Hallo??

Karena banyak hal yang perlu dibeli dan jarak dari kota ke desa itu sekitar sejaman. Dan belum lagi mengobrol bersama orangtua Erna, membahas banyak hal. Salah satu nya tentang pernikahan Erna. Namun, bisa memakan waktu sampai malam juga.

"Kakak bawa apa!!" teriak anak remaja yang tinggi sudah melewati Delia.

"Bawa martabak manis. Nih, taruh di piring dulu. Kakak mau ganti pakaian dulu" ucap Delia menyerah kan kantong plastik martabak.

Baru saja Delia ingin melepaskan pakaiannya tiba-tiba saja ponselnya berdering dan sebuah nama tertera disana. Delia mengerjit melihatnya nama itu. Berpikir sejenak akan apa yang laki-laki itu inginkan menelpon nya.

"Mungkin ada yang penting" gumam Delia yang langsung saja mengangkat telepon tersebut.

"Hallo?"

"Kamu sudah pulang kan, Del?" tanyanya langsung tanpa membalas salam Delia.

Mendengar itu Delia semakin mengerjit dahinya tidak mengerti maksud dari pertanyaan laki-laki itu "Baru saja sampai kenapa, Ren?" tanya Delia.

"Enggak aku kira belum. Soalnya kan sudah malam. Aku takutnya kamu kenapa-kenapa"

Mendengar itu membuat Delia bingung "Santai saja. Aku sudah terbiasa kok, pulang malam gini"

"Oh..sekarang kamu lagi ngapain, Del?"

"Lagi telponan"

Tawa terdengar dari pihak sebrang yang ikut mengundang kekehan dari Delia "Iya juga" ucapnya yang mungkin malu.

Mereka sama-sama diam karena tidak tau mau membahas apa lagi. "Hemmm. Kamu sudah makan, Del?" ucapnya memecah keheningan.

"Kan tadi sudah sama Erna" ucap Delia berganti pakaian. Dan meletakkan hp nya diatas kasur.

Namun, karena langkah nya yang tidak melihat jalan membuatnya terantuk kaki meja "Aduh.." keluhnya pada jari kakinya yang kena kaki meja.

"Del.. kenapaaa!!" panik disebrang membuat Delia menghampiri hp nya yang dia letakkan di atas kasur.

"Enggak papa kok. Ini cuma terantuk meja aja" balas Delia yang menatap ponselnya. Terlihat raut wajah cemas dari laki-laki itu.

"Beneran? Tadi suaranya keras gitu. Enggak bengkak kaki nya, Del?" tanyanya.

"Enggak tau kalau besok pagi. Kayaknya sih bengkak" ucap Delia yang memeriksa jarinya.

"Mau aku beliin salepnya?"

"Enggak perlu kok, masih bisa diobatin pakai daun cocor bebek, biar enggak terlalu bengkak" larang Delia.

"Delia...makan dulu!" teriakkan perintah dari ibunya. Membuat Delia pamit untuk mengakhiri telepon nya.

"Lanjut nanti ya,Ren. Dipanggil sama ibuk nih" ucapnya yang diiyakan oleh si penelpon.

"Makan dulu itu, ada ikan bakar suwir bumbu sambal matah" ajak nya.

Mereka makan bersama dengan nikmat walau diselingi oleh canda tawa akibat tindakan yang dirasanya lucu. Keharmonisan setiap makan bersama sudah jarang terjadi di kalangan rumah-rumah orang akibat anggota keluarga sibuk bekerja. Untungnya Delia memiliki keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam kekeluargaan.

Setelah acara makan malam berakhir, Masing-masing masuk kembali ke kamar untuk sekadar menonton video di hp, atau bahkan paling rajin belajar.

Delia pun sama hal nya tidak pernah bisa jauh dari hp nya. Walau ya...enggak ada hal penting. Namun, selalu dan harus ada didalam genggamannya "Laki-laki ini kenapa sih" gumam Delia ketika mengingat apa yang dilakukan oleh Rendi. Dan membuang jauh-jauh apa yang dia terka-terka.

Sementara disisi lain. Ada sosok yang sedang menenggelamkan wajahnya di bantal, menahan gejolak dalam dirinya "Aku enggak bisa ngontrol ini!!" teriaknya tertahan di dekapan bantal.

"Huh...ayolah tenang sedikit" gumamnya yang berbalik badan menjadi terlentang dan tangannya yang menutup matanya. Dan beberapa kali menarik nafas dengan dalam.

"Bisa gila nih kalau seperti ini terus" bangkitnya dan terduduk tapi dengan wajahnya yang berseri sekaligus menahan malu.

"Enggak risih kan dia yaa?? Kalau aku telpon lagi takutnya dia malah risih, takut dan ujungnya dia pergi", monolognya lalu diakhiri dengan teriakan frustasi.

"Pelan-pelan saja, Ren. Jangan sampai dia ilfil dengan mu" ucapnya lagi menyemangati diri. Dan kemudian bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi karena merasa otaknya yang cukup gila dipenuhi oleh bayang-bayang sosok dia yang cukup kotor.

Setelah beberapa menit atau hampir satu jam-an dia di kamar mandi, otaknya sudah mulai berpikir jernih. Dan matanya melirik hp di atas tempat tidur yang menyala. Dengan cepat dia mengambilnya dengan pikir bahwa itu notifikasi dari Delia. Sayangnya itu hanya notifikasi dari salah satu rekan kerjanya.

"Kenapa Fan?" tanyanya nada serius.

"Gini pak. Saya cuma mau menyampaikan bahwa besok pagi anda ada jadwal seminar kampus. Jam sembilan di gedung audit kampus Gayatri"

Laki-laki itu menghela nafas karena jadwalnya yang akan sibuk. Yah... walau setiap harinya dirinya sibuk "Baiklah, siapkan semuanya ya Fan"

"Baik pak. Saya tutup. Terima kasih"

Karena lelah berpikir, laki-laki itu membaringkan tubuhnya di ranjang yang empuk dan memulai untuk menikmati suasana malam yang sunyi dan gelap karena laki-laki itu tertidur dengan lampu kamar yang dimatikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!