" Ya sudahlah, sebentar bibi minta bantuan Mang Dadang untuk memperbaikinya," Bibi Santy akhirnya menyudahi percakapan kami di belakang rumah atau lebih tepatnya gubuk tuaku itu.
Aku dan bibi segera masuk ke dalam rumah melewati sebuah kamar sempit dan akhirnya sampai di depan pintu rumah. Rumah peninggalan orangtuaku itu berukuran sangat kecil hanya satu ruang tamu satu kamar dan satu dapur. Kamar mandi dan kamar WC sudah hancur berkeping-keping sebab hanya terbuat dari karung-karung bekas yang yang dijahit menjadi dinding tanpa atap. Hingga akhir-akhir ini aku menggunakan kamar mandi dan kamar WC di rumah Bibi Santy.
Sambil berjalan ke rumah bibi yang tak jauh dari rumahku sebab di pemukiman ini rumah hanya di batasi dengan selokan kecil yang mengeluarkan aroma tak sedap, bibi berceloteh tentang Sita yang akhir-akhir ini semakin manja dan banyak maunya. Bibi Santy selain terkenal penyayang juga terbilang dalam KIC (komplotan ibu-ibu cerewet).
Sebab ketika bercerita kita tak mampu menyela atau membalas cerita bibi. " Hehehehe, kalau ditulis cerita bibi bisa jadi satu novel yang dapat direkomendasikan ke pustaka terkenal" batin aku dengan sedikit tersenyum.
" Akhir- akhir ini bibi bingung melihat perubahan sikap Sita, ia mulai nampak manja dan sering marah- marah kalau keinginannya tidak dipenuhi bibi," bibi memulai ocehannya dan aku mulai menggaruk kan kepala sebab ocehan ini akan berakibat fatal terhadap aku. Aku akan menjadi tumbalnya. Sebab aku akan menjadi pendengar terbaik dengan waktu mendengar berjam-jam tanpa menyela sepatah kata pun.
" Sejak masuk SMP ini, dia mulai bertindak aneh dengan mengomentari semua pemberian bibi, mulai dari tas, buku, sepatu yang katanya kurang, apa namanya, mooodiss.. ya ya.. modis, hingga kemarin ia memaksa bibi untuk membeli HP dengan harga jutaan. Itukan gendeng, ia ngga Jimmy?" bibi mencoba meminta persetujuan aku dan aku terpaksa mengangguk kecil agar tak mendapat ocehan yang serupa dari bibi Santy kesayanganku ini.
" Kan sudah berkali-kali bibi katakan, kita hanya berasal dari keluarga miskin. Untuk membiayai dia sekolah saja bibi ngos-ngosan mencari uang dengan berjualan kiri dan kanan bahkan kamu kamu kan menjadi tumbalnya, harus membantu bibi berjualan kue di jalan-jalan dan semuanya untuk kehidupan kita bertiga walau kamu lebih memilih tidur di rumah orang tuamu!" Bibi terus melanjutkan ocehan panjang-lebarnya hingga akhirnya kami berdua masuk ke pekarangan rumah bibi Santy.
Rumah bibi Santy boleh dikatakan jauh lebih baik ketimbang rumahku. Rumah bibi walaupun hanya setengah tembok namun rapi dan lebih terawat. Ada tiga kamar di dalamnya dan plus sebuah kios kecil di depan rumah. Bibi sangat merawat rumah ini sebab ini adalah satu-satunya peninggalan suaminya yang sangat ia cintai. Kata bibi sih begitu.
Setelah bibi menyudahi ocehannya tentang Sita anak sematawayangnya itu ia kemudian mengajak aku untuk masuk ke dalam rumah.
" Oh ya nak, karena tadi pagi kamu telah menjual kue bibi dan habis terjual, tadi bibi pergi ke pasar dan bibi membeli kamu sepasang pakaian. Bibi tau, kamu tidak punya pakaian yang bagus. Jadi bibi coba memilih dan membeli ini sebagai hadiah untuk kamu. Semoga ukurannya pas dengan tubuh kamu," ucap bibi sambil memberikan kepada aku kantong plastik berwarna hitam.
" Bibi terlalu baik pada aku, aku tidak terlalu membutuhkan pakaian baru sebab rutinitas ku hanya sebatas pada menjual kue, ngamen di lampu merah dan memulung di timbunan sampah," kataku sambil menatap iba bibi Santy dibaluti senyum mentah yang masih dipaksakan. Walaupun dalam hati kecilku aku bersyukur sebab sangat jarang aku mendapat baju dan celana baru. Pakaian yang aku kenakan adalah pakaian-pakaian usang yang sebagiannya hampir sudah dikatakan tak layak untuk dipakai sebab sudah terdapat lobang di mana-mana.
" Seharusnya uangnya bibi simpan untuk keperluan Sita kelak," lanjut aku dengan raut wajah bersalah.
Namun bibi cepat menimpali dan berkata, " tidak nak, engkau dan Sita harus mendapat hak yang sama. walau engkau bukan anak kandung bibi."
Sementara aku dan Bibi Santy berdebat tentang pakaian baru itu, terdengar bunyi ketukan di depan pintu rumah.
" Selamat Siang Ibu!" Teriak seorang gadis remaja dengan balutan pakaian putih biru sambil menenteng payung karena di luar hujan tampak makin deras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
mr. Lucifer
nice
2021-08-03
0
Rozh
Siang Thor💖
semangat terus ya nulisnya 💪 semoga ide-ide nya selalu dapat🤗
Mampir juga ya di novelku "Suami Dadakan" makasih💖
Salam dari kisah danau hijau buatan kakek
2020-08-29
3