***
Aku Vania Keylan, aku menjalani hubungan tanpa status oleh seseorang bernama Riyan Adijaya.
Mungkin, karna aku masih kelas tiga SMP dia tidak ingin menentukan hubungan kami. Namun, aku yakin dengan jelas. Dia menyukai ku, aku juga menyukainya. Kami saling menyukai.
Namun, karna memang kehidupan tidak hanya berkisah pada kami berdua. Riyan terpaksa menjalani kuliah di Jerman, ini demi masa depannya, dan demi perusahaan papahnya.
Tapi, meski begitu, kami yakin. Kami akan baik-baik saja.
Dan benar saja, satu tahun berlalu kami semua baik-baik saja. Om galak sering menghubungi ku. Baik melalui Video Call, Telepon, atau hanya sekedar Chatt biasa. Kami mungkin bisa menyebutnya dengan, LDR?
Namun, ada hari di mana tragedi itu hadir. Tragedi yang mengubah Om galak seratus delapan puluh derajat. Tragedi itu, adalah tragedi yang sukses besar mengubah kehidupan ku. Memaksa mimpi indah ku, menjadi mimpi buruk. Merenggut kebahagiaan ku dengan menggantinya pada kesedihan.
Om galak kecelakaan, dia koma satu bulan, dan dia lupa ingatan. Dia mengidap Amnesia retrograde.
Selama om galak koma, aku juga berada di sana walau hanya satu minggu. Aku benar-benar berharap om galak sadar waktu itu. Waktu aku ada di sana.
Tapi, di sana juga apa gunanya? Om galak juga gak ingat aku, kan?
Sungguh! Aku membenci penyakit ini! Amnesia retrograde adalah kondisi dimana si penderita tidak bisa mengingat informasi atau kejadian di masa lalu.
Dan untuk kasus Om galak, dia melupakan kejadian empat tahun belakangan.
Sebenarnya bukan hanya aku, kak Thifa, kak Melia, dan kak Anggi juga tidak di ingat oleh om galak. Bahkan dia tidak mengingat teman SMAnya.
Aku tidak tau pasti apakah itu akan sembuh total, atau malah tidak akan sembuh. Aku hanya pasrah. Tapi yang jelas, dokternya berpesan untuk tidak terlalu memaksakan ingatannya.
Bukan hanya itu, saat aku mencoba membantu Om galak untuk mengingat kembali, melalui panggilan Video. Ah~ masa itu. Aku benar-benar berharap aku tidak pernah mengangkat panggilan Video itu.
"Lo siapa? " tanyanya dengan nada dingin. Dia, om galak yang sama yang selalu berdebat lucu dengan ku.
Aku tidak pernah ragu untuk mengganggunya, atau bahkan meledeknya, memukulnya. Tapi, kali ini. Orang yang ada di sebrang video itu, dia bagaikan orang yang berbeda. Jangankan meledek, untuk berbicara padanya saja bibir ku kelu.
Om galak sebelumnya tidak pernah berbicara sedingin ini pada ku. Tapi, mendadak dia bersikap begini? Aku merasa sesak, ini begitu menyesakkan.
"Ngomong! Punya mulut kan lo! " katanya sarkas. Cukup! Aku enggak kuat denger perkataan itu dari om galak! Aku segera mematikan panggilan Video itu.
Merapatkan wajahku dengan bantal putih di sebelah ku. Aku tumpahkan segala jeritan hati. Aku ... Menangis.
Aku ingin sekali berteriak aaaaaaaaa!!!!! Tapi ini sudah malam. Aku tidak ingin menjadu sasaran gosipan tetangga.
Iyaj memang benar! Aku cengeng! Aku payah! Tapi, kalian tidak akan tau bagaimana rasanya saat om galak menjadi orang yang berbeda.
Om galak memang berada jauh di Negri orang. Tapi, entah kenapa aku merasa dia lebih jauh dari itu. Bukan jarak, tapi hati kami yang mungkin tak lagi bertautan.
***
1 tahun juga sudah berlalu, tepat saat ini. Hari ini, hari tanpa cahaya datang menghampiri aku.
Hari ini, aku kehilangan kakekku. Kakek, sudah tiada sejak pukul empat pagi tadi, saat sedang tidur.
Kakek~
Beliau adalah satu-satunya keluarga yang aku punya, setelah aku kehilangan kedua orang tua ku. Saat ini aku benar-benar sendiri. Aku sebatang kara! Tanpa keluarga!
Kenapa?! Kenapa begini? Kenapa semua orang yang ku sayang di renggut satu per satu?! Adakah kebahagiaan yang tersisa untuk ku?!
Kenapa mengambil kakek ku? Aku akan mengikhlaskan seluruh harta ku, tapi ku mohon. Kembalikan satu-satunya keluarga ku itu.
Hanya tersisa aku sendiri, di sini. Menangis memeluk batu nisan bertuliskan "Ahmadi Keyland" Nama kakek terhebat ku.
Burung gagak berkoar di atas pohon itu. Sore semakin cerah, cahaya jingganya begitu menghangatkan, namun itu tak cukup untuk menghangatkan hatiku yang sudah kelabu.
Sore cerah itu seakan mengejek ku yang tengah terjebak di dalam kegelapan. Tidak! Aku tau, sore cerah itu di berikan padaku, untuk menemani, dan menghiburku kan?
Badan ku lemas, aku terus menangis sejak pagi. Aku tidak ingin pulang, meski aku tau ada banyak orang di rumah ku yang tengah menungguku untuk mengucapkan duka cita.
Bisakah? Bisakah waktu berputar kembali? Di saat ini pikiran konyol ku mulai menghampiri. Aku berharap punya Doraemon di sisi ku.
Tapi, yah itu hanya ilusi semata!!
"Sudah nak, jangan terlalu di tangisi begitu. Nanti kakek kamu malah gak tenang, " aku mendengar suara lembut sehangat suara mamah. Aku menoleh ke kanan, dan benar saja! Itu ada Mamah dan papah! Memakai pakaian serba putih dan tersenyum pada ku! Dan di sebelah mereka ada kakek juga yang tengah tersenyum!
"Mamah! Papah! Kakek!! Jangan tinggalin Vania! Vania mau ikut kalian!!! " teriak ku, saat aku melihat mereka bertiga berubah menjadi cahaya dan mendadak menghilang di terpa angin.
Entah lah, terlepas itu nyata atau hanya ilusi ku semata. Melihat mereka tersenyum dengan cahaya, aku sedikit lebih bisa mengendalikan diri.
***
Satu minggu kemudian, di sinilah aku. Duduk di sofa rumah keluarga Adijaya, dengan dua koper dan satu tas punggung yang masih melekat padaku.
"Udah nak, yuk masuk. Udah Tante beresin kok kamarnya. Yuk liat kamar baru mu. " ujar perempuan berhijab syar'i itu pada ku. Tante Airin namanya, mamahnya om galak.
"Iyah nak, udah sana liat kamarnya dulu. Anggap aja rumah sendiri. " tambah om Agung ramah
Saat Om Agung dan Tante Airin tau kakek sudah tiada, mereka langsung memboyong ku ke rumahnya. Mereka tau, aku tinggal sebatang kara. Dan mengajakku untuk tinggal di sini. Kata mereka juga, mereka kesepian karna Riyan enggak ada.
Yah, saat ini aku ada di rumah orang itu. Tapi, om galak sendiri masih berkuliah di Jerman. Setelah panggilan Video terakhir kali itu, kami tak pernah berkomunikasi lagi.
Aku juga memutuskan tinggal di sini, sebelum Om galak pulang ke sini. Setidaknya, aku tidak akan kesepian 2 atau tiga tahun ke depan.
Saat aku sudah Dewasa, aku rasa aku sudah bisa hidup mandiri.
* * *
Aku masuk ke kamarku, dan ternyata ada di lantai dua. Aku membuka jendela, berdiri di balkon membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa lembut wajah ku, membiarkan beberapa helai rambutku yang berterbangan acak.
Baiklah, sudah saatnya untuk ku. Aku Vania Keylan, akan memulai hidup baru. Menyambut masa depan, dengan senyuman. Mencoba melupakan beban masa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kok manggilnya Om?? Beda umur 4 doang,Lagian Riyan umurnya baru 19 tahun juga..Ku pikir Vanoa manggil Om tuh umurnya Riyan udah 26-27 tahun gitu 🤣🤣🤣🤣
2024-09-16
0
Qaisaa Nazarudin
3 SMP Berarti Vania umur 15 tahun ya,Riyan 19 tahun,Beda cuman 4 tahun doang..
2024-09-16
0
Surtinah Tina
ini kisahnya sedih sekali...😭😭😭😭😭😭
2021-05-10
0