ICHA POV
Pandangan mataku kini menyisir ke sebuah meja besar berbentuk memanjang, di atasnya ku lihat telah terhidang berbagai menu makanan mulai dari makanan utama, makanan pendamping, hingga makanan pencuci mulut, semua sudah tertata rapi dan terlihat sangat menggoda. Melihat makanan sebanyak itu, perutku pun mulai terasa lapar, juga mengingat tadi pagi aku hanya menyomot sedikit makanan saja di rumahku.
krukk.. krukk..
Terdengar suara bunyi-bunyi sumbang dari dalam perutku.
"Sepertinya cacing diperutmu sudah mengamuk minta jatah makan." Ucap Rendi berbisik tiba-tiba.
"Hehehe, kedengaran ya?" Tanyaku cengengesan karena merasa malu.
"Kamu makan duluan ya, aku sepertinya belum selera, apa kamu mau aku ambilin?" Tanya Rendi tanpa menjawab pertanyaanku.
"Ah gak usah, biar aku saja!" Cegahku.
Aku tidak mau nanti keluarganya jadi berfikir aku sok menjadi ratu jika melihat Rendi yang mengambilkan makan untukku.
"Kamu yakin belum mau makan?" Tanyaku memastikan lagi.
"Ya udah gini aja, gimana kalau kita makan sepiring berdua saja? Kamu suapin aku, ok?" Ucap Rendi yang entah mengapa wajahnya jadi menggemaskan dengan ekspresi begitu.
Sontak aku pun langsung dibuat tersenyum mendengar Rendi yang terkesan cuek namun entah kenapa jadi bersikap agak manja denganku.
"Emm ya sudah, tunggu ya aku ambilkan" Ucapku lagi yang akhirnya beranjak dari duduk ku.
Ku ambil beberapa jenis makanan yang menurutku enak, hingga tak luput juga beberapa macam buah sebagai pencuci mulutnya, lalu aku pun kembali dengan membawa dua piring di tanganku.
"Sayang sambil kamu suapin, aku boleh main game online satu match?" Tanya Rendi ketika aku baru kembali duduk di sampingnya.
Kulihat tangannya sudah standby memegang ponselnya yang sudah terhubung ke game yang dimaksudnya.
"Iya gak papa, satu match aja kan?" Lanjut ku dengan tanganku sambil mengaduk pelan makanan dan siap untuk memakannya.
Kemudian hanya di jawab anggukan oleh Rendi.
Aku pun langsung melahap makanan ku, sesekali ku suapi makanan itu juga ke Rendi, pacarku yang hari ini entah kenapa menjadi mendadak manja. Mataku pun tak bisa diam, beberapa kali ku menyisir pandangan ke orang-orang yang baru hadir ke acara itu maupun yang mulai beranjak pergi.
Namun beberapa kali juga tertangkap oleh mataku saat Juan melirik ke arahku dan Rendi dari ujung tempat dia duduk saat itu. Tapi aku hanya berfikir mungkin hanya kebetulan dia sedang melihat ke arah kami dan kebetulan juga tertangkap oleh ku, itulah yang ada di pikiranku. Aku pun masih dengan tenang menghabiskan makanan ku hingga aku merasa cacing di perutku sudah bisa dikendalikan.
"Sudah habis" Ucapku ke Rendi yang masih belum menyelesaikan game onlinenya.
"Oh habis ya? Yah padahal masih mau." Ungkapnya namun masih fokus memainkan gamenya.
"Kamu masih mau? Mau aku ambilin lagi?" Tanyaku menawarkan.
"Enggak jadi deh" Kali ini akhirnya Rendi sudah selesai dengan game nya.
"Sepertinya sudah berangsur sepi" Sambungnya lagi sembari memasukkan ponsel ke saku celananya dengan tatapannya yang terus memandangi keadaan sekitar.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore, saat ini tersisa keluarga dekat Rendi saja yang ada di ruangan lebar itu, masih terlihat pula Juan di ujung ruangan masih tertawa cekikikan dengan para sepupu nya, bisa terbaca olehku kalau Juan mempunyai selera humor yang lumayan, berbanding terbalik dengan Rendi yang terkesan pendiam dan sedikit bicara.
"Kita duduk disitu saja yuk" Tangan Rendi tiba-tiba menarikku ke sebuah sofa yang ada di halaman belakang rumahnya.
Dia pun duduk dan langsung bersender setengah berbaring di sandaran sofa.
Aku pun ikut duduk di sampingnya, lalu mulai menikmati indah dan asrinya taman bunga yang ada di hadapanku, dengan berbagai jenis bunga yang kutahu mama Rendi sendiri lah yang menanamnya, ini bagian rumah Rendi yang paling aku suka.
"Kamu pulangnya habis Maghrib aja ya" Pinta Rendi sontak menepis lamunanku.
"Eh, ya sudah gak papa" Jawabku ringan.
Tak lama, mama Rendi yang sejak dari siang tadi telah disibukkan dengan menyambut tamu yang terus berdatangan, kini sudah berdiri di depan pintu belakang rumah.
"Disini rupanya, kirain sudah pulang, hampir mau mama omelin" Celetuk tante Ola mengawali obrolan.
"Mana mungkin ma, kalau pulang Icha pulang, pastilah dia pamit" Jawab Rendi santai.
"Iya juga sih hehehe." Tante Ola pun terkekeh.
"Eh iya, Rendi bisa gak bantu mama?"
"Apa ma?" Tanya Rendi singkat.
"Bisa gak mama minta tolong kamu untuk mengantar nenekmu pulang? Nenek gak jadi menginap." Pinta mama Ola.
"Loh Icha gimana? Aku sebentar lagi mau mengantar dia pulang. Lagi pula beda arah loh ma sama rumah nenek, takutnya nanti kemalaman. Suruh Juan saja ma!" Tolak Rendi tapi masih dengan nada lembut.
"Kalo Juan ada pasti mama sudah menyuruhnya, ini dia juga lagi mengantar Rudi pulang, ayo lah nak kasihan nenek mu, dia harus cepat istirahat." Pinta mama Ola lagi dengan nada terus membujuk.
Aku yang mendengar itu pun sontak merasa jadi tak enak hati, aku pun akhirnya turut membujuk dan meyakinkan Rendi agar mau mengantarkan neneknya terlebih dulu.
"Sudah gak papa, kamu antar lah dulu nenek, aku disini dulu juga gak papa kok." Pujuk ku pada Rendi.
"Yakin kamu gak papa?" Tanya Rendi lagi memastikan ucapan ku.
"Iya gak papa, aman saja." Jawabku meyakinkan Rendi sambil tersenyum.
"Nahhh gitu dong, aduh seneng sekali bisa kerja sama begini sama calon menantu hahaha," Celetuk tante Ola lagi sambil tertawa puas.
"Baiklah, tunggu aku disini ya, aku gak akan lama kok." Rendi pun akhirnya beranjak sambil mengusap ujung kepalaku.
Aku membalasnya hanya dengan anggukan sambil tersenyum. Lalu aku pun kembali memandangi pemandangan taman yang hampir menggelap karena memang hari beranjak gelap. Sesekali kumainkan ponsel ku, menaik turun kan layar datar itu demi membunuh waktu.
1 Jam kemudian...
*Drrrttt*
pesan WA masuk.
"Sayang, ban ku bocor, sekarang aku masih di rumah nenek, mau ganti ban cadangan dulu, masih bisa tunggu sebentar kan?"
Begitu lah bunyi pesan WA yang masuk, aku menghela nafas, tidak langsung ku balas, otakku malah terfikir pesan ibu yang selalu berpesan untuk tidak pulang kemalaman.
Tak lama, dari dalam rumah tante Ola menyentakkan lamunanku.
"Loh Rendi belum kembali Cha? Perasaan rumah nenek gak terlalu jauh."Ujar tante Ola merasa heran.
"Eh iya tante, barusan Rendi kirim pesan ke Icha, dia bilang ban nya bocor dan baru mau ganti ban cadangan."
"Loh kok bisa sih, aduh gimana ini ya? bisa-bisa kamu sampai rumah kemalaman," Tante Ola pun mulai terlihat khawatir.
"Juannnnnn." Tak lama tante Ola berteriak memanggil nama Juan, sembari menoleh ke dalam rumah.
"Kenapa ma?" Terdengar jawaban dari dalam rumahnya yang kemudian di iringi sosok nama yang di panggil itu datang.
"Loh, masih disini? Kirain sudah pulang." Juan terlihat agak kaget saat melihatku masih ada di rumahnya.
Dan aku pun hanya tersenyum.
"Kenapa ma?" Sambung Juan lagi yang kali ini menoleh ke mamanya.
"Ini loh nak, icha kasihan nunggu Rendi dari tadi. Ban mobil abangmu bocor, mama takut nanti Icha jadi kelamaan sampai di rumahnya, jadi kamu tolong antar Icha ya?" Pujuk tante Ola lembut pada anak bungsunya itu.
Aku yang merasa takut akan merepotkan Juan pun langsung menolak halus tawaran tante Ola itu.
"Eh gak kok tante, gak papa Icha tunggu Rendi aja, kasihan Juan sepertinya juga lelah hehe" Sahutku.
Aku berkata begitu karena memang kulihat wajah Juan seperti sudah sangat kelelahan.
"Sudah Cha, gak papa santai aja, biar aku antar kamu, takutnya jalanan macet dan akan lebih lama lagi nanti kamu sampai di rumah." Ucap Juan sembari tersenyum tipis.
"Ya sudah kalau tidak merepotkan" Jawabku sambil ikut beranjak pelan dari duduk ku.
Akhirnya aku pun berpamitan pada tante Ola yang saat itu tengah asik berbincang dengan keluarga mereka yang masih tersisa, ku salami semua yang ada di ruangan itu sembari memberikan senyuman paling ramah dan menepiskan wajah yang mulai lelah agar tak terlihat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Salma Cheng
curiga juang ada udang sama icha
2021-11-20
2
Arun AgamSalsabilla Shopp
wah ada kesempatan
2021-08-12
1
Nacita
awal mula 😂
2021-04-06
1