Nathaline Kaget, bingung, dan heran semua bercampur aduk saat melihat sosok pria yang sedang berdiri di hadapannya.
"Oh tuhan, mengapa menjadi seperti ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" batin Nathaline, seketika perasaannya menjadi tidak karuan.
Nathaline dan Reyhans sama-sama kebingungan, mereka saling menatap satu sama lain, mereka bingung harus bagaimana sekarang. Perjodohan yang ingin mereka berdua hindari, malah menjebak mereka sendiri ke dalam perjodohan itu.
"Kau mengenal gadis itu, Halim?" tanya ayah Reyhans, yang heran melihat ekspresi sahabatnya yang berubah.
"Ini adalah putriku, Nathaline," ucap Halim, Ayah Reyhans tampak sangat terkejut mendengar pernyataan sahabatnya barusan.
"Berakhir sudah! Mengapa bisa menjadi seperti ini? apa yang harus aku lakukan, sekarang?" batin Reyhans, pria itu tampak sangat gusar.
"Reyhans bersikukuh ingin mengenalkan pacarnya kepadaku untuk membatalkan perjodohan ini, tapi aku senang rupanya Nathaline yang menjadi pacar anak ku," ucap Mahessa, menghela nafas lega.
Reyhans dan Nathaline hanya diam membisu, dan kemudian kembali saling menatap. Mereka tidak tau lagi bagaimana cara membatalkan perjodohan ini, dan mereka benar-benar kehabisan kata-kata, sekarang.
"Tuan, saya baru saja berusia 19 tahun dan masih kuliah, saya rasa saya belum siap untuk berumah tangga. Di tambah lagi, usia kami terpaut cukup jauh, saya takut akan menjadi bahan gunjingan orang-orang, nantinya." Nathaline mencoba untuk meyakinkan Halim dan Mahessa untuk mempertimbangkan perjodohan ini.
"Kami bisa menentukan masalah hidup kami sendiri, tidak perlu dikekang seperti ini, mengapa kalian harus memaksa kami untuk menikah seperti ini?" sambung Reyhans, yang melanjutkan perkataan Nathaline.
"Memangnya kenapa? kalian juga saling mencintai 'kan? Kalian tidak perlu memikirkan perkataan orang-orang, dan Nathaline juga tetap bisa melanjutkan kuliah setelah menikah," jawab ayah Reyhans menatap tajam keduanya.
Reyhans sudah kehabisan kata-kata saat ini, dia sangat bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, dan bagaimana caranya agar ia bisa membatalkan perjodohan ini.
"Karena mereka sudah saling mencintai, kita langsung saja menikahkan mereka berdua, lebih cepat lebih baik," ucap Mahessa memberi usulan.
"Tidak buruk, aku rasa kau benar. Akan lebih baik jika pernikahan ini segera di selenggarakan," balas Ayah Nathaline.
Dari perdebatan panjang itu, mereka memutuskan untuk mengadakan pernikahan dua bulan dari sekarang.
Reyhans hanya pasrah dengan keputusan ayahnya. Saham terbesar kampusnya adalah dari sang Ayah dan ayahnya akan menarik saham itu jika ia menolak perjodohan tersebut.
Nathaline tak bersuara sedikitpun malam itu, dia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Gadis itu terlihat pasrah dengan keputusan semena-mena yang di buat oleh Halim dan Mahessa.
Cukup lama berbincang, akhirnya mereka mengakhiri pertemuan tersebut dengan kesepakatan pernikahan akan di laksanakan dua bulan dari sekarang.
"Reyhans, tolong antar Nathaline pulang ke rumah. Aku ada keperluan mendadak," ucap Ayah Nathaline sebelum pergi meninggalkan tempat itu.
Kini hanya tersisa Reyhans dan Nathaline di parkiran, suasana keduanya tampak sangat canggung saat ini. Nathaline juga seolah enggan untuk bersuara, hingga membuat Reyhans menjadi merasa semakin canggung.
"Masuklah, aku akan mengantarmu pulang." Reyhans segera membukakan pintu mobil untuk Nathaline. Dengan segera ia melajukan mobilnya menuju ke kediaman Nathaline.
Sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, suasana terasa semakin canggung saat ini.
"Maafkan aku Nathaline, jika saja aku bisa membantah ayahku, mungkin perjodohan ini tidak akan berlanjut. Namun, aku tidak berani membantahnya, aku benar-benar minta maaf," ucap Reyhans lirih, seketika menyadarkan Nathaline dari lamunan kosongnya.
Nathaline hanya menunduk, ia tidak bersuara sedikit pun. Ia juga seolah masih enggan menatap mata Reyhans.
Cukup lama terdiam, gadis itu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan kasar. Ia segera mengangkat wajahnya dan menatap sendu ke arah Reyhans yang tengah berfokus kepada jalan raya.
"Apakah Pak Rey yakin kita bisa hidup bahagia setelah pernikahan ini terjadi? Aku takut kita hanya akan saling melukai nantinya," ucap gadis itu lirih, Nathaline berusaha membuka mulutnya, setelah sekian lama terdiam.
"Aku tidak cukup yakin dengan pernikahan ini. Ya, kurasa kau benar, aku juga takut jika kita hanya akan saling menyakiti nantinya," ucap Reyhans, pria itu balik menatap sendu ke arah Nathaline.
"Mengapa takdir harus mempermainkan kita seperti ini, aku merasa dunia ini benar-benar tidak adil bagi diriku," ucap Nathalie lirih, Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya dari Reyhans dan kembali menunduk.
Kesunyian kembali menyelimuti keduanya, tidak ada pembicaraan lagi hingga mobil yang mereka naiki berhenti tepat di depan rumah Nathaline.
"Terima kasih, Pak." Nathaline langsung keluar dari mobil dan berjalan dengan langkah lemas menuju pintu masuk rumahnya. Ia bahkan tidak mau menoleh kebelakang sama sekali.
Setelah memastikan Nathaline hilang dalam jangkauan penglihatannya, pria itu langsung melajukan mobilnya untuk kembali ke kediamannya.
Di sepanjang perjalanan, pria itu terus memikirkan bagaimana caranya agar perjodohan tersebut bisa di batalkan.
...***...
Nathaline bersiap-siap untuk berangkat menuju kampusnya, karena masa hukumannya sudah berakhir hari ini. Masih ada rasa canggung di hatinya jika ia bertemu dengan dosen itu, nantinya.
Jadi, ia sebisa mungkin akan berusaha untuk menghindari pertemuan dengan Reyhans. Bagaimanapun, ia masih merasa tidak enak karena masalah perjodohan mereka.
Nathaline tersentak dari lamunan kosongnya, ketika mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras di pintu kamarnya.
"Nona, di luar ada yang mencari anda." Suara seseorang dari balik pintu, membuat Nathaline bergegas merapikan diri.
"Iya, sebentar bi," ucap Nathaline, sedikit berteriak. Dengan segera ia bergegas keluar kamar, karena sangat penasaran siapa yang berkunjung pagi-pagi buta.
Langkahnya terhenti ketika menginjak anak tangga terakhir, matanya membulat sempurna ketika mendapati Reyhans yang tengah duduk di sofa ruang tamunya.
"Pak Rey? Apa yang sedang anda lakukan di sini, sepagi ini?" tanya Nathaline, sembari tidak melepaskan pandangannya dari Reyhans.
Reyhans langsung menoleh ketika mendengar suara Nathaline yang tidak jauh darinya, pria itu juga berdiri dan menghampiri Nathaline.
"Ayahku mendesak aku untuk menjemputmu mulai hari ini, setelah tau kau kuliah di kampusku," jawab Reyhans, dengan raut wajah datarnya.
"Ah, baiklah jika begitu. Maaf jika merepotkanmu, Pak," ucap Nathaline, yang merasa sangat tidak enak. Reyhans hanya mengangguk.
Sebelum berangkat ke kampus, mereka sarapan terlebih dahulu. Awalnya, Reyhans menolak karena alasan sedang terburu-buru, tetapi karena terus di desak oleh Halim, ia akhirnya menyetujuinya.
Setelah selesai menyantap sarapan pagi, Reyhans dan Nathaline dengan segera melajukan mobilnya menuju ke arah kampus.
Tidak seperti biasanya, kali ini Reyhans pergi ke kampus mengendarai mobilnya sendiri dan tidak di temani oleh supirnya.
Semua mata tertuju ke arah mobil Reyhans, setelah Nathaline turun dari mobil tersebut. Para mahasiswa terus bergunjing tentang Nathaline dan sang dosen.
"Eh lihat, siapa yang turun dari mobil Pak Rey?" bisik salah seorang siswa kepada siswa lainnya.
"Itu kan Nathaline, apa yang dia lakukan di dalam mobil dosen killer itu? Apakah dia menjadi wanita simpanan, sekarang?" ujar siswa yang lainnya menatap sinis ke arah Nathaline.
Suara riuh terdengar semenjak Nathaline keluar dari mobil Reyhans. Sepanjang perjalanan di koridor kampus, ia terus menjadi bahan gunjingan para mahasiswa di sana.
Reyhans menyadari hal tersebut dan melihat Nathaline tampak sangat tidak nyaman mendengar hal itu.
"Apa kalian tidak belajar? mengapa menggosip di sini?" bentak Reyhans kepada mahasiswanya, sembari menatap sinis ke arah para siswa tersebut.
Sontak mereka semua diam seribu bahasa dan mundur teratur daripada harus diomeli dan dihukum oleh dosen killer itu.
Jam pelajaran telah usai, Nathaline keluar dari kampus menuju parkiran mobil Reyhans. Sepanjang jalan menuju parkiran dia hanya tertunduk.
...Bruk!...
Nathaline kehilangan keseimbangan saat menabrak seseorang, ia sepertinya tidak fokus saat berjalan. Gadis itu jatuh bersimpuh di jalan semen parkiran.
"Kau tidak apa-apa? Maafkan aku, aku tidak sengaja." Orang itu mengulurkan tangan untuk membantu Nathaline berdiri. Namun, Nathaline langsung bangkit dan berlari sejauh mungkin dari orang tersebut.
Gadis itu berulang kali menyeka kasar air mata yang membasahi pipinya. Air mata yang sudah di bendung sedari tadi, langsung tumpah begitu saja.
"Nathaline, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis? Kau tidak apa-apa? Siapa yang melukaimu?" Reyhans menghujami Nathaline dengan banyak pertanyaan, tetapi gadis itu hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Aku baik-baik saja, Pak. Bisa tolong segera antarkan aku pulang?" ucap Nathline, lirih. Gadis itu segera menyeka air matanya setelah Reyhans mengangguk, dan ia langsung masuk ke dalam mobil Reyhans.
...<<<...
Hari ini Nathaline dijemput oleh Reyhans, saat ia tiba di kampus dan keluar dari dalam mobil Reyhans, ia menjadi bahan gunjingan antara teman-teman kampusnya.
"Nathaline, bisa ambilkan tas ku yang tertinggal di dalam toilet? Aku ingin ke kantin sekarang, jadi tidak sempat untuk kembali ke toilet," ucap seorang mahasiswi yang tiba-tiba duduk di atas meja Nathaline sembari memainkan rambutnya.
Gadis itu hanya mengangguk, seolah tidak berani membantah, karena jika dia membantah ia harus menerima resiko di bully oleh teman-temannya lagi.
Dengan berat hati, Nathaline melangkahkan kakinya menuju ke arah toilet. Ia masuk ke dalam toilet satu persatu untuk mencari tas siswi tersebut.
Cukup lama ia mencari, akhirnya ia menemukan sebuah tas bewarna merah yang tergeletak di lantai toilet. Ia segera masuk ke dalam toilet yang paling pojok dan meraih tas tersebut.
...Brak!...
Suara pintu yang di banting dengan keras, sepertinya ada yang sengaja menjebak Nathaline, dan membuat gadis itu terkunci di dalam toilet.
"Apakah ada orang di luar? Bisa tolong bukakan pintunya?" pinta Nathaline, ia menggedor- gedor pintu toilet tersebut, saat dia tau ada yang mengunci dirinya dari luar.
Nathaline hanya pasrah dan duduk di dalam toilet tersebut, ia terus menyeka air matanya yang terus mengalir tanpa henti.
Ia hanya tidak habis fikir, ada orang yang tega kepada dirinya, padahal ia tidak pernah melukai siapapun.
Nathaline hanya menunggu seseorang datang ke toilet karena jam pelajaran sedang berlangsung, pasti tidak akan ada yang mendengarnya.
1 jam telah berlalu. Namun, tidak kunjung ada yang datang ke toilet dan membukakan pintu. Nathaline bahkan lelah menunggu.
"Bla..bla..bla.." Terdengar suara riuh mahasiswi yang sedang berghibah di dalam toilet.
Nathaline berusaha menggedor-gedor pintu toilet dan berteriak sekuat tenaga, berharap ada yang mendengarnya. Dia terjebak di toilet paling ujung, sehingga kemungkinan suaranya tidak kedengaran.
Pintu toilet terbuka, seorang siswi menatap heran kearah Nathaline yang duduk sambil memeluk lutut di atas Closet. Dengan segera Nathaline berlari meninggalkan toilet, dan kembali ke kelasnya.
Gadis itu kembali duduk di bangkunya, matanya menatap tajam ke arah buku miliknya yang tergeletak di atas meja.
'Dasar wanita murahan'
'Tidak tahu malu'
'menggunakan tubuh untuk menggoda dosen'
'wanita simpanan'
Banyak sekali cacian dan makian yang tertulis di atas bukunya yang sudah tak berbentuk karena di coret dan di robek.
"Argh!" Nathaline sangat kesal dan mengepal kuat jari-jemarinya karena emosi yang ditahannya.
Nathaline merobek bukunya hingga menjadi potongan- potongan kecil.
"Dasar, sialan! Kalian semua bajingan, aku membenci kalian!" umpat Nathaline, sembari meninju mejanya cukup keras.
Tampak sekilas senyum tersirat di bibir gadis itu, ia kemudian tertawa terbahak-bahak, hingga membuat beberapa mahasiswa yang tersisa di dalam kelas bergidik ngeri dan menatap heran ke arahnya.
...**Next......
...Thanks sudah mampir**❤...
...Happy Reading all🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Heni Yuhaeni
semiga yg membuli nathalin dapet buliyan jga nantinya, biar dia gimana rasanya di buly
2021-03-18
0
Nurini
kasihan
2021-03-06
1
Litaalzhaazzila Azzila
sepertinya ayahnya nathaline sudah nikah dan punya anak lagi deh....
2021-02-26
1