Langkahku terhenti sejenak begitu keluar dari mobil, aku benar-benar merasa canggung saat mendengar suara keramaian dari dalam rumahnya, Rendi yang melihat gelagat anehku pun akhirnya menghampiriku.
"Kenapa hanya diam disini? Ayo masuk, sepertinya sudah banyak yang datang!" Ucapnya sambil memegang tanganku lalu menuntunku masuk ke dalam rumahnya.
"Kenapa aku mendadak jadi gugup gini ya?" Tanyaku masih mematung sembari memegang pergelangan tangan Rendi.
"Sudah tenang lah, kamu cantik hari ini" Rendi seolah meyakinkanku namun masih dengan mimik wajah yang cuek.
Kutarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan sembari mulai berjalan menuju pintu utama rumahnya, dan aku pun terus menggenggam tangan Rendi demi menenangkan tubuhku yang sedikit gemetar.
"Hei Icha sudah datang, ayo sini masuk!" Terlihat mama Rendi yang langsung menyambutku dengan sangat ramah.
Aku yang sedikit sudah merasa tenang, akhirnya melepaskan genggamanku dari Rendi lalu langsung kusalami mama Rendi dengan takzim.
"Gimana kabarnya tante? Sehat kan?" Tanyaku berbasa basi yang padahal sudah pasti aku tau jawabannya.
"Sehat dong nak, gak lihat nih tante sudah cantik begini ha?" Jawab tante Ola dengan raut wajah sumringah sambil menuntun tangan ku.
"Sini Tante kenalkan sama keluarga besar Rendi, selama ini kamu belum pernah dikenalin kan?" Timpal Tante Ola lagi sembari membawaku ke tengah-tengah keramaian acara itu.
"Nah ini tantenya Rendi yang dari luar kota, lalu ini neneknya Rendi dari ayahnya rendi, dan kalau yang ini sepupu Rendi." Tante Ola dengan sangat semangat mengenalkan aku pada keluarga besar mereka.
Aku pun turut memberi salam hormat pada semua keluarga Rendi yang sudah ada disana, sambil terus memberikan senyumanku yang kurasa sudah paling ramah.
Tak lama kulihat Rendi ikut menyusul ku dengan menyalami semua sanak saudara nya itu, karena mereka juga baru sampai ketika Rendi tengah pergi menjemputmu.
Aku mengambil posisi duduk sengaja agak pojok agar tidak terlalu mencolok, dan Rendi ikut duduk di sampingku.
"Gimana? Masih canggung?" Tanya Rendi berbisik ke telingaku.
"Sudah agak lega" Kujawab sambil tersenyum kecil.
"Eh iya, mana adikmu? Bukankah dia yang punya acara ini?" Tanyaku lagi.
"Tau tuh belom ada kelihatan batang hidungnya"
"Emmm" jawabku biasa.
"Loh Rendi, kenapa malah ngajak Icha duduk di pojok sini? Ajak makan dulu gih, itu banyak makanan yang sudah dihidangkan. Sana makan dulu!" Terlihat Tante Ola menghampiri aku dan Rendi sembari menyuruh kami untuk menyantap makanan yang ada.
"Entar lagi deh ma, masih Mager." Jawab Rendi polos.
"Haduh kamu ini gimana sih? Ada acara dirumah kok malah mager, heran." Tambah Tante Ola sedikit mengeluh.
"Yang punya acara mana ma? Kok gak muncul batang hidungnya saat sudah ramai gini?" Tanya Rendi lagi.
"Iya tuh anak susah banget deh, barusan mama susul ke kamarnya untuk suruh dia bergabung disini, masih siap-siap katanya, paling juga sebentar lagi..." Belum selesai ucapan Tante Ola, langsung terhenti saat melihat seorang laki-laki muncul di tengah keramaian itu.
"Nah itu dia akhirnya nongol juga," Lanjut mama Rendi sambil melambai tangan ke adik Rendi itu sebagai kode memanggilnya.
"Juan kesini dulu, Ayo sini kenalan sama pacar abangmu!" ucap mamanya lagi kepada anak bungsunya itu.
Aku pun melihat sosok lelaki itu mulai mendekat ke arah kami, namun masih merasa biasa saja. Sampai akhirnya lelaki itu langsung mengulurkan tangan kepadaku sambil berkata.
Juan Angkasa
"Oh ini?" tanyanya sambil tersenyum ramah.
"Halo aku Juan, apa dia pernah cerita tentang aku?" Tanya Juan kepadaku sambil melirik wajah Rendi.
"Hehehe pernah kok, kamu kuliah kedokteran di Jogja Kan?" Tanyaku sembari meyakinkannya kalo Rendi memang pernah bercerita tentang adiknya itu.
"Oh kukira dia bakal malas mengakui kalau punya adik seganteng aku hahaha" Ucapnya sambil terkekeh meledeki abangnya itu.
Aku pun hanya membalas celotehannya dengan senyuman sambil melirik Rendi yang terlihat hanya tersenyum kecil, kala sang adik meledeknya habis-habisan sambari ku lihat dia masih begitu sibuk memakan satu cup kecil pudding Coklat.
Juan POV :
Hari ini keluargaku mengadakan syukuran karena kelulusan serta kepulanganku kembali ke rumah. Sebenarnya aku tidak terlalu bersemangat dengan adanya sebuah acara itu, mengingat badanku yang masih sangat lelah karena malamnya aku baru tiba di rumah yang telah lama kutinggalkan itu. Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak di adakannya syukuran itu, mengingat betapa senang dan semangatnya mamaku akan hal itu.
Disisi lain, aku juga sedikit penasaran dengan pacar abangku, karena tempo lalu, pernah ku lihat abangku meng-upload foto pacarnya di akun media sosial miliknya, aku sedikit agak iri melihat orang secuek abangku bisa mendapatkan pacar yang menurutku cantik, eh tapi mungkin itu bisa saja hanya cantik di foto, mengingat sudah banyak filter yang bisa merubah wajah wanita kadang bisa mirip seperti Barbie, begitu lah pikirku.
Dan hari ini kudengar mamaku bilang kalau pacar abangku itu akan hadir, membuat rasa penasaranku muncul dan seperti ingin membuktikan bagaimana rupa aslinya.
Akhirnya tibalah hari yang di tunggu, aku pun perlahan keluar dari kamar saat ruangan sudah mulai ramai oleh keluarga besarku. Kulihat mamaku melambai-lambaikan tangan ke arahku dari arah pojok ruangan, aku pun melangkah untuk menghampirinya, dan kalian tau apa yang terjadi setelahnya?
Ya, aku dibuat jadi begitu terperangah ketika kulihat sosok wanita yang duduk disamping abangku, dan yang ku tahu itulah pacar abangku. Namun sungguh diluar dugaan ku, ternyata wajah aslinya jauh lebih teduh dan enak sekali dipandang dibandingkan dari foto yang pernah di upload abangku.
"Ah sial, kenapa si kunyuk ini bisa dapetin pacar yang cantik begini?" Ketusku kesal dalam hati.
Namun demi terlihat tetap tenang, aku pun langsung mengulurkan tangan sembari memperkenalkan diri, terlihat senyumannya sangat ramah menyambut jabatan tangan dariku. Aku mulai berbincang ringan dan sedikit bergurau padanya demi menutupi rasa kagum di hadapan abangku. Namun kulihat abangku itu masih dengan santainya menanggapi celotehanku sambari sesekali ia melihat ekspresi ku. Yang ku tahu dia pasti menjadi agak sedikit was-was karena takut aku menggoda pacarnya.
Tak lama aku pun undur diri dari mereka dan memilih bergabung dengan sepupuku yang lainnya, sudah lama sejak aku kuliah di Jogja tidak bertegur sapa dengan mereka. Sepupuku yang rentang usianya tidak terlalu lauh dariku, membuatku menganggap mereka sekaligus seperti teman. Aku pun asik cekikian dengan mereka, bercerita banyak hal dimasa remaja kami, sesekali kulirik ke arah abangku dan pacarnya, terlihat mereka tengah makan dan sesekali kulihat gadis itu menyuapi makanannya ke Rendi dan berhasil membuatku sedikit iri bahkan jengkel.
"Sungguh mengherankan, kok bisa-bisa nya gadis itu mau dengan Rendi yang dingin seperti es batu?" Gerutu ku dalam hati karena masih tak habis pikir apa yang membuat gadis itu mau dengan Rendi.
Sejujurnya, meskipun aku dan Rendi sedarah, tapi dari kecil kami memang sudah sering terlibat perang dingin dalam hal apapun, walau pun tidak saling mencelakai dan tetap menyayangi satu sama lain seperti layaknya adik kakak pada umumnya.
Aku pun beralih mengabaikan pasangan yang berada di pojok ruangan itu dan memilih kembali tertawa hingga terbahak dengan sepupu-sepupuku yang memiliki selera humor tinggi walau kadang masih sesekali melirik mereka.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
sakura09
wkkw...aku suka bgt ini alurnya seru bgt
2023-05-22
0
Aprilia Amanda
visual juan sejuta novel thor😂
2022-03-15
0
Rizky
Masih nyimakk
2022-01-16
0