***
Tunggu! Tunggu dulu, aku menoleh kanan kiri dan belakang! Sial! Hanya aku sendiri yang kelihatan tegang. Barisan ujung dengan santai memotong kuku. Meja di sebelahku, berkacahan ria dengan meletus-letuskan jerawatnya.
Ahhh!! Aku lupa, ini kelas XII IPA Lima. Mana ada yang normal di sini.
"Jumlah 32 orang, tapi kenapa dua puluh orang saja tidak ada?!!! " Kata bapak itu sarkas.
Kami semua diam, bukan karna takut. Hanya saja begitu enggan melanggeti ucapan guru baru ini.
"Kalian kurang ajar!!! Sampai kalian lengkap, jangan harap saya masuk dan menjadi wali kelas kalian!!!! " Ancamnya, dia dengan kaki yang di hentak berjalan ke luar dari kelas kami.
Aku menoleh ke kanan, aku merasa melihat kilatan bayangan. Ternyata itu adalah Sandy yang baru saja melompat santai dari pagar. Aku bisa melihatnya, karna kelas ku berada di dekat pagar, dan aku duduk di meja kedua pinggir kanan.
Tidak lama kemudian, Sandy dengan santainya masuk ke dalam kelas. Dengan empay atau lima teman lainnya.
"Van, cewek gue. Gimaba guru tadi? Wali kelas baru kita? Mana dia? Cocok gak jadi wali kita? " Tanya Sandy enteng berjalan ke arah ku.
Jangan dengarkan dia! Ocehannya begitu aneh! Aku enggak tau sejak kapan dia mengklaim aku ini miliknya, padahal kami saja tidak memiliki hubungan apapun.
"Mana aku tau, gak peduli, gak liat, gak open, gak gak gak. " sahut ku enggan, aku menelungkupkan badan ku ke meja. Soalnya aku ngantuk sekali.
"Woi orang Korea kw, gimana guru kita? " aku bisa mendengarnya di balik mataku yang terpejam. Aku tau, itu pasti Sandy lagi ngomong sama Shina, maklum Shina itu penggemar garis keras drama korea. Entah gimana Sandy bisa memberikan nama itu.
Yah dia adalah Sandy Arthur, anak orang kaya, ganteng memang, tinggi, hidung mancung. Tapi sayang, mulutnya terlalu lemes. Bukan cuma itu, posisi Sandy adalah kang pembuat onar di sekolah ini. Meski begitu, dia tetap menjadi kapten dalam tim voli. Yah karna dia memang hebat dalam hal itu.
"Tua dan gak ganteng. Unchhh, pengen Suga deh yang jadi wali kelas, " sahut Shina, biar ku tebak dia mengatakan itu sambil menyunggingkan senyuman penuh harapnya. Mungkin aku tau, yang ada di haluannya adalah Suga BTS kan?
"Suga? Suga emang guru. Tapi gue lupa dia guru SD apa TK? Dish, Sugawara guru apa? " aku kenal, itu suara Sandy.
Aku membangkitkan tubuh ku, kurasa akan ada kesalahpahaman di sini.
"Lupa gue San, yang gue ingat Daichi jadi Polisi. " sahut Disha enteng.
"Kalian ngomong apa sih??? " tanya Shina heran. Dia bingung, dan tidak mengerti. Aku yakin itu. Aku menatap Disha dan Shina bergantian.
"Salah server beg*k!!!! Suga yang Shina maksud itu Suga BTS. Suga yang Sandy sama Disha maksud itu Suga Haikyuu!! Au ah dark!!! " Aku bangkit berdiri, berjalan keluar Kelas. Sungguh, lelah sekali rasanya jika harus melihat dua kelompok beda aliran itu terus bertengkar.
Aku tidak tau kenapa, kenapa mereka tidak berdamai saja?
Sambil mengomel aku mengelilingi koridor sekolah, entah lah gabut sekali rasanya.
Brukkhhh!!!
Tanpa aku sadari, aku menabrak seseorang. Aku yakin dia pria, soalnya dia itu tinggi. Aku agak mendongak ke atas.
Hummm, sepertinya aku kenal dia. Dia adalah Rayden, si Ketos dingin itu. Legenda kedinginannya jangan di tanyakan lagi. Dia hanya akan menjawab pertanyaan guru dan pertanyaan yang menurutnya penting.
Konon katanya dia jarang sekali berbicara. Rayden, anak unggulan dari kelas IPA SATU. Dia sepantaran dengan ku, dia tampan, bijak, patuh pada peraturan dan jarang bergaul. Sungguh berbanding tebalik dengan Sandy di kelas ku.
Maklum saja, IPA satu memang unggulan.
"Handsanitizer, " katanya singkat. Aku melongo heran. Lalu aku melihat teman yang ada di sebelahnya memberikan serum pembersih itu.
Tunggu! Tunggu! Hoik! Kau pikir aku ini apa?! Kuman?! Aku manusia tau, bersih dan kalem!!
Itu batinku yang berteriak, namun aku tetap membeku, suaraku tertahan oleh auranya.
"Lain kali gunakan kaki mu dengan benar. Jika tidak bisa, buang saja kakimu itu. " katanya sarkas, dia berjalan melewati ku begitu saja.
Dari kejadian hari ini aku memetik satu pelajaran. Bahwa aku tak ingin lagi berada, ah tidak! Aku juga enggak mau berpapasan dengan orang seperti itu. Apa-apaan dia!!!
***
Sialll!!!! Hari ini entah apa yang terjadi padaku, aku bangun tertambat. Untungnya ada om Agung yang siap anterin aku. Jadinya aku selamat dari semprotan pak Beta.
Hari ini seperti biasa, kami berbaris sekitar setengah jam, untuk mendengar segala sesuatu yang keluar dari mulut para guru.
Dan saat ini, yang memberi arahan adalah kepala sekolah. Dia sedari tadi menatap sinis kelas kami. Dan, anggota kelas ku tidak ada yang perduli.
" Sebelas orang sudah guru saya carikan untuk kelas XII IPA LIMA sejak pak Ghani pensiun. Baik guru yang masih muda, ataupun yang sudah berpengalaman. Semuanya mundur teratur, mereka menyerah dengan kelas kalian. Jadi, sekarang kalian tidak memiliki wali kelas. " Ujar bapak itu menggema melalui mic nya.
Kelas kami mendadak menjadi pusat perhatian. Teman-teman ku yang tak tau malu itu, masih dengan santai, beridiri tegak seakan tidak ada masalah apapun.
"Satu hari yang lalu, kalian mendapat wali kelas yang baru. Namun, dia mundur karna alasan bahwa kalian tidak menghargainya sebagai guru. "
Aku no komen soal itu.
"Sampai sekarang tidak ada guru yang sanggup menjadi wali kelas kalian. Mendidik dan mengajarkan kalian itu memang sangat sulit. Bahkan untuk saya sendiri. Kalian memang kompak, tapi kekompakan kalian tidak pada tempatnya. Saya jadi bingung, bagaimana." lanjut pak kepala sekolah.
Oke, apa yang pak Kepsek katakan benar. Kami memang kompak, apalagi jika itu menyangkut untuk tidak mengerjakan tugas secara massal. Dan yang mampu mengubah kami hanya pak Ghani.
"Itu benar pak Kepala Sekolah! Saya rasa mereka semua memang harus di beri pelajaran! " sambut pak Doyok, mantan wali kelas kami. Di jajaran mantan wali kelas pengganti kami, hanya pak Doyok yang mampu bertahan dua minggu. Sisanya ambyar. Maklum saja, pak Doyok memang guru unggulan.
"Meh! Napa guru itu bro! Emang dia gak pantas masuk kelas kita kok." bisik Disha geram.
"Pak Doyok tidak perlu khawatir, saya sudah persiapkan seorang wali kelas. Saya yakin, mereka akan bisa patuh di tangan wali kelas yang satu ini. "
Entah kenapa aku mendadak penasaran sama wali kelas yang satu ini.
***
"Perkenalkan, nama saya Riyan Adi jaya, usia 20 tahun. Saya adalah wali kelas kalian yang baru. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Whaat baru 20 tahun umurnya yg bener thor? Saat Vania 3 SMP umur Vania 15 tahun,Dan umurnya Riyan 19 tahun lho,BEDA UMUR MEREKA 4 TAHUN lho, Sekarang Vania umur 18 Tahun, Masa ia Riyan masih 20 tahun?? Mana hilang umurnya Riyan yg lagi 2 tahun ya?? 🤔🤔🤔🤔🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-16
0
Zuni Tree
kok umur Ryan baru 20,..oh iya baru ingat, ingatan dia kan mundur 4th
2021-12-01
1
Milhiyah
vania pasti deg degan, namun sayang Riyannya udh kebalik 180 derajad sejak kecelakaan
2020-12-07
8