Setelah perbincangan singkat di pantai, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Suasana dimobil kembali terasa sunyi, hanya suara mesin yang terdengar diantara mereka.
Anna sesekali melirik Damian yang tetap fokus menyetir. Wajahnya datar tapi ada suatu dalam sorot matanya yang terlibat berbeda dari biasanya. Seperti seseorang yang sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Anna meremas jemarinya dipangkuan. Kata-kata Damian tentang Dareen masih terngiang di kepalanya. Ia tak pernah menyangka bahwa mereka berdua adalah pesaing bisnis masing-masing.
Tak lama mobil Damian berhenti di depan hotel tempat mereka ka menginap. Tanpa banyak bua ara, Anna membuka pintu dan segera menghirup udara malam yang sedikit dingin membuang kekhawatiran didalam dirinya.
Saat ia berbalik untuk mengucaokan sesuatu, Damian sudah lebih dulu turun dari mobil dan berjalan ke arahnya.
"Masuk," ucap Damian singkat dengan nada suaranya terdengar lebih lembut. Ia melangkah masuk ke dalam hotel diikuti Anna yang berjalan di belakangnya.
Mereka masuk kedalam lift. Saat lift mulai bergerak naik, Anna akhirnya membuka suara. "Terima kasih sudah membawa saya ke pantai."
Damian menoleh sekilas dan berdeham.
Begitu mereka sampai di lantai tempat kamar mereka, Damian tiba-tiba menghentikan Langkahnya.
"Jangan bertemu dengan Dareen lagi."
Anna terdiam ditempatnya menatap Damian yang kini juga menatapnya dengan tatapan tajam.
"Saya.. Saya tidak tahu kenapa anda tiba-tiba mengatakan itu."
Damian melangkah lebih dekat mencoba mengurangi jarak diantara mereka. "Aku tak ingin melihatmu dengannya lagi."
Jantung Anna berdebar buka karena takut, tapi karena perasaan aneh yang tidak bisa ia jelaskan.
"Kenapa? Apa itu perintah? Tanyanya hati-hati.
Damian diam sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis.
" Anggap saja peringatan."
Setelah mengatakan itu, Damian melangkah dengan tenang meninggalkan Anna yang masih dengan rasa bingungnya.
...****************...
Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk pulang.
Perjalanan pulang terasa lebih panjang dari biasanya. Anna duduk dikursi penumpang jet pribadi Damian, matanya menatap kosong keluar jendela. Awan-awan putih terhampar luas di luar sana. Namun pikirannya justru dipenuhi kebingungan.
Sejak kejadian dipantai dan perkataan Damian tentang Dareen, semuanya terasa berbeda. Damian tidak banyak biacara selama perjalanan dan hanya sesekali melirik Anna dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Setibanya dibandara pribadi milik Damian, sebuah mobil sudah menunggu untuk membawa mereka ka kembali ke mansion. Anna merasa aneh, ia sejatinya merasa lega bisa pulang. Tapi ada sesuatu yang membuatnya menjadi tidak nyaman.
Saat mereka memasuki mansion, Damian berjalan mendahului Anna, membuka jas ya dengan gerakan kasar lalu melemparkannya ke sofa.
Anna meneguk ludah mencoba mencari alasan untuk langsung pergi ke kamarnya. Tapi sebelum ia sempat melangkah, suara Damian menghentikannya.
"Besok aku akan sibuk dengan pekerjaan. Jangan berkeliaran tanpa izinku."
Anna menoleh menatap Damian yang berdiri ditenga ruang tamu dengan satu tangannya berada di kantong celananya. Tatapan matanya gelap. Seperti ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa ia kendalikan.
"Saya tidak akan kemana-mana." jawab Anna pelan.
Damian mengangguk kecil. "Bagus."
Tanpa berkata-kata lagi, Anna melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Namun..
"Anna.." Langkah Anna terhenti ketika suara Damian yang memanggilnya dengan nada lembut.
Anna menoleh. Damian menatapnya sejenak sambil menghela napas. "Lupakan semua tentang apa yang terjadi di luar negeri."
Anna menahan napas, merasakan sesuatu yang menghantam dadanya. Damian menyipitkan matanya lalu berkata dengan suara pelan namun tajam.
"Percakapan kita dipantai, perjalanan dan tentang pria itu. Itu tidak ada artinya. Tapi aku mau kau menuruti perkataanku untuk menjauh dari Dareen."
Anna menunduk lalu dengan suara datar ia menjawab. "Baik."
Tanpa menunggu balasan, Anna melangkah pergi membiarkan Damian berdiri sendirian diruang tamu yang semakin terasa sunyi.
Namun yang tidak diketahui Anna. Damian menatap punggung hingga ia mengulang di balik lorong dengan rahangnya mengatup rapat.
Karena bagi Damian, semuanya justru Semakin berarti. Dan itu membuatnya takut.
.
.
.
Next👉🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments