Berkunjung Ke Rumah Nyonya Dwi A Ningsih
__________________
Malam baru saja bertandang, menggantikan siang yang kini telah beranjak ke peraduan. Dari balik jendela kamar, aku dapat mengintip sang bulan yang hampir sempurna. Meski cahanya sedikit tertutup oleh awan.
Selesai sembahyang magrib, aku bergegas siap-siap untuk mengunjungi neneknya Riski, nyonya Dwi A Ningsih. Sengaja aku memakai gaun yang ku beli di butik Irma kemarin, dengan harapan busana terbaik akan mengantarkanku pada tempat yang baik. Seharusnya memang seperti itu.
Aku mematut diri di depan cermin, merias sedikit wajah dengan polesan natural. Setelah merasa penampilan sudah pantas dan tidak berlebihan, segera menyambar tas yang warnanya senada dengan gaun. Sempurna.
Ok, baiklah ARini Valencia, kamu harus menyelesaikan semua kekusutan ini dengan baik, jangan sampai salah jalan. Jadi, berhati-hatilah dalam bertindak. Jangan lupa baca basmallah.
Setelah merasa semuanya siap, aku keluar setelah berpamitan pada Bi Ijah. Wanita tua itu tersenyum memberiku semangat. Ah! Bahkan orang yang bukan siapa-siapaku saja jauh lebih peduli padaku dari mama, wanita yang seharusnya ada disaat-saat seperti ini.
Jalanan malam terlihat lenggang, mungkin karena habis diguyur hujan lebat. Hanya beberapa kendaraan yang lalu lalang. Aku menyetir mobil dengan kecepatan tinggi, memanfaatkan kesempatan langka ini untuk melaju sedikit leluasa.
Kini sampailah di rumah neneknya Riski.
Setelah menekan bel beberapa kali, seseorang yang berbaju perawat membuka pintu. Ia tersenyum ramah lantas mempersilahkan masuk. Aku menebak jika perempuan tersebut adalah perawat khusus bu Dwi.
Di ruang tamu, telah duduk wanita tua yang aku perkirakan adalah Bu Dwi. Wanita yang masih terlihat anggun meski usia tidak lagi muda. Tunik bermotif bunga berpadu dengan hijab polos berwana coklat muda terlihat serasi dengan perawakannya yang bersahaja.
"Silahkan duduk, Nak!" pinta wanita itu lembut, bibirnya tak henti menyungging senyuman.
"Saya kesini atas perintah pak Riski, Apakah benar ini Ibu Dwi, Omanya Riski?" tanyaku polos.
Wanita tersebut tersenyum ramah, lalu membetulkan duduknya dan kini menghadap kearahku. Sesaat sepasang netra kami saling memandang membuat ku seketika membuang pandangan karena gugub.
"Ternyata kamu gadis yang cantik dan lembut, berbeda dengan apa yang diceritakan Riski kepada Oma."
Aku mengernyit dahi, sementara bu Dwi terkekeh ringan. Ah, apa ini? Kenapa saat ini seperti sedang berhadapan dengan calon ibu mertua? Ayo Rini, sadarlah! Jangan sampai kekonyolan hari ini akan kamu sesali di kemudian hari.
Riski muncul entah dari mana, tiba-tiba saja ia telah berdiri di sampingku. Aku memandangi Bu Dwi dengan alis bertautan dan lagi - lagi bu Dwi menanggapinya dengan senyuman. Pantas saja wanita tersebut terlihat segar dan anggun, ternyata salah satu ramuannya adalah rajin tersenyum.
Suara petikan jemari Riski, menyadarkanku dari lamunan.
"Hentikan acara semedinya," ucap lelaki itu ketus.
"Riski, bersikaplah layaknya seorang lelaki, jangan seperti itu." ucap bu Dwi. Terlihat jelas ketidak sukaannya ia dengan perlakuan Riski barusan.
"Pak Riski, boleh kita bicara sebentar,"
"Bicara aja disini," jawabnya bergeming.
"Rasanya tidak sopan jika saya bicarakan di sini di depan Oma," ucapku dengan nada penekanan.
"Riski! nak Rini benar, kamu ikuti saja, pasti ada sesuatu yang harus ia bicarakan denganmu." bu Dwi memberi pendapat.
Aku berjalan menuju ruang tengah diikuti dengan Riski dari belakang. Beberapa lukisan bertema pahlawan terpampang di dinding ruangan ini. Terlihat juga beberapa ayat Al-Quran terukir apik pada material kayu yang telah diberi cat coklat.
Aku berbalik arah, menatap lelaki dingin yang telah berdiri di hadapannku, Ia maju beberapa langkah ke arahku hingga jarak antara kami kurang dari setengah meter. Bahkan suara hembusan nafasnya hampir terdengar olehku.
Sesaat sepasang mata kami saling beradu, tanpa sengaja tatapanku terfokus pada warna bola mata indahnya. Iris kecoklatan itu terlihat cantik sekali.
"Sampai kapan kamu akan menatapku seperti itu?"
Pertanyaan Riski sukses membuatku salah tingkah. Aku mencoba tetap tenang dengan berpura-pura mengedarkan pandangan kesudut ruangan.
"Apa maksud semua ini? Nyonya Dwi bilang kalau aku akan menjadi pengasuhnya mulai bulan ini,"
"Jika tidak suka, tinggal bilang tidak setuju saja, tak perlu protes dengan apa yang saya putuskan." ucapnya sombong, rasanya ingin sekali menggetok kepalanya dengan palu ajaib. Menyebalkan.
Aku mencoba tersenyum dengan emosi yang telah berada di ubun-ubun. Hampir saja ia meledak.
"Ok! Saya tidak setuju dengan perjanjian ini." ucapku tegas.
Riski tertawa penuh kemenangan, mungkin ia sedang menertawakan kebodohanku.
"Apa kau sudah lupa, siapa yang telah memberi jaminan agar kamu tidak di jebloskan kepenjara, kau lupa, hah!" ucap Riski dengan penuh amarah tepat dihadapanku, membuat hatiku sedikit ketakutan.
Aku melotot ke arahnya, lagi-lagi kami saling menatap satu sama lain dalam diam. Bagaimanapun, di balik sikap dinginnya, ia tetaplah lelaki yang tampan dan klimis. Entah sudah berapa wanita yang telah tergila-gila padanya.
"Aku baru tau, ternyata kamu itu hanya bicara saja yang besar." ucapku sambil tersenyum sinis.
"Apa maksudmu?"
"Hari ini, polisi datang ke rumahku karena kasus dengan lelaki tua itu."
Riski terlihat kaget, sepertinya ia memang tidak tahu jika kasus ini kembali mencuat.
"Terus polisi tersebut bilang apa?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada lembut.
Aku menjelaskan panjang lebar tentang kedatangan polisi tadi siang. Sementara Riski mendengarkan dengan serius, sesekali ujung matanya menatap ke arahku.
"sekarang begini saja," ucapnya menyela pembicaraanku.
"Maksudmu?"
"Kamu tandatangan surat perjanjian ini dan besok aku akan membereskan masalah kau, bagaimana?" ucapnya sambil menyodorkan sebuah berkas yang ia ambil dari saku jas mahalnya.
Aku bergeming dengan hati dan pikiran bergelut di dalam sana, berharap menemukan solusi tanpa harus berurusan dengan lelaki ini. Entah mengapa aku merasa, ia sedang mencoba memanfaatkan keluguanku.
Bersambung!
________
Hai Reader!
Jika kamu suka dengan cerita CINTA ARINI (Love story is complicated), jangan lupa tinggalkan jejak ya! Berupa like, komen dan vote supaya Author makin semangat dalam menulis.
Salam sayang untuk kalian semuanya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
Semangat
2021-01-20
1
alien
oalah jadinya arini jadi pengasuh omanya?
2021-01-07
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
asisten dadakan hadir lagi kak
semangat ya💪💪💪
2020-12-28
1