Kamulah Takdirku

Kamulah Takdirku

Duka

Pemakaman begitu menyesakkan ketika orang yang kita sayangi terkubur didalam tanah yang dingin. Tak lagi bisa bertemu, garis takdir memutuskan akhir hubungan.

Tangis pun mengikhlaskan kepergian. Sadar, bahwa kita akan sama ujungnya.

Semasih hidup cukup kita beramal baik antar sesama. Hilangkan apapun yang berujung akan maksiat diri. Kalau sudah takdir tak ada yang bisa mengelak akan itu.

"Yang kuat ya pak. Sudah jalannya" ucap seseorang yang memberikan kekuatan dengan tepukkan hangat di bahu laki-laki yang sudah lelah untuk menangis.

"Terima kasih ya Ren. Ampuni salah dan dosa ayahku ya Ren" ucapnya membuat laki-laki itu mengangguk.

"Aku akan pulang dulu. Jaga dirimu baik-baik ya.. ikhlas kan semua takdir Tuhan yang terbaik" balasnya yang diangguki olehnya.

Setelah sampai dirumah duka. Laki-laki dengan pakaian serba hitam dan kacamata nya itu segera dilepas. kemudian, mencuci kaki agar untuk menghilangkan bekas-bekas tanah pemakaman. Yah..walau tadi ketika keluar pemakaman juga sudah.

"Selamat siang" salamnya ketika memasuki rumah.

"Siang eh..nak Rendi makan dulu nak. Dari tadi pagi kamu sampai disini belum makan kan?" ucap ibu tetangga rumah Pak Santoso yang kenal karena mereka sering juga mengobrol ketika Rendi main ke rumah almarhum pak Santoso.

"Nanti aja Bu. Ini ada yang perlu saya bantu enggak Bu? Biar cepat kerjanya. Dan ibu-ibu juga bisa beristirahat" ucapnya yang mendapatkan senyum manis dari ibu-ibu karena Rendi sangat perhatian.

"Aduh Pak Rendi ini perhatian sekali. Andai anak ibu ada cewek pasti sudah saya minta dilamar Pak Rendi. Pasti nanti istri bahagia sekali, wong setiap hari diberikan perhatian yaa nggak ibu-ibu?"

"Iya. Mana udah perhatian, cakep sudah mapan lagi. Saya kalau masih muda sudah saya serempet juga Pak Rendi ini"

"Aduh..ibu Asih sama ibu Astri ini mana mau sih pak Rendi sama anak kalian. Yang pulangnya malam hari aja" ucap tetangga rumah duka.

"Ya...kami juga sadar diri kali. Anak-anak kamu mana berani dekati pak Rendi. Takutnya bukannya dikawinin malah di penjarakan" ucapnya membuat Rendi tertawa.

Benar, Rendi tau bagaimana tingkah dari anak-anak ibu-ibu ini. Dan berkat Rendi mereka anak-anak ibu-ibu ini jadi tidak jadi masuk penjara. Sehingga mereka semua sangat menghormati dan menyayangi Rendi sebagai anak mereka.

"Sudah ibu-ibu jangan sampai kalian ribut disaat seperti ini" tegur Rendi yang membuat ibu-ibu itu terkekeh.

"Pak Rendi beneran enggak punya pacar atau tunangan gitu?" tanya serius salah satu ibu dengan gamisnya yang lebih kalem daripada ibu-ibu yang lainnya.

"Belum ketemu Bu. Doakan saja semoga secepatnya dipertemukan. Amin"

"Amin" ucap mereka bersamaan.

Acara doa pun di mulai. Rendi pamit sebentar karena kebelet untuk pipis. Namun, sebelum sampai di toilet matanya melihat wanita yang sangat manis. Membuat pikirannya teralihkan sejenak sebelum hasrat itu kembali membuncah.

Setelah selesai semua acara dan orang-orang sudah mulai pulang. Tiba-tiba saja mata menangkap sosok yang tadi dilihatnya "Hai" ucap Rendi yang menghampiri perempuan itu.

"Hai" balasnya singkat yang terlihat terkejut.

"Nyari apa?"

"Sendalku belum ketemu lagi satu" ucapnya sedikit panik karena sendalnya hilang sebelah.

"Pasti salah dipakai sama warga sini. Pakai punyaku aja dulu" tawarnya membuat perempuan itu menggeleng.

"Enggak papa kok. Seperti nya di mobil temanku masih ada sendal yang lain"

"Enggak papa. Pakai aja. Eh..kenalin nama ku Rendi" ucapnya mengulurkan tangan yang dijabat oleh perempuan itu.

"Delia"

"Oh..nama yang cantik. Kamu kenal sama pak Santoso?"

"Kenal, beliau adalah ayah dari teman kerja saya. Kalau anda sendiri?"

"Beliau itu senior sekaligus guru untuk saya. Karena banyak sekali memberikan ilmu untuk saya"

"Anda seorang pengacara?" jawabannya langsung diangguki oleh Rendi "Pengacara dimana?"

"Pengadilan negeri kabupaten"

"Oh..kalau gitu saya permisi ya. Itu teman-teman saya sudah menunggu" ucapnya yang sebenarnya Rendi belum puas bertanya banyak hal pada perempuan itu. Namun, harus berakhir seperti ini.

"Iya...semoga kita berjumpa lagi Delia"

"Iya terima kasih pak Rendi" ucapan itu membuat Rendi termangu apalagi dengan senyum yang terlihat cantik itu. Mampu menyihir tembok hatinya yang tanpa dipertanyakan lagi sudah roboh.

"Semoga kita bertemu lagi, Delia" gumamnya yang wajahnya berseri.

Berbeda ditempat Delia yang banyak mendapatkan perhatian sejak tadi dari rekan kerjanya "Siapa tadi, Del?" pertanyaan pertama yang keluar ketika Delia sudah masuk kedalam mobil.

"Oh..enggak tau juga. Kita baru aja kenalan tadi"

"Wah .. bau-bau bakalan ada yang jadian nih" ucap bapak pengemudi.

"Enggak akan kok. Orangnya kita cuma kenalan aja. Enggak sampai ke minta nomor hp"

"lhoo...kan bisa minta nomor kamu ke Pak Martinnya"

"Habis ini palingan juga dilupakan" balas Delia yang enggak mau lagi jatuh akan pikirannya yang berpikir indah-indah.

"Ini mereka berdua siapa je ya yang bakal duluan nikah"

"Delia pasti pak. Kalau saya boro-boro PDKT-an aja enggak punya"

"Semangat Trisna. Jangan putus aja. Jodoh akan datang dengan sendirinya"

Selama perjalanan Delia benar-benar melupakan apa yang terjadi tadi. Sudah kebal dirinya akan hal seperti itu. Banyaknya kejadian dalam hidup membuatnya semakin tidak memikirkan nya. Dikecewakan oleh kehidupan itu membuat kita banyak memiliki pengalaman dan pelajaran hidup.

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

mampir thor spt nya bgus ceritanya

2025-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!