Aku dan Juan baru saja keluar dari rumah dan melangkah ingin memasuki mobil, namun langsung terhenti ketika mendengar suara teriakan dari tante Ola yang memanggil kami dari dalam rumah.
"Juan, icha tunggu!" Tak lama tante Ola menghampiri kami sambil berlari kecil.
"Ini ada sedikit makanan untuk ibumu Cha, bawa lah!" Ucap Tante Ola lagi sembari menyerahkan sebuah bungkusan ke tangan ku.
"Aduh Tante jadi ngerepotin begini" Ucapku yang mendadak merasa tak enak hati.
"Udah gak papa nak, ini kan untuk calon besan Tante hehehe" Tante Ola tersenyum ramah sambil di usapnya lenganku.
Keluarga Rendi emang terbilang keluarga yang kaya raya, tapi itu tak membuat mereka angkuh bahkan dengan keluargaku yang terkesan keluarga biasa, sikap mereka tetap terasa sangat hangat terhadap keluargaku, terbesit rasa beruntung jika nanti aku memang menjadi menantu di keluarga ini.
"Sudah-sudah ayo cepat masuk mobil, nanti kalian kemalaman sampai rumah, belum lagi kalau macet." Seketika perkataan Tante Ola membuyarkan lamunanku yang sepintas tadi.
Aku pun langsung masuk ke mobil sembari berpamitan lagi untuk kedua kalinya dengan tante Ola.
"Hati-hati ya nak, jangan ngebut! Ingat, kamu sedang bawa anak gadis orang!" Tegas Tante Ola ke anak bungsunya itu.
"Asyiappp Ndan" Dan di balas ledekan oleh Juan.
Mobil pun melaju meninggalkan kawasan perumahan elit itu, tanpa menunggu suasana hening terlalu lama, Juan langsung membuka perbincangan.
"Di daerah mana rumah kamu Cha?"
"Oh daerah Paya pasir pasar Tiga" Jawabku ramah.
"Oh disitu, rumah temanku juga di deket situ, di pasar 3 juga, pasar 3 Timur," Imbuhnya semangat.
"Oh iya? Kalau aku di pasar 3 Barat" Jelas ku.
"Oh hehehe, tapi gak terlalu jauh juga kan berarti dari rumah temenku? Namanya Ridho, kenal gak?" Tanya Juan yang terlihat sejak di awal obrolan senyumnya tak pernah lupa ia tampilkan.
"Sepertinya gak kenal." Jawabku santai.
"Iya mendingan gak usah kenal sama dia, gak penting juga itu anak hahaha." Timpalnya lagi sambil tertawa renyah.
Sekilas aku melirik kearah Juan, ia sangat berbeda dengan abangnya yang sangat hemat dalam bicara, Juan terlihat lebih humble, mudah mengakrabkan diri bahkan dengan orang baru sepertiku yang baru bertemu hari ini.
Di sepanjang perjalanan dilewati hampir tanpa hening, Juan selalu bisa mencairkan suasana dengan berbagai pertanyaannya dan celotehannya yang menurutku sama sekali tidak membosankan, baru saja kenal namun sepertinya sudah banyak perbincangan di antara kami. Mungkin karena aku memposisikan diri sebagai calon kakak ipar baginya jadi tak sulit bagiku untuk membalas berbagai pertanyaannya.
"Udah berapa lama pacaran sama Rendi? Kok kamu mau sih sama dia?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja Juan lontarkan tanpa menghilangkan senyum manis nya.
"Kenalnya sih sudah tiga tahunan, tapi kalau pacarannya belum genap setahun, memang kenapa kalau aku mau sama Rendi?" Jawabku sangat santai sambil memicingkan wajah meledek ke arahnya.
"Ya gak papa sih, cuma aneh aja, kamu itu cantik kok mau sama orang sok cool seperti Rendi hahaha." Kekehan kecil itu pun ikut serta dengan pernyataan nya.
Deggg...
Saat mendengar penyataannya tentang aku cantik, jantungku berdebar sejenak, namun sepertinya belum ada hal berarti yang di rasakan batinku. Aku hanya tersenyum sedikit tersipu dengan pandangan yang masih lurus ke depan, bisa tertangkap oleh ekor mataku, jika lelaki yang dari tadi tengah menyetir di sebelahku ini beberapa kali melirik ku sambil tersenyum. Tak begitu paham apa arti lirikan nya itu, namun semuanya ku anggap masih biasa saja tak perlu ada yang ku khawatirkan sama sekali.
Seketika aku tersentak dari pandangan lurusku, aku sontak meraih ponsel dari dalam tasku.
"Ah celaka, aku hampir lupa untuk memberitahu Rendi jika aku sudah pulang bersama adiknya." Batinku.
Tak lama terdengar olehku Juan bernyanyi dengan suara kecil mengikuti lirik lagu yang tengah di putarnya, sembari kulihat tangannya menambah volume agar lebih bisa di dengar, karena sedari tadi kami mengobrol panjang lebar suara musik itu sangat kecil bahkan hampir tak terdengar.
Ku lanjutkan membuka ponsel dan membuka aplikasi WA ku. Terlihat satu panggilan tak terjawab dan satu pesan, dan itu dari pacarku Rendi.
"Sayang sabar dulu ya!" Begitu lah isi dari pesan Rendi itu.
"Sayang aku pulang di antar sama Juan saja ya, karena takut kemalaman sampai di rumah, pasti macet juga jam segini" Balasanku dalam sekali kirim ke Rendi.
"Jangan! Pulang dengan ku saja! Sedikit lagi aku sampai." Balasan Rendi seperti ada penekanan disana karena adanya tanda seru.
Deggg...
Aku berdesir, karena sudah setengah perjalanan aku baru memberinya kabar kalau aku pulang diantar oleh Juan. Karena pikirku dia akan setuju, karena yang mengantar ku pulang ialah Juan adiknya sendiri. Sedikit terkejut mendapat respon Rendi yang tidak mau aku di antar Juan, tak menunggu lama, aku pun segera membalas pesannya dengan mengatur kata-kata sebaik mungkin agar dia tidak marah.
"Tapi maaf sayang, aku sudah terlanjur di jalan sama Juan, tadi mama kamu yang suruh Juan untuk mengantar aku pulang, mama kamu takut aku sampai di rumah kemalaman, takut macet. Gak papa ya sayang, tolong jangan marah, aku sayang kamu :* " Jelasku panjang lebar sembari menambah emoticon cium di akhir kalimat berharap bisa mengurangi kesalnya.
Beberapa menit sudah berlalu, kulihat ponselku yang belum juga ada balasan dari Rendi, dan terlihat tanda centang itu sudah berubah menjadi warna biru yang menandakan pesanku sudah dibacanya, namun tidak ada balasan.
Aku mulai sedikit cemas tapi mencoba untuk tetap setenang mungkin di depan Juan.
"Kenapa? Apa dia marah?" Tanya Juan tiba-tiba.
"Oh enggak kok" Jawabku singkat dan mencoba bersikap biasa saja.
"Itu di depan sebelah kiri ada gang, masuk sedikit ke gang itu, maka kita akan sampai di rumahku" Jelasku lagi sambil tangan ku menunjuk ke arah gang yang kumaksud.
Hal itu karena memang Juan belum tau sama sekali dimana letak rumahku.
Ku lihat jam yang sudah menunjukan pukul 21.15 malam. Akhirnya mobil terparkir di depan rumahku, kulihat ibuku kebetulan sedang duduk di teras rumah, ia sedang bercengkrama dengan tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumahku. Ku lihat Juan yang melihat ibuku dengan sigap langsung ikut turun.
Ku salam ibuku dan Bu Yani tetanggaku, di ikuti dengan Juan yang juga ikut menyalami mereka. ibuku terlihat tersenyum, namun ia juga memasang raut wajah sedikit bingung, aku mengerti raut wajah ibu karena melihatku pulang namun tidak dengan Rendi.
"Bu ini Juan, adiknya Rendi yang tadi Icha ceritakan." Jelasku pada ibu.
"Owalah hehe iya iya, kirain siapa." Sahut ibuku dengan ekspresi seperti lega karena sudah tau siapa orang yang mengantarkan ku pulang.
"Mau mampir dulu kah? Sini nak masuk" tambah ibuku lagi.
"Lain waktu saja Bu, sudah malem, Juan langsung pamitan saja." Jawab Juan secara halus.
"Oh begitu ya? Ya sudah, hati hati di jalan ya nak"
"Hehe iya Bu" Senyuman ramah begitu terlihat dari bibir Juan.
"Aku balik ya Cha" Timpalnya sambil melihat ke arahku sembari memainkan alisnya.
"Iya, terima kasih ya sudah mengantar jauh-jauh kesini, hati hati kamu, jangan ngebut loh ya!" Jawabku memberi perhatian namun perhatian itu kuartikan sebagai seorang calon kakak ipar.
Walau pun setelah perbincangan kami di perjalanan tadi kuketahui usia Juan masih lebih tua dari ku 2 tahun.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
kok feeling ku icha sm juan ya? gatau juga sih😂
2022-03-15
0
Rizky
Rendi gimana ya
2022-01-16
0
Rini Ernawati
tambah seru cerita nya...
2021-11-19
1