menatap mata Dosen tersebut.

"Kenapa kau terlambat?" bentak Dosen itu kepada Nathaline.

Semua orang yang berada di kelas hanya tertunduk, mereka sangat takut menatap wajah garang sang Dosen.

"Maaf pak, tadi ada sedikit kendala di jalan," ucapnya lirih. Tubuhnya sedikit gemetar saat suara dosen itu meninggi.

"Apa lagi yang kau tunggu? Lekaslah keluar dan jangan kembali ke kelasku dalam satu minggu ke depan." Dosen itu memalingkan wajahnya setelah membentak Nathaline.

Nathaline langsung keluar tanpa bersuara, air matanya sudah sulit di bendung. Ia tidak mau di tertawakan oleh teman-temannya, jika ia menangis.

Nathaline berjalan menyusuri koridor kampus, Ia bingung harus ke mana. Jika ia pulang, maka akan ada yang melapor kepada Ayahnya dan ia bisa di hukum.

"Mengapa orang yang tidak memiliki hati nurani seperti dirinya harus mengajar di kampus ini? Benar-benar membuatku muak." Nathaline mengomel di sepanjang jalan, sambil menendang angin.

"Akh! Dasar gadis gila, mengapa kau menendang kaki ku?" Seseorang yang baru saja keluar dari toilet merintih kesakitan, saat Nathaline tidak sengaja menendang kakinya.

"Reza, apa yang sedang kau lakukan di sini? Bukankah kelas sedang berlangsung sekarang? Jangan bilang kau-" Perkataan Nathaline terhenti, ketika mulutnya di bungkam oleh tangan mahasiswa laki-laki yang bernama Reza itu.

"Stttt, diamlah! Aku bolos kelas hari ini, aku sangat jenuh melihat wajah menyebalkan Dosen itu," jawabnya sedikit berbisik.

"Dasar bodoh, apakah kau ingin tidak lulus dan mengulang kelas di tahun depan?" tanya Nathaline, sembari berbisik dan mengernyitkan dahinya.

"Jika aku tidak lulus, maka aku akan pindah dari kampus ini. Apakah kau lupa siapa siswa terpintar di kampus ini?" ujar Reza, sembari tersenyum sinis setelah menyombongkan dirinya.

"Ah baiklah! terserah kau saja." Nathaline memutar bola matanya, dia sangat malas saat mendengar kesombongan sahabatnya itu.

Nathaline terlihat sangat senang, karena hari ini ada yang menemani dirinya. Jadi, dia tidak sendiri lagi sekarang.

"Reza, ayo temani aku mencari makan. Aku sangat lapar, karena belum sarapan pagi ini," ajak Nathaline dan langsung menarik tangan Reza, tanpa persetujuan dari pria itu.

...***...

"Pelayan, aku pesan ini sama minuman ini 5 botol." Nathaline menunjuk menu-menu yang ingin di santapnya.

"Maaf dek, kami tidak melayani tamu di bawah umur. Ini juga tidak baik untuk kesehatan," ujar pelayan Caffe itu, berusaha menasehati Nathaline.

"Sstt, diamlah! Apa aku terlihat seperti di bawah umur? Aku sudah 19 tahun sekarang, dan jika ini tidak menyehatkan mengapa kalian menjualnya? Ini tip untukmu dan segera bawakan pesananku." Nathaline menyodorkan uang yang cukup banyak di depan pelayan Caffe tadi.

Pelayan itu hanya mengangguk dan segera menyiapkan pesanan Nathaline.

"Aish, kau tidak berubah Nathaline. Selalu saja melampiaskan kekesalanmu dengan minum, kapan kau akan berhenti menjadi seperti ini?" Reza memukul pelan lengan Nathaline.

Nathaline hanya diam dan memicingkan matanya ke arah Reza, dia tak memperdulikan perkataan sahabatnya itu.

Hari sudah semakin larut, Reza dan Nathaline terlihat mabuk berat akibat minum terlalu banyak hari ini.

"Sudah larut, ayo kita pulang! Biar aku yang mengantarmu," ucap Reza, menawarkan kepada Nathaline, tetapi hanya di balas dengan gelengan kepala dari Nathaline.

Puas Reza mendesak, tetapi jawaban Nathaline tetap tidak. Akhirnya, pria itu pulang lebih dulu dan meninggalkan Nathaline yang masih asik meneguk minumannya.

Nathaline semakin sulit mengendalikan dirinya, bahkan untuk berdiri saja dia kesulitan.

"Hei, Dosen Killer menyebalkan! Mengapa kau menghukumku? Kau jahat sekali!" Nathaline berteriak tanpa henti, ia sepertinya benar-benar mabuk berat.

Reyhans Aditya Mahesa,

Sang Ayah meminta Reyhans untuk datang ke kediaman keluarga besar Mahesa, untuk membahas masalah perjodohan dirinya dengan wanita yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.

"Aku tidak setuju dengan perjodohan ini, aku bisa menentukan pilihanku sendiri!" Suara laki-laki itu menggema ke seluruh penjuru ruangan.

"Kau harus tetap melakukan perjodohan ini Rey, Aku sudah berjanji kepada Ibunya!" Ayahnya berusaha menjelaskan kepada sang anak.

"Kalau begitu, Anda saja yang menikahinya, Tuan Mahesa," jawab pria itu lancang, kepada ayahnya dengan nada tinggi.

"Jaga mulutmu Rey, aku adalah ayahmu! jika kau menolak perjodohan ini, ucapkan selamat tinggal pada kampusmu," ancam Mahesa, kepada Reyhans.

"Cih! terserah kau saja, aku sudah muak dengan semua ini!" Reyhans melangkah keluar dari kediaman ayahnya.

Tampak raut wajah penuh kekesalan yang di tunjukkan oleh Reyhans semenjak keluar dari rumah tersebut.

Pria itu dengan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk kembali menuju ke kediamannya.

Tidak butuh waktu lama, Reyhans telah tiba di kediamannya. Dengan kesal, pria itu melangkahkan kakinya menuju kamar tidur.

...Brak!...

Reyhans membanting pintu kamar dengan keras. Semua pelayan dan pengawalnya tersentak, baru pertama kali ia tampak semarah ini.

"Argh! Mengapa ayah selalu saja memaksakan kehendaknya kepadaku!" Reyhans menjambak rambutnya dengan kesal.

Pagi hari,

Reyhans bangun dari tidur dan bersiap untuk pergi ke kampus. Dengan segera ia turun ke lantai bawah untuk sarapan.

"Selamat pagi, Tuan muda," sapa salah seorang pelayan sembari membawakan makanan.

"Hmm." Reyhans hanya mengangguk, dia memang tidak suka berbasa-basi untuk hal tidak penting.

Orang bilang, Pria ini sangat hemat dalam kata. Ada juga orang yang menganggap dirinya sombong, karena tidak mudah di ajak berbicara.

Reyhans segera merogoh saku kemejanya untuk mengambil ponsel miliknya, saat ini mendengar nada panggilan berbunyi.

"Ada apa?" jawabnya ketus, saat mengetahui siapa yang menelponnya di pagi-pagi buta, seperti ini.

"Lusa malam kita akan menemui keluarga dari calon istrimu, untuk membahas kelanjutan masalah perjodohanmu," ucap seseorang dari balik telepon.

"Sudah ku bilang, aku tidak mau!" Raut wajah Reyhans kembali berubah menjadi kesal.

"Baiklah, kampusmu taruhannya-" Belum habis orang itu berbicara Reyhans langsung menutup teleponnya.

Pria itu menggebrak meja makan dengan kesal dan langsung meninggalkan sarapan yang bahkan belum di sentuhnya.

"Jalan pak!" titahnya kepada seorang supir, pria ini tampak sangat kacau hari ini. Sepanjang perjalanan ia terus memasang wajah masamnya.

...Brak!...

"Dasar sialan! Jika tidak bisa mengemudi mengapa masih mengendarai mobil? Benar-benar tidak tahu diri." Dengan emosi yang sudah di ubun-ubun, Reyhans keluar dari mobil untuk melihat siapa yang baru saja menabrak mobilnya.

Beberapa kali dia mengetuk kaca mobil orang tersebut, tetapi tidak ada yang membuka kaca mobil itu.

Namun, saat hendak pergi dari sana tiba-tiba saja ada seorang wanita yang membukanya, kemudian terus mengoceh tanpa henti. Reyhans yang bising mendengranya langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

"Sudah pak, jalan saja!" Reyhans kembali memerintahkan supir melajukan kendaraannya menuju kampus

"Dari pakaian yang ia kenakan, sepertinya ia murid dari kampus ku. Apa yang dia katakan tadi? Dia bilang Dosen killer, siapa Dosen itu? jika aku tahu akan aku pecat dia, berani sekali menakuti mahasiswaku!" batin Reyhans mengomel-omel tanpa henti di sepanjang perjalanan.

Reyhans langsung memasuki kelas untuk mengajar dan seperti biasa sebelum mengajar dia selalu mengabsen mahasiswanya.

Wajar saja, muridnya ada lebih dari seribu orang, mana mungkin dia mengingat nama-nama semua mahasiswanya.

"Nathaline Anggelica?" Pria itu menatap seluruh murid di depannya, tetapi tidak ada yang menjawab.

"Nathaline Anggelica, hadir atau tidak?" Dia kesal tidak ada murid yang menjawab pertanyaan dirinya.

"Saya pak," ucap seorang gadis yang baru saja membuka pintu kelas.

Pria itu terus menatap lekat ke arah Mahasiswanya itu, dia seperti pernah bertemu dengan mahasiswa itu sebelumnya.

"Kurang ajar gadis ini, ternyata aku yang dia maksud sebagai Dosen killer? Dasar murid tidak tahu di untung," batinya meronta melihat sosok gadis yang tengah berdiri di ambang pintu kelas. Dengan kesal ia menghukum siswi itu untuk tidak mengikuti pelajarannya selama satu minggu.

Reyhans selesai mengajar, hari juga sudah tampak cukup larut karena ia baru saja selesai membereskan soal-soal untuk ulangan harian nanti.

Reyhans berhenti si sebuah Caffe untuk membeli makanan, tiba-tiba ia melihat seseorang yang sepertinya tidak asing lagi bagi dirinya. Dengan perlahan ia berjalan mendekat untuk menghampiri gadis yang tampak sangat kacau itu.

"Hei, Dosen Killer menyebalkan! Mengapa kau menghukumku? Kau jahat sekali, dasar dosen sialan kau, Reyhan!" Gadis itu terus berteriak tanpa henti, hingga membuat beberapa orang melihat ke arahnya.

"Cih! Kenapa aku harus bertemu dengan dia lagi? hariku cukup sial hari ini." Reyhans mendengus kesal ketika melihat Nathaline yang tengah meracau tentang dirinya.

Ia kembali melanjutkan langkahnya untuk menghampiri dan semakin mendekat ke arah Nathaline saat melihat gadis itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi pagi.

"Bearti dia tidak pulang dari tadi dan dengan santainya meneguk minuman keras? Entah apa yang merasuki gadis ini," batinya, ia keheranan melihat Nathaline.

Reyhans segera mengambil botol yang masih berada di dalam genggaman tangan Nathaline dan segera meletakkannya di atas meja.

Dengan berat hati Reyhans menggendong Nathaline, karena takut akan terjadi sesuatu pada gadis itu. Bagaimanapun, ia merasa bertanggung jawab kepada mahasiswa yang di ajarnya.

"Heh, turunkan aku! aku ingin pergi ke rumah Dosen killer itu dan membakar rumahnya," Nathaline kembali meracau sambil memberontah dalam gendongan Reyhans. Pria itu hanya menghela nafasnya dan memilih untuk tidak memperdulikan ucapan Nathaline yang tengah mabuk berat dan langsung membawanya masuk ke dalam mobil.

"Pak, biar aku saja yang menyetir, kau bawakan saja mobilnya." Reyhans menyuruh supirnya turun dan dengan segera ia melajukan mobinya untuk pulang ke kediamanya.

Sesampainya di rumah, Reyhans langsung menggendong Nathaline masuk ke dalam kamar miliknya.

Semua pelayan dan pengawal hanya diam melihatnya, seolah tidak melihat apapun.

"Apa yang harus aku lakukan kepada gadis ini? Aku tidak tau di mana rumahnya dan jika aku membiarkannya di sana dia bisa saja di lecehkan oleh pria hidung belang." Reyhans membatin. Ia kemudian membaringkan tubuh Nathaline di atas ranjang miliknya.

"Bi, tolong pinjamkan gadis ini baju, bajunya sudah lusuh dan bau alkoholnya sangat menyengat." Reyhans segera memanggil salah seorang pelayan untuk mengganti baju Nathaline.

Beberapa menit kemudian, Reyhans menatap Nathaline yang tengah tertidur pulas di atas ranjangnya.

"Lihatlah, dia menikmati kasur empukku sementara aku harus tidur di sofa malam ini." batin Reyhans, pria itu terlihat sangat jengkel.

"Astaga!" Reyhans sangat kaget saat Nathaline tiba-tiba terbangun dan duduk di atas kasur.

"Hei, gadis gila! apa yang akan kau lakukan?" Reyhans menatap heran ke arah gadis itu, karena mata Nathaline masih terpejam.

Nathaline tanpa sadar melepas bajunya di hadapan Reyhans, dia juga melepaskan kaitan branya, kemudian melemparnya ke wajah Reyhans. Cukup lama gadis itu duduk, sepertinya ia sedang mengigau, kemudian gadis itu kembali berbaring,

Ia memang memiliki kebiasaan tidur dalam keadaan tidak mengenakan pakaian, itu sudah seperti hobbinya.

"Dasar gadis kurang ajar, tidak tahu malu!" Wajah Reyhans memerah seketika dan ia segera menjauh dari Nathaline.

"Dasar gadis gila, apakah dia tidak tahu bahaya melepaskan pakaian di depan seorang pria? Bagaimanapun aku ini pria normal." Reyhans mendengus kesal oleh tingkah Nathaline yang tiba-tiba.

...Next......

...Selamat membaca😘...

Terpopuler

Comments

Heni Yuhaeni

Heni Yuhaeni

reyhan g sadar klo dia yg gila, udah tau si nathaline mabuk, masih di anggap gila, dia sendiri yg normal, masih ngatain orang mabuk..

2021-03-18

0

Sriyani Wibawa

Sriyani Wibawa

🤣🤣🤣aneh ngigau nya

2020-12-17

0

سافيرا ريسكا

سافيرا ريسكا

Muncul.sini hehe

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!