Chapter 05

Kenangan indah bersama suaminya sering terlintas di pikirannya. Namun hanya untuk sesaat. Karena kenangannya seketika hancur karena kehadiran wanita kedua beserta anak dari istri kedua suaminya.

Amrita menghela nafas panjang. "Baiklah. Aku akan menjual rumah ini. Mungkin ini akan lebih baik."

.

.

.

Malam harinya, Amrita mengumpulkan semua pekerja di ruang tamu. "Bik Ines, Sus Reni, Mang Didin, besok kita akan pindah dari rumah ini."

Sus Reni dan Bik Ines saling pandang. "Pindah kemana, Nyonya?" Tanya Bik Ines.

"Kuta Rejo, kita akan pindah ke sana. Rumah ini akan saya jual, Bik. Selama ini Mas Seno bekerja menjadi CEO di perusahaan Pamannya. Dan sekarang, Mas Seno sudah tidak ada. Terpaksa saya harus menjual rumah ini. Yaa walau sebenarnya rumah ini banyak kenangannya. Tetapi saya tidak ingin terus-menerus mengingat kenangan ini. Saya ingin bangkit demi putri kecil saya."

"Kalo itu keputusan Nyonya, kami akan ikut kemana pun Nyonya pergi." Ucap Sus Reni yang di angguki oleh Bik Ines dan Mang Didin.

Amrita mengangguk. "Terimakasih, kalian sudah berbaik hati."

"Nyonya ini kayak sama siapa aja. Kita semua sudah menganggap Nyonya seperti keluarga sendiri." Ucap Mang Didin.

Amrita tersenyum hangat. "Oohh yaa, Sus, apa Sus Reni sudah mendapatkan pengasuh untuk Shireen?"

"Belum Nyonya."

"Hmmm.. kalo Sus Reni tidak keberatan, apa Sus Reni mau mengasuh Nimmy dan Shireen?"

"Boleh, Nyonya. Nggak papa. Saya bisa merawat mereka berdua. Mereka anak-anak yang gampang di atur."

"Yaa sudah, kalo begitu beritahu yayasan untuk membatalkan mencari pengasuh yaa, Sus. Biar Sus yang jaga Nimmy dan Shireen."

"Baik, Nyonya."

"Kalian boleh kembali ke kamar masing-masing. Besok jam 09.00 pagi kita berangkat ke Kuta Rejo."

Mereka bertiga mengangguk.

"Sus Reni," panggil Amrita saat Sus Reni hendak pergi.

"Iyaa, Nyonya."

"Tidurlah bersama Shireen, Sus. Biar Nimmy saya yang ngurus."

"Baik Nyonya."

Amrita berjalan menuju kamar putrinya. Seharian ini ia sama sekali tidak memperhatikan Shireen. Ia tak peduli dengan anak tirinya itu.

"Mama," teriak Nimmy saat melihat Amrita datang. Amrita tersenyum melihat putri kecilnya berlari ke arahnya.

Happ.. Amrita menangkap tubuh putrinya. "Mama, Papa kok nggak pulang-pulang. Nimmy kangen sama Papa, Ma."

Amrita duduk di tepi ranjang. "Sayang, Papa tidak akan pulang. Papa sudah bahagia di atas."

"Atas? Maksud Mama?"

"Papa sudah di surga."

"Memangnya kalo di surga nggak bisa pulang yaa, Ma?"

Amrita mengelus pipi putrinya lembut. Ia mengangguk. "Kenapa bisa begitu, Ma?"

Amrita menghela nafas. "Kamu masih kecil, Nimmy. Jika sudah besar nanti, kamu akan paham sendiri."

"Nimmy udah besar, Ma. Lihat, Nimmy udah besar 'kan?" Nimmy berdiri tegak.

"Iyaa, tapi kamu masih belum paham, Sayang. Suatu saat kamu pasti akan paham dengan sendirinya. Udah yaa, sekarang kamu tidur."

Nimmy berbaring di pangkuan Amrita. Ia mendongak. "Boleh nggak, Ma, kalo Mama bacain dongeng sebelum tidur?"

"Boleh dong, Sayang. Mau di bacakan dongen apa hmm..?"

"Cinderella."

"Okey, Mama akan cerita tapi kamuu.. kamu harus tidur yaa."

Nimmy mengangguk semangat. Amrita mulai bercerita tentang Cinderella. Nimmy setia mendengarkan cerita dongeng tersebut. Hingga perlahan matanya mulai terasa berat dan tertidur dengan sendirinya.

Amrita berhenti bercerita saat putrinya sudah tertidur pulas. Perlahan ia turun dari ranjang. Menyelimuti putri kecilnya.

Amrita mulai mengemasi barang-barang putrinya serta barang-barang miliknya. Besok ia beserta yang lainnya akan pindah ke Kuta Rejo.

Sus Reni sedikit kesulitan mengatasi Shireen. "Non, tidur yaa. Sudah malam."

Shireen menggeleng. "Atu maunya cama Mama." Shireen duduk membelakangi Sus Reni.

"Mama sedang sibuk, Non. Biar Sus yang temani Non Shireen yaa. Mau di bacakan dongeng sebelum tidur?"

Shireen menggeleng. "Nggak mau!" Shireen merajuk, pipinya menggembung dengan bibir mengerucut.

Sus Reni menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Aduuhh.. gimana nih? Kenapa tiba-tiba susah begini?" Gumam Sus Reni.

Sus Reni jongkok, menggenggam tangan mungil Shireen. "Non tau nggak?"

Shireen menggeleng. "Besok kita semua akan pindah dari rumah ini. Kalo Non Shireen nggak tidur, Sus jadi nggak bisa kemas-kemas barang."

"Kenapa pindah, Cus?"

"Yaa ada alasannya. Sekarang Non Shireen tidur yaa."

"Chireen belom ngantuk, Cus. Gimana kalo Chireen bantuin Cus kemas-kemas barang? Bial cepat celesai."

Sus Reni menepuk dahinya. 'malah mau di bantuin. Aku ngomong kayak gitu biar Non Shireen cepat tidur bukan malah sebaliknya.' ucap Sus Reni dalam hati.

Shireen menggoyangkan tangan Sus Reni. "Boleh yaa, Cus?"

"Yaa udah, boleh."

"Yeeeeeyyy..."

Sus Reni menurunkan koper di atas lemari. Mengemasi barang-barang Shireen yang hanya sedikit. Shireen terlihat senang membantu Sus Reni berkemas.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!