Sebastian kembali ke kampus lagi karena lupa memberitahu Catherine bahwa ia akan pulang agak malam. Juga ia ingin menitipkan kunci rumah.
Saat ia telah sampai di parkiran kampus, ia memarkirkan motornya disana. Setelah itu pergi menuju kelas jurusan busana dan fashion untuk mencari Catherine.
Sesampainya ia di kelas Catherine, ia izin dengan dosen yang berada dikelas tersebut untuk menanyakan Catherine.
"Catherine, ada yang mencari kamu," panggil dosen itu tapi tak ada yang menyahut.
"Mana yang namanya Catherine?" kelas itu hening. Tak ada yang menyahut.
"Permisi buk," akhirnya setelah beberapa menit ada yang membuka suara.
"Ya, kenapa?"
"Catherine sudah daritadi gak kembali ke kelas buk," yang bicara ternyata adalah Giselle.
"Coba kamu hubungi,"
"Saya berniat begitu, tapi ponselnya dia titip ke saya buk,"
Sebastian khawatir. Kemana perginya gadis itu?
"Buk, kalau begitu saya permisi. Kalau boleh tahu, tadi Catherine pergi kemana buk?"
"Dia izin ke toilet tadi."
Sebastian langsung keluar dari kelas itu. Tanpa menghiraukan cewek-cewek dikelas itu yang daritadi berbisik-bisik.
"Eh, itu anak jurusan komputer kan? Siapa namanya? Sumpah ganteng banget!"
"Sebastian kalo gak salah namanya. Udah taken belum yah?"
"Kayaknya udah sih, cogan kek gitu mah pasti cepet diambil orang,"
"Tapi kenapa dia nyariin Catherine yah?"
"Gak mungkin kan Catherine itu pacarnya?"
"Bisa jadi weh, tuh cewek kan centil,"
"Iya juga sih."
Giselle menjadi kesal mendengar bisikan-bisikan cewek disekitarnya. Ia kesal karena sahabatnya, Catherine di fitnah seperti itu.
Tapi disisi lain ia gelisah, tidak mungkin sahabatnya merebut orang yang ia sukai kan? Giselle tahu, Catherine bukan orang seperti itu.
Ia tidak boleh berburuk sangka dengan sahabatnya sendiri.
'Gak mungkin Catherine ngerebut Sebastian dari lo Sel, Catherine itu bukan cewek munafik.' ucap Giselle dalam hati meyakinkan diri.
...°°°...
Sebastian berlari secepat mungkin menemukan gadis itu, entah dimana gadis itu ia akan tetap menemukannya.
Ia tahu gadis itu pergi ke toilet karena dosen tadi yang memberitahu. Masalahnya, ia tak tahu dimana letak toilet di gedung ini karena gedung jurusannya berbeda dengan Catherine.
Setelah berkeliling cukup lama di gedung ini, ia akhirnya menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita.
Ia menunggu didepan toilet, karena tidak mungkin ia masuk kedalam sana bukan?
Ia menunggu beberapa menit, tapi tidak ada tanda-tanda ada orang didalam sana. Apa ia langsung menerobos saja?
Sepertinya ia terpaksa memilih pilihan itu. Ia kemudian menerobos masuk ke dalam toilet perempuan.
Kosong. Tidak ada orang satupun. Sebastian kemudian membuka semua pintu toilet. Dan tidak ada orang sama sekali.
'Sial, kemana sih tuh anak?!'
Sebastian mengacak rambutnya frustasi, ia seperti orang gila yang kehilangan sekarang.
Laki-laki jangkung berambut hitam ini kemudian kembali mencari gadis merepotkan yang bernama Catherine.
Saat ia melewati sebuah ruangan, ia mendengar suara orang dari ruangan itu.
Pintu itu tertutup. Ia kemudian mendekati pintu itu.
"Lepasin gue!!"
Mata Sebastian membelalak. Itu adalah suara dari seorang gadis yang tengah ia cari daritadi.
Sebastian langsung mundur sedikit, kemudian mengumpulkan kekuatan pada kaki tangannya, kemudian menendang pintu itu sehingga terbuka dengan kuat dan menimbulkan suara yang keras.
Saat pintu itu ditendangnya, Sebastian terkejut bukan main. Melihat pemandangan dihadapannya.
...°°°...
Inilah yang ditunggu-tunggu oleh Giselle. Kelasnya pun akhirnya berakhir. Giselle langsung dengan cepat memasukkan barang-barangnya kedalam tasnya lalu ia tenteng di bahunya.
Begitupun dengan tas Catherine. Ia kemudian berjalan keluar kelas dengan tergesa-gesa untuk mencari Catherine.
Karena terburu-buru, Giselle alhasil menabrak seseorang sehingga dirinya terjatuh dilantai.
"Aduh!" ringisnya.
"Sori, lo gak papa?!" panik laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Giselle berdiri.
Giselle pun menerima uluran tangan laki-laki itu dan berdiri. "Gue gak papa, makasih."
"Sama-sama. Btw, lo anak jurusan tata busana kan?"
"Iya."
"Nama lo siapa kalo boleh tau?"
"Em.. nama gue Giselle." Giselle jadi agak canggung.
"Kenalin gue Rean. Salam kenal."
"Salam kenal juga." ujar Giselle seraya tersenyum. "Sori, gue buru-buru. Kalo gitu gue pergi dulu yah."
Setelah itu Giselle berlari untuk mencari Catherine kembali.
Rean tersenyum. 'Gila, gue jatuh cinta pada pandangan pertama.'
...°°°...
Catherine merasa pasrah, dirinya tak punya kekuatan lagi untuk melawan. Airmata nya telah jatuh tanpa ia sadari, awalnya ia kira hidupnya akan sangat hancur dari sini.
Tapi ternyata perkiraan nya salah.
Brak!!
Catherine langsung menoleh kearah suara itu. Ia merasa sangat senang sekaligus lega melihat sosok itu ada dihadapannya.
Sosok itu langsung menerjang laki-laki yang ingin mengotori dirinya sampai laki-laki itu terpental.
Itu, adalah Sebastian.
Sebastian langsung melepas jaketnya kemudian menghampiri Catherine dan memakaikan jaketnya di tubuh gadis itu.
"BANGS*T!!"
Laki-laki yang hendak memperkosa Catherine tadi langsung berdiri dan hendak meninju Sebastian.
Tapi Sebastian langsung mengelak dan menendang perut laki-laki itu dengan kuat hingga laki-laki itu tersungkur.
Sebastian kemudian langsung menarik kerah leher baju laki-laki itu dan mengepalkan tangannya lalu meninju laki-laki itu secara membabi buta.
Terpancar kemarahan di tatapan dingin laki-laki itu.
Catherine hanya bisa menyaksikan Sebastian yang tampak belum puas meninju wajah laki-laki itu.
Wajah laki-laki itu tampak biru dan lebam, Catherine jadi tak tega melihatnya.
Ia kemudian mendekati Sebastian dan berusaha menghentikan aksi laki-laki itu.
"Udah, dia udah babak belur!" Catherine menahan lengan Sebastian, tapi laki-laki itu tetap tak berhenti.
"Gue bilang udah!!" Catherine berteriak sekuat mungkin agar laki-laki itu berhenti. Tapi Sebastian seakan tuli dan terus melancarkan aksinya.
"TIAN!!"
Sebastian membulatkan matanya dan berhenti melayangkan pukulannya pada laki-laki dibawahnya.
Ia melepaskan cengkraman nya pada kerah leher laki-laki itu. Lalu menoleh kearah Catherine.
Ia melihat Catherine yang tengah menangis, sungguh ia sangat benci melihat gadis itu menangis.
Apalagi karena dirinya, sama seperti hari itu.
"Udah... hikss..."
Sebastian kemudian mengulurkan tangannya kemudian menangkup wajah gadis itu.
Diusapnya airmata gadis itu yang mengalir di pipinya, kemudian menarik gadis itu perlahan kedalam pelukannya.
Hatinya entah kenapa sangat sakit, melihat dan mendengar isakan tangis gadis yang dulu pernah mengisi hatinya.
.
.
.
.
.
.
Giselle akhirnya sampai di toilet wanita, ia mengecek ke dalam tapi tak menemukan Catherine.
Ia mendengus kesal karena sahabat nya itu secara tiba-tiba menghilang.
Saat ia melewati gudang yang pintunya terbuka, ia menjadi penasaran dan mengintip sedikit kedalam.
Ia membulatkan matanya besar, hatinya terasa sakit. Tubuhnya kaku seperti patung.
Dirinya melihat sahabat nya tengah berpelukan mesra dengan laki-laki yang ia sukai.
...°°°...
Catherine merapikan penampilan dirinya sembari melihat refleksi dirinya di cermin toilet.
Untung saja Sebastian tadi datang tepat waktu, jika tidak entah apa yang akan terjadi dirinya tak bisa membayangkan.
Mengingat kejadian tadi, membuat dirinya terasa ingin menangis lagi.
Tapi ia cepat-cepat mengusap airmatanya yang hendak keluar.
Setelah pakaiannya ia rapikan, Catherine kemudian keluar dari toilet dan terdapat lah Sebastian yang tengah menunggu di depan toilet.
"Udah?" tanya Sebastian.
"Udah, ini jaket lo. Thanks,"
"Hm," Sebastian hanya berdeham. "Lo gak ada kelas lagi kan habis ini?"
"Gak ada,"
"Yaudah lo langsung pulang aja, masalah ini biar gue yang ngurus,"
"Gak usah," Catherine menolak dengan cepat. "Masalah ini gak usah dibesar-besarin. Gue gak mau repot,"
"Terserah lo. Udah, lo cepetan pulang gue anter,"
"Lo gak ada kelas hari ini?" tanya Catherine.
"Gak, gue ada kelas besok."
"Kalo gitu gue mau ambil tas sama barang-barang gue dulu di Giselle. Lo tunggu aja dulu dimotor, ntar gue nyusul,"
Sebastian mengangguk kemudian meninggalkan Catherine dan menuju ke parkiran motor.
Catherine menatap punggung laki-laki itu yang kian menjauh. 'Terimakasih udah nolong gue, pahlawan kepagian.'
...°°°...
Catherine sekarang tengah mencari Giselle, ia ingin mengambil tas beserta ponsel tercintanya di gadis itu.
Entah sudah berapa lama ia berkeliling di kampus, tapi ia tak menemukan keberadaan Giselle sama sekali.
Apa Giselle sudah pulang lebih dulu? Tapi sepertinya tak mungkin, karena Giselle akan selalu pulang bersama dengan dirinya.
Jadi Catherine hanya bisa terus mencari keberadaan gadis itu.
Saat sampai di taman kampus, ia melihat Giselle yang tengah duduk di sambil merenung.
Catherine berjalan mengendap-endap agar Giselle tidak sadar, saat ia telah sampai dibelakang Giselle, Catherine langsung mengejutkan gadis itu.
"Waaa!!!"
"Tikus makan ular!," kaget Giselle. "Ih Catherine!!" kesalnya.
"Bwahaha!!" Catherine tertawa terbahak-bahak.
"Dasar lo tuh ya!!"
"Lo sih, pake melamun segala. Ngelamunin apa emang?"
"Gak ada," Giselle langsung memalingkan wajahnya.
"Cie galau nih yeee... galau kenapa lo? Ditolak doi? Ahahaha!!"
Raut wajah Giselle langsung masam. Ia kemudian memberi tas dan ponsel Catherine dengan kasar pada gadis itu, dan langsung berjalan dengan cepat meninggalkan Catherine.
"Eh, tunggu! Giselle!"
"Apa?" jawab Giselle ketus.
"Lo kenapa sih, Sel? Orang gue cuman bercanda doang,"
"Gak papa. Gue cuman capek, gue mau pulang," ujar Giselle lalu meninggalkan Catherine dan pulang.
"Tumben gak ngajak pulang bareng,"
...°°°...
Keesokan harinya Catherine tidak memiliki kelas. Jadi ia hanya bersantai dirumah sambil mencari lowongan pekerjaan di ponselnya.
Karena tidak mungkin ia akan membebani Sebastian secara terus menerus.
Ditambah lagi, dirinya juga banyak memerlukan kebutuhan. Seperti kuota internet, paket nelpon, perawatan rutin wajahnya, dan semacamnya.
Tidak mungkin ia meminta hal itu kepada Sebastian? Dikiranya Sebastian adalah suaminya?
Eh tunggu dulu, kenapa malah membahas suami? Dasar author ngawur :v
Oke lanjut.
Sambil memakan sarapan yang telah disiapkan oleh Sebastian pagi tadi, ia men scroll-scroll ponselnya.
Banyak lowongan pekerjaan yang telah penuh, membuat dirinya menjadi hilang semangat.
Sarapan di piringnya telah habis, ia kemudian hendak mencuci piring tersebut.
Catatan, Catherine sekarang sudah bisa mencuci piring karena Sebastian telah mengajari dirinya bagaimana mencuci piring tadi malam.
Setelah beberapa detik, acara mencuci piringnya telah selesai. Saat ia ingin menaruh piring itu di rak piring, ponselnya yang ia letakkan di meja makan bergetar.
Ada yang meneleponnya. Catherine mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelepon dirinya.
Ternyata Giselle.
"Kenapa?" tanya Catherine tanpa basa-basi.
"Yee nih anak bukannya halo dulu malah langsung nanya kenapa," protes Giselle di seberang sana.
Nada bicaranya agak berbeda dari terakhir kali, pikir Catherine "Halooo Giselle ku sayang... yang manis dan cantikk..."
"Nah gitu dong kan enak denger nya,"
Catherine memutar bola matanya malas. "Yaudah lo mau ngomong apaan? Gue sibuk,"
"Cih, sibuk apaan lo. Orang kerjaan lo dirumah cuman update story sama main emel doang kalo gak ada kelas kek gini,"
"Iyee yaudah lo mau ngomong apa cepetann,"
"Kita ketemuan yuk, di cafe biasa. Gue mau ngomong sesuatu,"
"Kalo mau ngomong ya tinggal ngomong aja kenapa sih, pake ketemuan di kafe segala,"
"Gak bisa, ini tuh bersifat privasi. Gak bisa diomongin lewat telepon,"
"Yaudah kapan?"
"Jam 10 nanti yah! Awas lo jangan gak dateng, kalo lo gak dateng, gue hack akun emel lo!"
"Terserah lo lah Sel, gue tutup. Bye!"
"Eh Rin tungg--"
Tut... Tut...
Catherine menaruh ponselnya kembali di meja, dan bersiap-siap untuk pergi ke kafe sesuai permintaan Giselle tadi.
Saat ia menaiki tangga, teleponnya kembali berdering. "Giselle apaan lagi sih?!"
"Halo!"
"Gak bisa santai apa, ntar tuli kuping orang denger suara cempreng lo,"
Suara berat ini...
"Kenapa lo nelpon gue?"
"Gak papa, cuman mau bilang kalo rumah gue itu suka ada penampakan,"
"Lo jangan main-main yah, kalo gak gue tutup!" Catherine langsung kesal, karena dirinya itu memang penakut jika berurusan dengan mahluk tak kasat mata.
Tapi anehnya, ia suka film yang berbau hal gaib, sungguh aneh.
"Jan sensi amat napa? Pms lu?"
"Gue tu--"
"Gue cuman mau ngomong kalo nyokap gue bakal dateng,"
Mata Catherine membulat sempurna. "Maksud lo tante Mirna?!"
"Ya siapa lagi?"
Catherine seketika jadi panik. "T-terus kapan dia bakal dateng?"
"Katanya sebentar lagi nyampe."
"Kenapa lo gak ngasih tau sih!"
"Lah ini gue lagi ngasih tau, b*go."
"Ya ngasih tau nya tuh jangan sekarang! Ngasih tau tuh dari awal!"
"Emang kenapa sih? Orang lu juga udah sering ketemu ama nyokap gue dulu."
"Dulu sama sekarang tuh beda! Kalo dulu kan--"
Ding Dong!
Catherine langsung menoleh dengan cepat kearah suara bel pintu. Baru saja dibicarakan.
Sepertinya mantan calon mertuanya ini panjang umur.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih udah menunggu dan meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita ini.
Jangan lupa like yah biar aku semangat updatenya!
Kalo ada saran atau kritik kasih tau yah! Lin bakal terima dengan senang hati!
Semoga hari kalian menyenangkan!
Sekian, terimakasih <3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
_rus
Sudah aku like Thor 👍🏽👍🏽
tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Kisah Cintaku" 😁🙏🏽
2020-11-20
0
Agni ka
jangan di skip jangan di skip, calon mantu idaman mau lewat😎
2020-10-29
0
Emma Risma
keren kak aku mampir
2020-10-26
0