2 | Someone help me!

"Ini rumah lo?" tanya Catherine sambil memandang rumah sederhana berlantai dia dihadapannya.

"Ya, memang gak sebanding dengan rumah lo. Tapi setidaknya cukup untuk nampung kita berdua.l,"

"Ini udah lebih dari cukup. Thanks, udah nampung gue," Catherine berterimakasih.

"Lo cepetan masuk dan beresin barang-barang lo, kamar lo ada dilantai dua,"

Catherine mengangguk. Sebastian kemudian meraih motornya dan menghidupkan nya. "Lo mau kemana?"

"Mau beli makanan, untuk makan," ujar Sebastian sambil menstarter motornya.

Catherine mengambil beberapa lembar uang dari sakunya dan memberikannya pada Sebastian.

Sebastian menaikkan satu alisnya bingung. "Buat apa?"

"Buat bayar bagian gue,"

Sebastian menghela nafas. "Nih, gak usah bayar, biar gue aja. Lagian gue juga yang bawa lo kesini, jadi lo itu sekarang tanggung jawab gue," Sebastian mengembalikan uang itu.

Catherine jadi salah tingkah, ia kemudian mengambil kembali uang itu.

"Yaudah, lo masuk aja duluan. Ntar gue balik, gak lama."

"Ya."

Sebastian kemudian melakukan motornya untuk membeli makanan, Catherine pun memasuki rumah.

Ia membuka pintu rumah itu dan masuk kedalamnya. Setelah itu menutupi pintu itu kembali.

Ia melihat sekeliling, rumah Sebastian sangat sederhana dan rapi. Berbeda dengan rumahnya yang besar dan kosong.

Lalu Catherine menaiki tangga dan mencari kamarnya. Ia melihat hanya ada dua kamar di lantai dua. Ia membuka salah satu pintu.

Ternyata yang ia buka adalah kamarnya Sebastian. Kamar laki-laki itu terlihat sangat nyaman. Catherine tanpa sadar memasuki kamar itu lalu mendudukkan dirinya di kasur Sebastian.

Aroma khas laki-laki itu langsung menyeruak di indra penciuman nya. Dari dulu sampai sekarang, ia sangat menyukai aroma ini.

Ia kemudian beranjak dari kasur dan mendekati meja belajar laki-laki itu. Catherine melihat ada sebuah foto di atasnya.

Bola matanya membulat sempurna, itu adalah foto dirinya dan laki-laki itu saat mereka masih berpacaran dulu.

'Kenapa masih ada foto ini? Apa dia lupa buang? Atau... masih belum move on?'

Catherine menepuk pipinya dan menepis pikirannya dengan cepat. 'Inget Catherine, dia dulu udah nyakitin lo!'

Lebih baik dirinya membereskan barang-barangnya, ia kemudian beranjak dari kamar Sebastian.

Ia membuka pintu kamar disebelah. Ia melihat ada kasur dan juga lemari dikamar itu, tapi tetap terkesan kosong karena tak ada yang menempati.

Catherine kemudian membuka kopernya dan memindahkan pakaiannya ke lemari.

Setelah beberapa menit ia kemudian selesai, dan lanjut membersihkan dan merapikan kasur untuk ia tidur nanti.

Catherine berniat keluar kamar untuk ke kamar mandi, tapi tiba-tiba ada Sebastian muncul di depan pintu membuatnya kaget.

"Eh kakek cangkul!"

"Siapa yang kakek cangkul? Tuh gue udah beliin nasi goreng, makan sana." ujar Sebastian dengan sikap dinginnya seperti biasa lalu menuruni tangga.

"Biasa aja kali, jan dingin-dingin amat napa?!" kesal Catherine. "Sabar Catherine, mending lo makan aja." ucapnya pada diri sendiri.

Catherine kemudian menuruni tangga dan menuju dapur, disana sudah ada Sebastian yang duduk di meja makan sambil makan malam.

Ia kemudian mengambil piring dan sendok di rak piring kemudian menaruh nasi goreng yang dibeli Sebastian tadi.

Dirinya sekarang harus mandiri. Tidak ada pembantu yang menyiapkan makanan, tidak ada pembantu yang membereskan kamar, tidak ada pembantu yang mencuci piring bekas makannya.

Semua itu harus ia lakukan sendiri mulai sekarang.

Catherine kemudian menarik kursi meja makan tersebut dan duduk. Meja makan ini cukup sederhana, hanya satu meja kecil dan dua kursi.

Setelah itu ia memakan nasi gorengnya dengan perlahan. Awalnya ia ragu memasukkan sesuap nasi goreng itu, karena dirinya tak pernah memakan makanan yang dijual di pinggir jalan.

Tapi kemudian ia memberanikan dirinya dan menyuapkan sesendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

Ia memejamkan matanya saat menyuapkan sesendok nasi itu, tapi saat rasa nasi goreng itu menyebar didalam mulutnya, Catherine membuka matanya.

Ternyata rasanya lumayan enak juga. Catherine kemudian memakan nasi goreng itu dengan lahap.

Tak ia sangka makanan seperti ini enak juga rasanya.

Sebastian hanya tersenyum tipis melihat tingkah Catherine, yang biasanya selalu bermulut pedas. Kini bertingkah seperti anak kecil yang baru mengenal sesuatu.

Sebastian telah habis memakan makanannya, ia kemudian berdiri dan mengambil piring bekasnya dan berniat mencucinya.

"E-eh tunggwu." ucap Catherine dengan mulutnya yang penuh. Sebastian berhenti sejenak. "Biyar gwue ajwa yang nyuci pirwing nya."

"Lo yakin?" Sebastian memastikan.

Catherine meminum segelas air di sebelah piring nya. "Iya sini, biar gue aja, gak enak gue udah numpang tapi gak bantu,"

"Terserah lo." Sebastian kemudian menyerahkan piring bekasnya kepada Catherine.

Catherine berjalan menuju wastafel. Sebastian berjalan menuju sofa dan duduk kemudian menyalakan TV di ruang tamu.

Prangg!!

Sebastian langsung menoleh kearah suara tersebut. Suara itu berasal dari dapur.

Ia kemudian berjalan kearah dapur, dan melihat Catherine yang tengah memegang piring yang telah pecah menjadi dua bagian.

"S-sori, gue gak pernah cuci piring. Haha," Catherine tertawa hambar.

Sebastian langsung menepuk jidatnya. Harusnya ia tidak membiarkan gadis itu mengerjakan pekerjaan rumah.

Wajah Catherine terlihat pucat, keringat dingin mengalir di dahi gadis itu. Sebastian bingung melihat wajah Catherine.

"Lo kenapa?" tanya Sebastian.

"Hah? Em, gak papa," Catherine terlihat menyembunyikan tangan kanannya dibalik tubuhnya.

Sebastian kemudian berjalan menghampiri gadis itu dan menarik tangan Catherine yang ia sembunyikan.

"Sshh." ringis Catherine.

Sebastian terkejut melihat telapak tangan Catherine yang tergores dan mengeluarkan banyak darah.

"Lo kalo gak bisa nyuci piring kenapa nekat sih?!" bentak Sebastian.

Catherine kaget karena laki-laki itu membentaknya. "Ya gue gak enak kalo ngerepotin lo terus!"

"Lo kayak gini justru yang bikin gue tambah repot tau gak?!"

Mata Catherine memanas. Ia hanya berusaha membantu, kenapa laki-laki itu jadi memarahinya seperti ini?

"Yaudah kalo gue bikin lo tambah repot, mending gue pergi aja! Maaf ganggu lo!" Catherine melepaskan genggaman tangan Sebastian pada tangannya. Lalu berjalan cepat berniat meninggalkan laki-laki itu, tapi Sebastian dengan cepat mencekal tangan Catherine lagi.

"Sori. Maafin gue, gue cuma khawatir tadi. Sori ngebentak lo,"

Catherine yang membelakangi Sebastian mengusap airmatanya yang hendak jatuh. Kemudian berbalik menghadap laki-laki itu.

Catherine menunduk. "S-sori juga kalo gue bikin lo tambah repot,"

"Tunggu bentar, gue ambil P3K dulu dikamar gue,"

Catherine mengangguk, ia kemudian duduk dikursi meja makan menunggu Sebastian yang tengah mengambil P3K di kamarnya sambil melamun.

'Papa, apa papa gak kasihan sama Catherine? Kenapa papa tiba-tiba ninggalin Catherine? Apa Catherine ada salah sama papa?'

Tak terasa airmatanya menetes di pipinya, Catherine kemudian mengelap airmatanya.

Ia tak boleh menangis, orang yang menangis adalah orang yang lemah. Itulah yang dipikirnya.

"Mana tangan lo? Sini gue obatin."

Catherine langsung merubah raut wajahnya menjadi seperti biasa, lalu berbalik menghadap laki-laki itu.

Catherine langsung menyodorkan telapak tangannya pada Sebastian. Sebastian pun berlutut agar mudah mengobati tangan gadis itu karena posisi Catherine tengah duduk dikursi.

Catherine memandangi wajah Sebastian yang tengah serius mengobati lukanya.

Wajah laki-laki itu tak berubah dari dulu, hidungnya yang mancung, matanya yang agak sipit, Catherine sangat menyukai itu.

Tapi Catherine dengan cepat menepis pikirannya, rasanya kepada laki-laki itu hanyalah rasa berterimakasih, bukan cinta.

Benar kan?

...°°°...

Catherine terbangun dari tidurnya. Jujur ia masih sangat mengantuk, tapi ia usahakan untuk membuka matanya dan mengecek ponselnya untuk melihat jam.

Matanya yang setengah terbuka, kemudian langsung membuat sempurna melihat waktu yang tertera di ponsel tersebut.

07.27 AM

Dia ada kelas jam delapan pagi! Ia langsung berdiri dan merapikan kasurnya.

Lebih spesifiknya hanya melipat-lipat saja dengan asal-asalan. Kemudian mengambil handuk dan pakaian untuk ia berganti dan berlari menuju kamar mandi.

Sebastian yang tengah menonton TV sambil memakan roti dicampur susu kental melihat Catherine yang tengah terburu-buru menuruni tangga.

"Sarapan dul--"

Gedubrak!!

Alhasil Catherine terjatuh karena terlalu cepat menuruni tangga. Untung saja ia jatuh agak bawah, jika tidak mungkin dirinya akan bergelinding di tangga.

"Nanti aja sarapannya, gue buru-buru!" Catherine langsung berlari ke kamar mandi dan menutup pintu dengan keras.

Sebastian hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan mantan pacarnya itu.

.

.

.

.

.

Setelah lima belas menit-an, Catherine akhirnya selesai dengan ritual mandinya.

Ia melihat ada Sebastian yang sudah rapi memakai pakaian kasual, berbeda dengan baju tidur yang ia lihat tadi.

"Lo gak mandi apa?" tanya Catherine heran.

"Gue udah mandi tadi subuh, gak kayak lo. Jam segini baru mandi," ujar Sebastian.

Catherine hanya memutar bola matanya malas. "Lo ada kelas pagi?"

"Gak ad,."

"Terus lo ngapain udah rapi kek gitu?"

"Ya nganter lo lah. Emang lo mau jalan kaki? Kalo mau silahkan."

Entah kenapa Catherine jadi sedikit kesal dengan nada bicara laki-laki itu. Tapi ia tak ingin meladeni nya, bisa-bisa ia akan terlambat.

"Lo tunggu bentar, gue mau ambil tas gue dulu,"

"Gak pake lama,"

"Ya ya." jawab Catherine malas. Kemudian ia berjalan keatas dan memasuki kamarnya untuk mengambil tasnya.

Setelah selesai, Catherine pun berjalan menghampiri Sebastian yang telah duduk di motornya.

"Cepet naik,"

Catherine kemudian menaiki motor Sebagian dan duduk dengan posisi miring.

"Pake helm." ucap Sebastian sambil memberikan helm kepada Catherine.

Setelah itu, Sebastian pun menyalakan motornya dan melaju menuju ke kampus mereka.

...°°°...

"Baju kotor lo, lo taroh mana?" ujar Sebastian saat mereka telah sampai di gerbang kampus.

Catherine mendelik. "Ngapain lo nanyain baju kotor gue? Mau lo pake untuk ngelakuin hal mesum, iya?!"

"Bukan kayak gitu b*go. Makanya jangan nething dulu napa?"

"Terus mau lo apain?"

"Mau gue bawa laundry lah, gak mungkin gue cuci sendiri kan? Lagian lo juga gak bisa cuci baju sendiri,"

Catherine jadi malu dan salah tingkah. "O-oh gitu. Baju kotor gue, gue bisa bawa sendiri ke laundry. Lo gak usah repot-repot,"

"Yaudah terserah lo, lo cepetan masuk sana. Kelas lo mulai jam 8 kan?"

"Iya,"

"Kalo gitu gue balik dulu." Sebastian menstarter motornya dan pergi meninggalkan Catherine.

Catherine kemudian memasuki area kampusnya dan menuju kelasnya

...°°°...

Setelah memasuki gedung kampusnya, Catherine pun berniat menuju kelasnya.

Tapi saat di lorong, ia mendengar bisikan-bisikan orang-orang disekitarnya.

"Lo tau gak, bokap nya tuh cewek udah bangkrut! Rumahnya juga disita!"

"Serius? Terus dia tinggal dimana sekarang?"

"Gak tau, mungkin udah luntang-lantung dijalanan."

"Ah gak mungkin itumah, pasti dia udah jadi simpenan om-om kaya lah!"

"Bisa jadi, cewek sombong kek dia tuh emang pantes dapet karma kek gini!

"Haha ******!!"

Catherine berusaha untuk tidak terbawa emosi, ia kemudian berjalan menuju kelas dengan mengangkat wajahnya sedikit keatas.

"Cih, udah miskin gaya masih aja belagu!"

Setelah sampai ke kelasnya, ia kemudian melihat ada Giselle yang tengah melambai-lambai kan tangannya.

"Rin, sini!" panggil Giselle. Catherine pun berjalan menghampiri Giselle dan duduk disebelah gadis itu.

"Rin lo gak papa kan?" tanya Giselle khawatir.

Catherine menaikkan satu alisnya. "Maksudnya?"

"Katanya kan om Harry bangkrut, terus rumah lo disita. Jadi lo tinggal dimana sekarang Rin?!"

Catherine tampak berpikir sejenak. Ia tak mungkin bilang bahwa dirinya tinggal dengan Sebastian sekarang.

Catherine tak ingin menyakiti perasaan Giselle saat gadis itu tahu bahwa dirinya tinggal bersama laki-laki yang gadis itu sukai.

"G-gue tinggal sama tante gue sekarang." bohongnya, padahal tante nya sekarang tinggal di luar negeri.

"Oh, baguslah kalo kek gitu. Gue kira lo luntang-lantung di jalan."

"Ya nggak lah ****."

Setelah beberapa menit kemudian dosen mereka pun datang lalu mereka semua memperhatikan apa yang dijelaskan oleh dosen mereka.

.

.

.

.

.

.

Catherine gelisah. Daritadi ia menggoyangkan kakinya. Ia berusaha menahan tapi tak bisa. Ia kemudian berdiri.

"Lo mau kemana Rin?" tanya Giselle.

"Mau kekamar mandi, gak tahan gue,"

"Oh oke."

Catherine kemudian permisi dengan dosen yang ada diruangan tersebut, setelah itu meninggalkan kelas dan menuju ke toilet.

Sudah hampir setengah jam berlalu, tapi Catherine belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Duh Catherine kemana sih?! Apa nyasar yah tuh anak? Tapi gak mungkinlah!" Giselle berbicara kepada diri sendiri karena khawatir.

"Apa gue susul aja yah? Tapi tanggung, bentar lagi juga mau habis nih kelas! Yaudahlah, gue tunggu sampe habis aja baru nyari tuh anak."

...°°°...

Setengah jam yang lalu..

Catherine merasa lega setelah memenuhi panggilan alamnya. Ia kemudian berjalan kembali menuju kelasnya.

Toilet di kampusnya memang agak jauh, jadi ia harus berjalan ekstra.

Saat ia berjalan melewati gudang olahraga yang terletak tidak jauh dari toilet, ia mendengar ada suara laki-laki yang membentak dan suara perempuan yang menangis.

Catherine mendekati asal suara tersebut. Pintu gudang itu tertutup, tapi tidak terkunci. Ia kemudian mengintip kedalamnya.

Mata Catherine membulat sempurna melihat seorang gadis yang pakaiannya setengah terbuka hingga menangis.

Laki-laki yang berada di depannya itu semakin gencar menciumi leher gadis itu.

Catherine langsung menendang pintu itu membuat keduanya terkejut.

"Eh, sampahnya sampah masyarakat! Ngapain lo hah?! Lepasin dia gak?!" teriak Catherine.

"Heh, kalo gue gak mau lo bakal apa?" laki-laki itu tersenyum remeh.

Catherine mengepalkan tangannya. Ia sangat membenci laki-laki yang melecehkan dan merendahkan perempuan.

Bughh!!

Satu tinjuan mendarat di rahang laki-laki itu. Catherine langsung menarik perempuan yang berada di belakang laki-laki itu. "Lo cepetan pergi dari sini!" ujar Catherine.

"Tapi lo gimana?" tanya gadis itu.

"Udah gue gak papa, gue bisa jaga diri sendiri. Sekarang lo cepet pergi!"

Gadis itu mengangguk cepat kemudian berlari meninggalkan ruangan itu.

"BANGS*T!!!" laki-laki itu berniat melayangkan tinjuan di wajah Catherine tapi Catherine langsung menghindar.

Catherine baru tersadar kalau itu hanya jebakan, kini laki-laki itu langsung menendang perutnya dan dirinya langsung tersungkur dilantai sambil memegangi perutnya kesakitan.

"Heh, jadi cewek jangan sok kuat. Karna cewek gue udah lari, sekarang lo aja yang jadi mangsa gue."

Laki-laki itu berjalan menghampiri Catherine. Kemudian mengunci pergerakan Catherine.

Seluruh tubuh Catherine rasanya lemas. Perutnya sangat sakit. Laki-laki itu mulai membuka kancing baju atas Catherine.

Catherine berusaha meronta, tapi kekuatan laki-laki itu jauh lebih besar dibanding dirinya.

Bagaimana ini? Jarang ada orang lewat disekitar sini kecuali jam makan siang.

Wajah laki-laki itu semakin dekat dengan wajahnya berniat untuk menciumnya.

Catherine merasa takut. 'Seseorang tolong gue!'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita ini.

Kalo suka jangan lupa like yah, biar aku semangat updatenya.

Semoga hari kalian menyenangkan!

Sekian, terimakasih <3

Terpopuler

Comments

Rosni Lim

Rosni Lim

Like semua episode

2020-11-03

0

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

like lagiii

2020-10-19

0

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

awesome 🍓🍓🍓

ijin promo sekalian thor 🍓

jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",

kisah cinta beda agama,

jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍓🍓🍓

2020-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!