JUAN POV
Aku amat terkejut saat melihat Icha ternyata masih berada di rumahku, karena sesampai aku dari mengantarkan Rudi pulang, tak kulihat lagi dirinya mau pun Rendi di ruangan besar itu yang kupikir dia sudah pulang. Dan aku jadi bertambah terkejut lagi bahkan tambah senang ketika mendengar mama memintaku untuk mengantar Icha pulang. Sejujurnya entah kenapa aku merasa Icha seolah seperti magnet, karena sesudah melihat wajah aslinya yang harusnya menghilangkan rasa penasaranku, tapi ini malah membuatku semakin penasaran akan dirinya.
Dengan cepat aku pun menyetujui perintah mama untuk mengantar Icha pulang, langkah sigap pun ku ambil menuju mobilku, sebenernya itu kulakukan karena aku takut Rendi keburu sampai rumah dan membuatku batal mengantar icha.
Akhirnya setelah kulihat lagi dia menyalami mamaku, aku langsung menancapkan gas meninggalkan rumahku, ku lirik wajah teduhnya sejenak sebelum akhirnya ku awali perbincangan dengan melontarkan banyak pertanyaan keingintahuan ku tentangnya, dia nampak ramah bahkan ia pun menanggapiku dengan sangat santai dan ku yakin dia mulai merasa nyaman berbincang denganku.
Aku sama sekali tak bisa berhenti memancarkan senyumanku yang timbul begitu saja tanpa ku buat-buat. Ah entahlah, pacar abangku itu sungguh tak bisa membuatku berhenti memandangi wajahnya walau pun kebanyakan hal itu ku lakukan secara diam-diam, atau yang kebanyakan orang tau dengan istilah curi-curi pandang.
Di tengah perjalanan kulihat dia sedikit tergesa mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di layar datarnya itu yg kuyakin dia sedang chat an dengan abangku.
Aku yang tau akan hal itu pun memilih untuk tak mau terlalu mengganggunya dulu dan kupilih membesarkan volume lagu yang sedang ku putar di mobilku sambil mengikuti beberapa lirik lagu nya yang kuhapal.
kulirik lagi wajahnya yang terlihat mulai sedikit risau namun ia mencoba menutupinya dariku. Namun walau dengan wajahnya begitu pun masih tetap teduh saat ku pandang.
"Ah sial." Pekik ku berkali-kali dalam hati.
Aku masih sulit menerima kalau dia pacar dari abangku.
"Kenapa kamu harus dengan Rendi sih aaghh." Pekik batinku lagi.
Kini sampai sudah di rumahnya, waktu seakan tak terasa begitu cepat terlewat saat bersamanya. Ingin rasanya aku mampir seperti yang ibunya tawarkan padaku, tapi sekilas ku lihat raut wajahnya tampak risau seperti ada yang tengah di pikirkan dan aku tak berniat mengganggunya dulu, ku putuskan langsung pamit undur diri dari rumahnya.
Tak menunggu sampai rumah, aku langsung membuka akun media sosialku walau masih di jalan, dan langsung kucari nama akun IG milik Icha.
"Nah ketemu." Kataku seorang diri.
Ibu jariku pun langsung refleks menekan "follow" yang ada di profilnya, ku stalking setiap postingannya hingga tak sadar aku senyum-senyum sendiri melihat beberapa pose photo yang ia upload, tak peduli jika aku tengah menyetir mobil yang kebetulan jalanan juga mulai lengang.
"Ah kenapa aku jadi sepenasaran ini dengan gadis yang tengah dipacari oleh abangku?" Tanyaku heran dalam hati.
"Gawat gawat gawat." Ceracau ku sambil mengacak-ngacak rambutku sendiri.
ICHA POV
Setelah 30 menit ikut nimbrung dan berbincang dengan ibuku dan Bu Yani, ku putuskan untuk pamit duluan masuk kamar. Aku teringat akan Rendi yang masih tidak membalas pesanku, aku yakin pasti dia kesal padaku.
Ku baringkan tubuhku di atas kasur queen size milikku, langsung kucari ponselku dan berharap ada notif disana. Berawal dari WA, tidak ada notif dari Rendi sama sekali, ku coba mengirim pesan padanya lagi.
"Sayang, kamu marah? Kok gak di bales? Aku sudah di rumah ya." Pesanku ke Rendi dan langsung ada tanda centang dua yang menandakan pesanku sudah terkirim.
Sembari menunggu balasan, sambil kubuka aplikasi IG, kulihat ada notif beberapa followers baru dan sedikit kaget melihat nama Juan menjadi salah satu dari beberapa orang yang baru saja memfollow akun IG ku. Tanpa pikir panjang dan tanpa pemikiran apapun aku follow back akun IG miliknya.
kembali kulihat WA namun masih sama saja, hanya dibaca, dan langsung ku putuskan untuk menelpon Rendi.
"Emmm" Terdengar suara datar Rendi mengawali panggilanku.
"Sayang, kenapa harus marah? Juan itu kan adikmu? Apa yang membuatmu jadi begitu kesal?"
Tidak ada jawaban yang ku dengar dari seberang sana.
"Sayang, mama kamu yang nyuruh Juan untuk mengantar aku, karena takut aku akan sampai rumah kemalaman. Terus masalahnya dimana? " Tambahku lagi yang masih bingung dengan apa penyebab sikapnya jadi begitu, bukankah sedikit tidak masuk akal ?
"Kenapa saat sudah di jalan baru memberitahuku?" Terdengar suaranya dengan nada sedikit ditekan.
"Aku kan sudah bilang tunggu aku!" Sambungnya lagi.
"Iya aku salah, maafin aku sayang" Jawabku lirih karena merasa bersalah sambil tanpa sadar bibir ku mengerucut.
Dari seberang sana bisa terdengar olehku dia menghela nafas sedikit panjang.
"Ya sudah lah gak usah dibahas lagi, maaf juga tadi sudah buat kamu menunggu lama." Kali ini bisa ku dengar suaranya mulai melunak lembut.
"Iya gak papa sayang. Ya sudah kamu bersih-bersih dulu gih sana aku juga mau bersih-bersih dulu. Aku mau hapus make up." Kataku lembut.
"Ya sudah sana bersih-bersih dulu, bye"
Tut.. tutt..
Bisa kutebak dia masih sedikit kesal, tapi ku yakin dia sudah baik-baik saja karena dari dulu Rendi memang tidak pernah bisa berlama-lama marah padaku.
kucuci sambil memijat lembut wajahku yang sejak tadi siang mungkin lelah dengan make up. karena sejujurnya wajahku tidak terlalu betah berlama-lama menggunakan make up, hal itu terbukti dari munculnya jerawat kecil jikalau aku terlalu lama mengaplikasikan make up di wajahku.
Semua sudah selesai, mulai dari bersih-bersih hingga mengganti baju semi formal ku dengan piyama, langsung kembali ku rebahkan tubuhku, berbaring di singgasana ternyamanku yang tak lain ialah kasurku sendiri. Sebelum memejamkan mata, aku memilih untuk mengirim pesan kepada Rendi lagi.
"Aku sudah selesai bersih-bersih dan sekarang sudah mau tidur, kamu tidur juga ya, kalau mau main game juga gak papa tapi jangan sampai larut malam, aku sayang kamu, jangan marah lagi:* "
Begitu pesan yang kukirim untuk pacarku, tak lupa ku bubuhi emoticon cium di ujung kalimat, ah kalian pasti mengerti kalo itu sudah sangat biasa terjadi pada setiap pasangan saat sedang berkirim pesan bukan?
Rendi, pacarku yang terlalu irit bicara namun selalu tak pernah ingkar dengan apa yang sudah di ucapkan, itu lah Rendi pacar andalanku yang cuek.
"I LOVE YOU MORE!!!" Balasan pesan dari Rendi membuat ku kembali membuka mata yang baru saja ku pejamkan.
Balasannya terlihat biasa saja tanpa ada emoticon mesra atau apapun, tapi terlihat huruf besar dan tanda seru sebagai tanda penegasan kalo dia benar-benar mencintaiku, dan aku percaya itu, mengingat memang dia tidak pernah membuatku kecewa sekali pun. Ah begini saja aku sudah senang, dasar Mr. cuek.
Kembali ku pejamkan mata sambil dengan senyumanku yang sedikit merekah, tanpa membalas pesan nya lagi, aku berharap ketika bangun besok, Rendiku sudah kembali seperti biasa dan tidak marah lagi.
Bersambung...
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa Like, coment, dan vote ya untuk mendukung Author menciptakan cerita yang lebih baik** :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Erloviana Messakh Dethan
keren
2022-09-21
0
Rizky
Penasaran juga sama crita ini
2022-01-16
1
Vie No
maap thor., aku sudah tak bisa berpaling....🤭😚
2021-11-20
2