Ding Dong!
Catherine menoleh kearah suara bel tersebut.
Sepertinya mantan calon mertuanya ini panjang umur.
"Hoi!"
Suara dari seberang sana menyadarkan Catherine. "Gue tutup, gue sibuk." ujar Catherine lalu menutup teleponnya secara sepihak.
"Halo! Halo! Ck!" Sebastian yang tengah nongkrong dengan sahabatnya di kafe pun berdecak kesal karena Catherine memutus telepon secara sepihak.
"Teleponan sama siapa lo?" ujar Rean, sahabat Sebastian.
"Catherine."
"Catherine?!" ucap Takumi terkejut. Pasalnya dia adalah sahabat Sebastian dari semasa SMA jadi dia sangat mengetahui siapa itu Catherine. "Lo balikan lagi sama dia?!"
"Nggak,"
"Terus? Kenapa tiba-tiba kalian teleponan kayak begini? Bukannya kalian udah gak kontakan lagi?"
"Bacot lo, kayak emak-emak arisan," ketus Sebastian. Sedangkan Takumi, laki-laki keturunan Jepang itu berdecak kesal.
"Emang Catherine itu siapa?" tanya Rean bingung.
"Mantan terindah nya die," sindir Takumi. Walaupun mereka telah berteman lama, tapi mereka berdua sering saling mengejek dan saling menyindir.
"Oh gitu. Eh btw, kalian tau gak yang namanya Giselle?"
"Kenal lah, orang dia sahabat Catherine kok. Sahabat gue juga dulu sama Alex,"
"Beneran lo? Berarti lo kenal juga dong Lex,"
Sebastian memang lebih sering dipanggil Alex, singkatan dari nama belakangnya Alexander.
"Yoi,"
"Emang kenapa lo nanyain si Giselle?" tanya Takumi.
"Gue... suka sama dia. Gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama tuh cewek," ucap Rean dengan senyum-senyum gak jelas.
"Apa?! Bwahahaha!! Takumi terkejut sekaligus tertawa mendengarnya.
Rean jadi bingung karena Takumi yang tertawa. "Emang lucu?"
"Ahahahah--uhuk uhuk!" Takumi langsung meminum air minum nya yang terletak di meja karena tersedak.
"Emang apa sih yang lucu?"
Takumi lega setelah minum air putih. "Gak ada,"
"Anj*ng." umpat Rean.
"Perasaan gue Giselle biasa aja tuh, gak cantik-cantik amat," celetuk Sebastian.
"Anj*r, Giselle itu cantik banget b*go. Lo nya aja yang buta." ujar Takumi.
"Bener tuh. Giselle tuh cantik banget kayak bidadari tau gak,"
"Bidadari turun dari kelek?" ucap Sebastian.
"Bwahahaha!!" sembur Takumi.
Rean memutar bola mata malas. "Ciri-ciri kawan laknat,"
"Canda doang elah. Jadi, lo mau ngejer tuh dia?"
"Yaiyalah, cinta tuh harus diperjuangin,"
"Heleh. Paling pas ditolak langsung nangis ngadu sama emak hahaha!"
"Lo ngeselin banget tau gak Mi?"
Takumi dan Sebastian hanya tertawa. Rean memang selalu menjadi bahan candaan mereka.
"Btw, Gavin mana sih belom muncul-muncul. Katanya mau mabar nj*ng." ujar Takumi.
Sebastian hanya mengedikkan bahu menandakan ia tak tahu.
Rean meminum segelas kopinya. "Biasa, paling lagi sibuk ama cewek nya,"
"Memang ya. Kalo udah punya cewek, selalu lupa kawan."
...°°°...
Catherine mendadak jadi gugup. Padahal cuma tante Mirna doang, buat apa gugup? Orang tante Mirna gak gigit kok.
Tapi masalahnya gini, tante Mirna ini pernah jadi mantan calon mertuanya. Ingat ya, mantan. Pasti lah dia gugup.
Dirinya berusaha untuk tenang. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan.
Setelah berhasil, ia kemudian perlahan-lahan berjalan ke arah pintu. Saat sampai, ia membuka pintu rumah dan terpampang lah wajah seorang wanita paruh baya dengan gaya yang masih elegan.
"Eh Catherine?!" kagetnya. Catherine pun tersenyum canggung. "Ih tante udah lama gak liat kamu, sayang! Kamu ngapain dirumah Sebastian? Kalian balikan nih?"
"E-enggak kok tante, Catherine cuman disuruh Sebastian untuk jagain rumahnya," bohong Catherine.
"Oh gitu, sayang banget. Yaudah, kamu gak mau ajak tante masuk nih?"
"Eh iya, ayo masuk dulu tante," Catherine mempersilakan tante Mirna masuk. 'Sayang banget? Maksudnya apa nj*r?'
"Tante mau minum apa? Catherine buatin," tawar Catherine saat tante Mirna duduk di sofa.
"Aduh ciri-ciri menantu idaman. Tante minta buatin teh aja, boleh gak?" tante Mirna terkekeh.
"Iya tante, pasti boleh kok. Yaudah Catherine buatin dulu yah," Catherine kemudian menuju dapur untuk membuatkan teh. 'Fyuh, untung aja bi Narti waktu itu ngajarin cara buat teh.'
Setelah selesai, Catherine kemudian meletakkan secangkir teh tersebut lalu duduk di samping tante Mirna.
"Anu, tante. Catherine boleh nanya sesuatu gak?"
"Ya boleh lah, mau nanya apa?" ujar tante Mirna sambil menyesap teh yang dibuat Catherine tadi.
"Tante.. masih tinggal dirumah lama apa udah pindah?"
"Masih di rumah lama kok. Kamu tau kan? Kapan-kapan kamu main, tante sepi dirumah,"
"Iya tante. Tapi, kenapa Sebastian gak tinggal sama tante lagi?"
Tante Mirna tertegun, tapi ia kemudian merubah raut wajahnya seperti semula. "Sebastian katanya mau hidup mandiri, makanya dia tinggal di rumah ini,"
"O-oh.. gitu ya tante?" 'Gila, banyak banget dosa gue ngatain dia waktu itu.'
"Kabar kamu gimana sekarang sayang? Sehat-sehat aja kan? Tante udah denger kalo papa kamu bangkrut, kamu tinggal dimana sekarang?" tanya Tante Mirna khawatir.
"Ah, Catherine sekarang tinggal dirumah temen tante," 'Ya, dirumah temen. Gue gak bohong kan?'
"Baguslah. Kalo kamu mau, tinggal dirumah tante aja. Biar tante gak sepi dirumah,"
"Gak usah tan, ntar Catherine ngerepotin lagi,"
"Gak papa kok, kamu itu udah tante anggap anak tante sendiri. Jadi, kalo kamu kesusahan, kamu boleh hubungin tante, yah?"
Tes...
"Eh Catherine? Kok nangis?" tanya tante Mirna khawatir sambil mengusap airmata Catherine yang jatuh.
"M..maaf tante. Catherine gak papa kok." Catherine kemudian mengusap airmata nya dengan cepat.
Entah kenapa.. mendengar tante Mirna berkata seperti itu membuat dirinya merasa deja vu.
Sosok tante Mirna yang begitu peduli dengannya membuat dirinya rindu terhadap Ibunya yang telah tenang diatas sana.
Karena ayahnya yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka, Catherine telah lama tidak merasakan rasa kekhawatiran orang tua yang ditujukan terhadap dirinya.
Hah... hanya masalah seperti ini saja dirinya menangis. Sungguh, dirinya benar-benar seorang perempuan cengeng dan lemah.
"Oh iya Catherine, sebenarnya tante mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi tante ragu,"
Catherine jadi penasaran. "Mau ngomong apa tante?"
Tante Mirna tampak ragu. "S-sebenarnya yah Catherine, Sebastian itu masih--"
I've been all night!
I've been all day!
And boy got me walking side to side!
"Sori tante, Catherine angkat telpon dulu yah."
"Ah, iya."
Catherine mengambil ponselnya kemudian melihat siapa yang meneleponnya.
Astaga, dia melupakan satu orang lagi.
Catherine kemudian mengangkat telepon tersebut dan menempelkan ponselnya di telinganya.
"Hal--"
"CATHERINE LU DIMANA SIH?! GUE BILANG JAM 10 KAN?! INI UDAH HAMPIR JAM 11 YAAMPUN GUSTI!!"
Catherine langsung menjauhkan ponsel nya dari telinganya. Kalau tidak, mungkin telinganya akan tuli saat itu juga mendengar suara merdu indah nan nyaring Giselle.
"Bisa gak santai?"
"GAK. POKOKNYA LO CEPET KESINI SEKARANG! GPL!!"
"Hal-Halo! Giselle! Ish malah ditutup! Memang nih anak!"
"Siapa sayang?" tanya tante Mirna.
"Temen Catherine tan. Tan, Catherine boleh duluan gak? Soalnya temen Catherine udah nunggu," ujar Catherine tak enak.
"Yaudah kamu pergi gih. Kasian temen nya kalo nunggu lama-lama,"
"Yaudah tante Catherine pergi dulu yah!" ujar Catherine kemudian mengambil tas kecilnya lalu pergi.
Tante Mirna tersenyum. "Kayaknya, lebih baik kamu gak usah tau dulu sayang."
...°°°...
"Sel lo dimana? Gue udah didepan," Catherine menelepon Giselle karena ia tak tahu dimana pastinya gadis itu berada.
"Lo masuk aja, gue ada di meja nomor empat. Cepetan!"
"Iya sabar nj*r," Catherine kemudian menutup teleponnya dan masuk kedalam kafe tersebut dan mencari Giselle.
Setelah ketemu, ia langsung duduk di kursi hadapan gadis itu.
"Lumutan gue disini nungguin lo tau gak?" kesal Giselle.
"Orang cuma nunggu sekitar sejam kok, alay banget lo," jawab Catherine.
"Heh, lo gak tau betapa bosen nya gue disini, sampe kopi yang gue pesen buat lo jadi dingin tau ga--"
"Iye iye udah, lo mau ngomong apa sampe nyuruh gue dateng kesini?"
Raut wajah Giselle berubah menjadi sedikit serius, inget yah, sedikit.
"Gue kemaren pas nyari lo, gue kan ke toilet cewek nih,"
"Terus?"
Giselle berdecak kesal. "Selesaiin dulu gue ngomong napa?" Catherine hanya menyengir tanpa dosa.
"Jadi, sebelum ke toilet cewek kan ada gudang nih. Nah, gue liat Sebastian lagi pelukan sama cewek, Rin,"
Catherine terkejut, tapi ia berusaha untuk menutupi nya. Ia tak menyangka bahwa Giselle ada disana waktu itu.
"Cewek itu persis mirip kayak lo Rin," raut wajah Giselle berubah menjadi cemas dan sedikit sedih. "Rin, itu beneran lo, atau orang lain?"
Catherine berusaha tertawa. "L-lo ngomong apa sih Sel, gak mungkin lah gue ada didalem situ sama dia. Lo tau kan kalo gue benci sama tuh cowok,"
Catherine kemudian memajukan badannya dan menepuk bahu Giselle pelan. "Gue gak mungkin ngekhianatin lo Sel, lo itu sahabat gue yang paling berharga," Catherine tersenyum tulus.
Giselle ikut tersenyum. "Makasih ya Rin, sori gue jadi curiga sama lo,"
"Oh jadi sikap lo kemaren gara-gara lo curiga sama gue?"
"Hehe, iya," Giselle nyengir.
"Ish, cuman gara-gara cowok aja lo langsung ngambek sama gue yah. Dasar,"
"Ya sori,"
"Catherine?!"
Catherine langsung menoleh ke arah suara tersebut.
"Giselle?!" Giselle pun ikut menoleh ke arah suara tersebut. Mereka berdua pun terkejut saat melihatnya.
"Gavin?!" teriak mereka berdua tak percaya.
"Masih inget kalian rupanya sama gue?" ujar Gavin.
"Ya inget lah, lo tuh sahabat kita plus playboy kelas kakap di angkatan kita pas SMA dulu!" ucap Giselle antusias.
"Eh masih inget aja lo berdua haha!"
"Heh cowok kurang gizi, apa kerja lo sekarang? Masih nikung cewek orang?" ujar Catherine.
"Sembarang aja lo Rin, begini-begini gue udah tobat loh,"
"Lo tobat? Sejak kapan? Sejak zaman purba?" Giselle pun tertawa begitupun Catherine.
"Gak asik kalian berdua ah, ngatain gua mulu!"
"Cieee baperan!" Giselle kembali tertawa begitupun dengan Catherine. "Btw, lo sama siapa disini?"
"Oh gue sama--"
"Oy Gavin! Disini rupanya, orang udah ditungguin dari tadi juga!"
Mereka bertiga menoleh kearah suara tersebut. Yang menghasilkan suara tersebut pun mendekat dan sama-sama terkejut melihat dua perempuan dihadapannya.
"Catherine?! Giselle?!"
"Takumi?!"
"Eh kalian kok bisa disini?! Gak nyangka banget sumpah!"
"Lo juga!"
"Lo sama Gavin doang disini?" tanya Catherine.
"Gak, kami berdua juga ada."
Catherine dan Giselle langsung terkejut mendengar pemilik suara tersebut yang baru saja berdiri dari belakang tempat duduk mereka.
"Alex?!" ujar Giselle. "Rean?!"
Catherine maupun Giselle menjadi cemas, apa laki-laki itu mendengar percakapan mereka tadi?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita ini.
Jika kalian suka jangan lupa like yah biar aku semangat updatenya.
Kalo ada saran atau kritik juga boleh kok komen, Lin bakal terima dengan senang hati.
Semoga hari kalian menyenangkan!
Sekian, terimakasih <3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Intan Permatasari
halo kak aku mampir nih , bom like untuk mu .. semangat kak saling support
2021-05-11
0
Yana
hai kak aku dah mampir nih bawa like , Vote,dan juga rate 😊🤞 semangat terus nulis nya 😊
2020-12-10
0
Ny.Bramantyo
hy author aku udah datang yahhh memberi like dan juga rate 5
maaf baru sampai bab 4 bacanya :) ntar dilanjut yahh
2020-11-10
0