04. Awal yang baru

***

Vania POV

Satu tahun kemudian, aku sudah naik di kelas tiga. Yah, satu tahun juga aku sudah berada di rumah Tante Airin dan paman Aguang, orang tua om galak. Mereka orang yang sangat baik dan penuh perhatian, aku benar-benar beruntung bertemu dengan mereka.

Sejak saat itu, aku tak ingin dan tak perduli lagi dengan om galak. Tapi, itu hanya di mulut, di dalam hati? Ah~

Pagi ini aku berangkat seperti biasa, menaiki angkutan kota langganan ku. Sebenernya Om Agung menwarkan untuk mengantarku, atau di antar dengan supir pribadi. Tapi aku menolak, entahlah mungkin karna aku sudah terbiasa menaiki angkutan kota?

Aku menginjakkan kaki di depan gerbang SMA Merah Putih, menghembuskan napas berjalan masuk.

"piwwiiitt piwwwiiit! Cewek! Mampir dong! " aku menoleh ke kanan, asal sumber suara dari para anak cowok yang sedang duduk di parkiran di atas motor-motor mereka.

"Enggak usah manggil, kalo ujung-ujungnya gak nembak, parah. " sahut ke enteng, menatap beberapa orang insan itu.

"Masih pagi neng, jangan bucin. Van, bawain tas gue dong. " Ujar pria itu, yang paling rempong mulutnya, Sandy. Yah tentu aku kenal, karna kami teman sekelas. Juga empat orang lainnya, aku juga kenal. Mereka juga teman sekelas ku.

"Enggak, entar aku di kempang pak Doyok. " sahut ku enggan. Itu wajar, les pertama kami adalah mata pelajaran sejarah, dan yang mengajar adalah wali kelas kami, pak Doyok. Jangan tanya ngajarnya gimana.

"Ailahhh nih anak, lebay lo. Pak Doyok udah pindah. "

Ha?! Aku melotot tak percaya, pasalnya sejak pak Ghani pensiun, kami kehilangan wali kelas yang senada dengan kami. Jadi, sejak itu pula kami sering gonta ganti wali kelas. Tujuh, eh bukan, delapan atau sembilan begitulah kira-kira guru yang telah hinggap di kelas kami, lalu menghilang dengan kabar yang sama.

"Emang kenapa kok bisa? Perasaan dari wali kelas yang dulu-dulu pak Doyok paling the best lah. Bisa bertahan dua minggu sama kita. Yah gak sih?" tanya ku heran.

"Ketinggalan news sih lo Van. Dia nyerah jadi wali kita, noh dia pindah jadi wali anak IPA 2." Tunjuk Sandy pada pria berkacamata, perut yang agak condong ke depan, membawa rol kayu panjang satu meter. Perfect! Itu pak Doyok!

"Yaelahh, jadi gak punya bapak emak nih kelas kita?"

"Yoi. Kelas kita mandiri bro. Bawain tas gue Van, gue gak mau baris. Panas keknya, matahari not bersahabat nih hari. " Sandy melemparkan tas kainnya ke arah ku. Aku dengan sigap juga menangkapnya.

"Gue pergi dulu yah. Dah binik gue, jagain tas gue ya. Gue mau war dulu sama anak tetangga sebelah. " Tambahnya lagi. Pergi ke area belakang sekolah, di belakang laboratorium tua dan tak terpakai.

Aku hanya menggelengkan kepala menatap punggung Sandy yang kian mengecil karna dirinya semakin jauh. Paling di sana juga main game.

Bentar-bentar, ini tas? Ringan banget sumpah!

Aku memeriksa tas dengan berat yang tidak normal itu. Jauh sekali dengan tas ku yang susah payah aku bawa.

Shit! Gila! Aku hanya bisa melihat tiga buah buku tulis, dua berisi seratus. Dan satu lagi, isi tiga puluh. Hanya buku tulis, pulpen, dan udara hampa yang ada di tas anak itu.

Tidak! Tunggu! Jangan kaget dulu, ini bukan pertama kalinya aku melihat kejanggalan pada teman-teman sekelas ku.

Aku melangkahkan kaki sesuai irama nada yang ku suarakan pelan dari bibir ku, menuju kelas the best ku.

Yah, aku masuk di kelas XII IPA lima. Konon katanya, kelas itu entah bagaimana bisa menjadi kelas dengan level murid yang warasnya luar biasa.

Bahkan, kelas kami secara turun temurun selalu menjadi keras paling terkenal, karna kerecokan gendangannya.

Aku tidak tau, siapa awal mula yang membentuk kelas IPA Lima begini.

Ahh, tolong jangan bahas kelas kami. Kelas kami parah, bahkan lebih parah dari anak IPS enam. Sungguh tidak masuk akal!

"Vaniaaaaaaa!!!! Vian!!!! " teriak seseorang dari mulutnya itu. Aku menatap datar, tentu dia adalah si wibu berisik pecinta anime.

Aku mendekat ke arahnya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman semeja ku. Mau tidak mau, suka atau tidak. Aku tetap harus duduk di sebelahnya.

Aku melemparkan tas Sandy di meja belakang ku, yah dia duduk di sana soalnya.

"Mata mu kenapa tuh? Kok agak hitam?" tanya ku.

"Tadi malam gue gak bisa tidur, sebentar lagi anime Haikyuu cour dua rilis, yang versus Inarizaki, terus-terus anime Kimetsu No Yaiba juga rilis di bulan yang sama." ocehnya, Disha namanya. Cukup! Jangan lagi.

Aku heran! Setahu ku wibu itu kalem dan pendiam, dia jarang sekali bicara. Tapi, entah kenapa dan mungkin lari dari server, teman wibu ku ini adalah teman ku yang paling berisik!

"annyeonghaseyo!!! Saranghae semua!! " Teriak perempuan yang baru masuk, dengan wajah imutnya, menenteng tas berlambang BTS.

Aku menatapnya dari tempat duduk ku. Ah, satu perempuan dengan ocehan kecepatan 2km/jam. Yah, Shina namanya.

"Kyaaa, Vania!!! Tau gak, tadi malam gue marathon Descendants of the sun loh. Asli, gila. Bikin baper, ahh oppa Song Jong Ki, aku pada muu~ serasa pengen jadi istri duda~ Ahh~" celetuknya enteng, yang saat ini sudah berbaik hati bercerita ria tanpa di tanya.

Satunya Wibu akut, satunya penggemar drama korea akut. Nice, manis sekali hari-hari ku.

"Makasih atas cerita mu, tapi kita gak nanya. " Sindir Disha, si wibu akut. Maklum, mereka gak pernah damai. Gak tau apa sebabnya. Dan anehnya, aku malah bersahabat dengan keduanya.

"Penggemar 2D jangan sok keras. " ledek Shina yang tak ingin kalah.

"Udah! Jangan berisik deh! Masih Pagi!! " aku menghentikan keduanya.

***

Satu jam sudah berlalu, dan saat ini kami tengah di hadapkan oleh guru baru dengan nuansa mencekam. Dia sesekali mengelus kumisnya yang panjang.

Sudah setengah jam dia masuk, namun dia tidak mengatakan apapun. Membuat suasana mencekam.

"Berapa total murid di kelas ini? " tanyanya.

Shit! Ini pertanyaan yang paling tidak ingin ku harapkan! Karena...

"Kita total tiga puluh dua orang pak. " sahut Disha enteng. Enggak tau dapat keberanian dari mana.

"Jangan tegang gitu deh Van, " bisik Disha.

Tunggu! Tunggu dulu, aku menoleh kanan kiri dan belakang! Sial! Hanya aku sendiri yang kelihatan tegang. Barisan ujung dengan santai memotong kuku. Meja di sebelahku, berkacahan ria dengan meletus-letuskan jerawatnya.

Ahhh!! Aku lupa, ini kelas XII IPA Lima. Mana ada yang normal di sini.

"Jumlah 32 orang, tapi kenapa dua puluh orang saja tidak ada?!!! " Kata bapak itu sarkas.

***

Terpopuler

Comments

Siti Mas Ulah Ulah

Siti Mas Ulah Ulah

si nathan noh bapaknya arfen,si legenda

2023-01-08

0

Wanda Revano

Wanda Revano

kelas legend ny nathan tuh sama agung cs calon mertuamu van dilnjut dgn clon suamimu riyan dan sekarang kamu yg jdi penghuni kls legend XII IPA 5🤭🤭

2021-09-07

0

Hernisa Djumain

Hernisa Djumain

kelas legenda 😂😂😂😂😂😂😂

2021-06-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!