"Pak apa tak ada cara lain, untuk membatalkan perjodohan ini?" tanya Nathaline, tiba-tiba. Membuat Reyhans hanya bisa menarik nafas dalam saat sedang berkonsentrasi pada jalanan.
"Maafkan aku, tapi sudah tidak ada cara lain. Aku sudah berulang kali membujuk Ayahku. Namun, ia tetap bersikukuh dan bersikeras untuk tetap melanjutkan perjodohan ini," jawab Reyhans sedikit menyesal.
Jawaban Reyhans membuat Nathaline sangat kecewa dan membuatnya kembali membungkam mulutnya. Gadis itu kembali memalingkan wajahnya dari arah Reyhans.
Sepanjang perjalanan Nathaline melihat keluar jendela yang terbuka, membiarkan sedikit angin menerpa wajahnya. Barangkali kesedihannya bisa turut hilang, dibawa oleh angin.
Reyhans sesekali melirik gadis itu, ia tampak kasihan kepada Nathaline yang harus kehilangan masa mudanya karna perjodohan ini. Namun, apalah daya, dia juga tidak mampu membantah keinginan Ayahnya.
Setelah cukup lama berkeliling, Reyhans dan Nathaline akhirnya tiba di kediaman gadis itu. Reyhans segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Nathaline.
"Terima kasih, Pak." Nathaline turun dari mobil sembari melempar senyum tipis ke arah Reyhans.
Reyhans hanya membalas dengan anggukan kecil, dia tau Nathaline hanya memaksakan senyum kepada dirinya.
Cukup lama mobil Reyhans terhenti di depan kediaman keluarga Halim, pria itu masih menatap punggung Nathaline yang perlahan menjauh darinya dan hilang dari pandangannya.
Reyhans segera melajukan mobilnya saat sudah memastikan Nathaline benar-benar lenyap dari pandangannya.
...***...
Sebuah pesan masuk ke ponsel pintar milik Nathaline, ia dengan segera meraih ponselnya dan memeriksa isi pesan tersebut.
"Kemana saja kau? aku mencarimu dari pagi dan tidak menemukanmu. Apa kau baik-baik saja? aku mendengar para siswa bergosip tentang dirimu dan si killer itu, apa yang terjadi? Jika kau melihat pesan ini, cepatlah balas!" isi dari pesan tersebut.
Nathaline mengulum senyum saat melihat sang pengirim pesan 'Reza Bawel'. Entah mengapa hatinya merasa lebih baik saat melihat kekhawatiran Reza kepada dirinya.
Gadis itu sebenarnya diam-diam menyukai sahabatnya itu, cukup lama ia memendam perasaannya terhadap Reza. Namun, tidak kunjung ada balasan dari Reza.
Nathaline dengan segera membalas pesan tersebut, tetapi ia merasa sangat bingung, haruskah menceritakan semuanya kepada Reza atau tidak, ia takut sahabatnya itu akan terkejut.
"Maaf, aku sedang banyak masalah akhir-akhir ini. Jadi tidak sempat untuk menghubungimu. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku," balas Nathaline.
"Ada masalah apa? Biasanya kau selalu menceritakan masalahmu padaku, apa sekarang kau sudah tidak menganggapku sebagai teman?" Balasan Reza membuat Nathaline terdiam sejenak.
Cukup lama ia berfikir, akhirnya dengan berat hati Nathaline memutuskan untuk menceritakan semua masalahnya kepada Reza tanpa ada satupun yang di lewatkan. Ia berharap, barangkali Reza bisa memberinya sebuah saran.
Panjang lebar Nathaline membalas pesan Reza. Namun, tidak kunjung ada balsan dari Reza, Padahal saat ini dia sedang butuh teman curhat.
Nathaline membanting telepon pintar miliknya di atas kasur. Dia sudah lelah menunggu selama 30 menit, tetapi tidak kunjung ada balasan dari Reza.
"Dasar pria menyebalkan, selalu saja menghilang di saat aku membutuhkan teman curhat. Sok sibuk sekali dia." Nathaline membatin, dia mendengus kesal atas perlakuan Reza yang mengabaikan pesan darinya.
Dia membanting tubuhnya dengan kasar di atas kasur. Lagi-lagi membenamkan wajahnya ke dalam bantal miliknya.
Ya, begitulah! hanya bantal yang menjadi pelampiasan kemarahan, kesedihan, dan juga sebagai teman curhatnya.
Beberapa minggu setelah kejadian itu, Reyhans datang ke rumah Nathaline untuk membeli berbagai keperluan pernikahan mereka berdua, termasuk membeli baju pengantin.
Ayah mereka sangat sibuk bekerja hingga sang mempelai yang harus turun tangan secara langsung untuk membeli segala perlengkapan pernikahan mereka.
"Aku sudah siap, ayo berangkat," ucap Nathaline yang baru saja menuruni tangga. Nathaline berdandan simple, tetapi terlihat sangat Cantik.
Mereka segera melaju, menuju butik langganan keluarga Halim. Mereka masuk untuk melihat dan memilih gaun yang cocok.
"Bagaimana dengan yang ini? Apakah kau menyukainya?" tanya Reyhans, sembari menunjukkan sebuah gaun pengantin bewarna merah muda.
Nathaline tidak mengucapkan sepatah katapum dan hanya mengangguk setiap kali Reyhans bertanya. Ia bahkan tidak tertarik untuk memilih gaun pengantinnya.
Reyhans bahkan sudah tidak tahu lagi, apa yang harus dilakukannya untuk membuat Nathaline bisa tersenyum.
Mereka sudah keluar dari butik setelah Reyhans menemukan gaun pengantin yang ia rasa akan cocok jika di kenakan di tubuh Nathaline, mereka kemudian pergi ke restoran untuk makan siang.
Selama perjalanan, Nathaline masih tidak mengeluarkan sepatah katapun. Gadis itu bahkan terus menunduk, seolah enggan untuk melihat Reyhans.
Gadis itu hanya terdiam dan hanya mengangguk saja setiap kali Reyhans melemparkan pertanyaan. Ia bahkan tidak menggubris setiap ucapan Reyhans.
"Bicaralah! mengapa kau mengabaikan aku, seperti ini? Setidaknya jawablah setiap aku bertanya dan jangan hanya mengangguk saja." Reyhans berusaha membujuk Nathaline untuk berbicara. Karna jujur saja, Reyhans tidak suka di abaikan oleh lawan bicaranya.
"Maaf pak, saya tidak tau harus membicarakan apa." Nathaline mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap mata Reyhans, ia mencoba membuka suaranya.
"Tidak bisakah kau bahagia sedikit saja atas pernikahan ini? Aku tidak akan menjadi seorang dosen killer lagi." Reyhans mencoba mengajak Nathaline bercanda, namun hanya ditatap datar oleh Nathaline. Tampak sekilas garis senyum di bibir Nathaline.
"Tidak bisakah kau belajar untuk menyukai diriku? Setidaknya agar pernikahan kita tidak menjadi beban bagimu." Reyhans kembali berbicara. Namun, kali ini wajahnya tampak serius
"Bagaimana dengamu Pak? Apakah kau bisa memaksakan hati untuk menyukai seseorang? Maaf, bukannya aku lancang, tetapi cinta tidak bisa di paksakan." Jawaban Nathaline membungkan Reyhans.
Bagaimanapun Reyhans sadar betul, cinta tidak akan pernah bisa di paksakan, dan pernikahan mereka hanyalah sebuah perjanjian di masa lalu antara kedua orang tua mereka. Hingga membuat mereka terpaksa harus bersama.
Bagaimanapun mereka mencoba dan memaksakan diri untuk tetap melanjutkan pernikahan ini rasanya cinta tak akan tumbuh di antara mereka.
Setelah selesai makan siang, mereka kembali mencari barang-barang yang harus dibeli untuk pesta pernikahan mereka.
Cukup lama mereka berkeliling dari satu toko ke toko lainnya, hari juga sudah mulai petang. Nathaline juga sudah terlihat sangat kelelahan setelah berkeliling seharian.
"Kau tidak lelah? jika kau lelah kita lanjutkan besok saja," ucap Reyhans saat menatap Nathaline yang tengah bersandar lemas di kursi mobil.
"Tidak apa Pak, kita lanjutkan hari ini saja. Waktunya sudah tidak banyak lagi." Nathaline kembali menegakkan tubuhnya
Reyhans kembali melajukan mobilnya untuk mencari barang-barang yang belum terbeli.
"Pak, Bisakah mampir ke situ? Sebentar saja." Nathaline menunjuk taman bermain yang berada di seberang jalan
Reyhans segera mencari parkiran kosong dan memarkirkan mobilnya. Dengan segera, ia melangkahkan kaki keluar dari mobil untuk mencari keberadaan Nathaline, yang berjalan lebih dulu, tadi.
"Pak, main capit boneka yuk!" Nathaline segera menarik tangan Reyhans yang berada tidak jauh darinya.
Nathaline beberapa kali mencoba. Namun, tidak berhasil sekalipun, ia kemudian meminta Reyhans untuk mencoba permainan tersebut.
Beberapa kali Reyhans mencoba, tetapi ia juga tidak berhasil sekalipun. Kesabarannya sudah habis, ia segera pergi dari sana dan meninggalkan Nathaline yang belum menyerah.
"Belum menyerah juga? Sudahlah, ayo pulang saja." Reyhans kembali menghampiri Nathaline yang masih bergulat dengan mesin capit boneka.
"Aku ingin boneka yang itu, sebentar lagi yah." Nathaline menunjuk sebuah boneka tedy bear yang lumayan besar.
"Ah, terserah kau saja," balas Reyhans, kesal.
Reyhans kembali meninggalkan Nathaline, yang masih belum menyerah. Pria itu sudah bosan berdiri selama 1 jam di sana.
"Ambilah ini, ayo kita pulang sekarang! Kita tidak akan tiba di rumah hingga besok, jika kau terus mencoba permainan itu." Nathaline menoleh saat Reyhans memberikan boneka dari arah samping.
"Wah, Cantik sekali! Terima kasih Pak Rey." Nathaline tersenyum sumringah melihat Reyhans membawakan boneka tedy bear, yang sangat besar. Boneka itu bahkan tampak lebih besar dari tubuh Nathaline yang mungil.
"Biar aku saja yang membawanya! Badanmu saja lebih kecil daripada boneka ini." Reyhans mengambil boneka yang susah payah di pikul oleh Nathine.
Hari sudah semakin larut, Nathaline sudah tampak kelelahan setelah berkeliling seharian. Gadis itu sampai tertidur di dalam mobil milik Reyhans.
"Maafkan aku, jika saja aku bisa menolak perjodohan ini, mungkin saja kau tidak akan tersiksa seperti ini." Reyhans menatap wajah Nathaline dari balik kaca, ada raut tidak tega yang di tunjukkan oleh pria itu.
...Next........
......Selamat Membaca😘......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Heni Yuhaeni
aqu baca nya nyesek ya, nathalin di buli, di acuhkan sama ayah nya, ayah nya cuma ingin nathalin nikah sama rayhan, bukan karna kasih sayang.. heran ko ada ayah seperti ayah nathaline
2021-03-18
0
Krisna New
gmn klo reyhan sama aku ajah..mayan dpt dosen 🤣🤣
2020-12-04
1
Mukarramah Mulia
😍😍😍😍
2020-09-13
1