Chapter 02

Amrita duduk termenung di ruang tamu. Pikirannya melayang kejadian tadi yang ia lihat. Suaminya lebih memilih bersama wanita lain di banding dengan istri dan anaknya.

Hatinya terlebih hancur saat melihat anak kecil di antara suaminya dan wanita itu. Perlahan air matanya menetes membasahi pipinya.

Suaminya terlihat bahagia bersama wanita itu. Mereka sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. "Mas Seno, kenapa kamu tega mengkhianati aku? Apa salah ku, Mas?" Ucapnya dengan bibir bergetar.

Ia menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara. Hatinya benar-benar terasa hancur berkeping-keping. "Apa kamu tidak memikirkan perasaan Nimmy? Nimmy masih kecil, Mas. Kasihan Nimmy, melihat Papanya lebih memilih bersama wanita lain di banding keluarganya sendiri."

Tring!

Tring!

Tring!

Suara telepon rumah berbunyi. Amrita mengusap airmata nya. Ia mengangkat gagang telepon tersebut. "Hallo."

[ Hallo. Apa benar ini dengan Nyonya Amrita Sacseno? ]

"Iyaa, saya sendiri."

[ Kami dari pihak rumah sakit memberitahukan bahwa suami ibu baru saja mengalami kecelakaan di jalan melati. ]

DEGH!

Seketika jantungnya seperti berhenti berdetak. Ia baru saja kecewa mengetahui suaminya berselingkuh. Dan sekarang, ia mendapat kabar suaminya kecelakaan.

Bibirnya terasa kelu, tidak bisa bicara. Ia syok mendapatkan kabar musibah ini. [ Hallo. Apa Nyonya dapat mendengar suara saya? ]

"I-iyaa, saya dengar."

[ Saya harap, Nyonya segera datang ke rumah sakit. ]

"Iyaa, saya segera ke sana sekarang."

Amrita meletakkan telepon kembali di atas nakas. Pikirannya kalut, ia pergi ke kamar Sus Reni.

Tokkk...

Tokkk...

Tokkk...

"Sus, buka pintunya Sus." Ucap Amrita.

Tak lama kemudian, Sus Reni membuka pintu kamarnya. "Iyaa, Nyonya. Ada apa Nyonya?" Tanya Sus Reni khawatir saat melihat Nyonya nya terlihat gelisah.

"Sus, tolong jaga Nimmy. Dia sedang tidur di atas. Sus, temani Nimmy yaa. Saya mau ke rumah sakit."

"Rumah sakit? Siapa yang sakit, Nyonya?"

"Mas Seno, dia baru saja kecelakaan. Saya mau ke rumah sakit untuk melihat kondisinya."

"Astaghfirullahal'adzim.. iyaa, Nyonya. Nyonya hati-hati di jalan."

Amrita mengangguk. Ia gegas keluar dari rumah. Ia memanggil sopir pribadinya untuk mengantarnya ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, hatinya terus saja gelisah. Rasa sakit, hancur, kecewa, sedih, semuanya campur aduk. Ia diam membisu tanpa sepatah kata pun.

Sang sopir menatap Nyonya nya dengan pikiran bertanya-tanya. Ia ingin bertanya, namun waktu sepertinya tidak tepat. Ia lebih memilih diam dan fokus menyetir.

Amrita sampai di rumah sakit. Ia berjalan cepat mencari ruangan suaminya. Tak sengaja ia melihat pasien yang seluruh tubuhnya di tutupi kain.

Tiba-tiba ada angin sedikit kencang membuat kain yang menutupi pasien itu sedikit terbuka. Amrita syok melihat siapa wanita itu.

"Wanita itu.." Amrita menutup mulutnya tak percaya.

"Mas Seno kecelakaan bersama wanita itu." Amrita gegas mencari ruangan suaminya. Ia sudah tak sabar ingin meminta penjelasan dari suaminya.

Amrita masuk ke ruang IGD, suaminya terbaring lemah di atas brankar pasien. "Am-amrita," lirih suaminya memanggil namanya.

Ia mendekat, menggenggam tangan suaminya. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. "Mas Seno," ucapnya dengan bibir bergetar.

"Amrita, aku.. sssttt..." Seno memegangi kepalanya yang sakit. Ia mencoba menahan rasa sakitnya.

"Suutt.. jangan bicara! Kamu sedang lemah, Mas."

"Amrita, a-aku mau mengatakan sesuatu pada mu."

"Mengatakan apa?"

Dengan susah payah, Seno berusaha berbicara. "Maafkan aku, Amrita. Maafkan aku. Ku mohon!"

Amrita mencium punggung tangan suaminya. "Aku sudah memaafkan kamu, Mas."

"Amrita, a-aku tau kamu marah. Jangan pe-pernah kamu membenci Herlina."

'jadi nama pelakor itu Herlina.' ucap Amrita dalam hati.

"Am-amrita, kamu tau kita menikah karena di jodohkan. A-aku terpaksa menyetujui perjodohan itu karena tidak ingin mengecewakan orang tua kamu."

Seno diam sejenak mencoba menahan rasa sakit yang menyerang. "Setelah menikah, aku berusaha untuk melupakan Herlina. Ta-tapi aku tidak bisa. Dengan terpaksa aku menikahi Herlina untuk menjadi istri kedua ku."

Amrita menggigit bibir bawahnya menahan isak tangisnya. "A-apa wanita itu tau?"

Seno mengangguk pelan. "Amrita, aku ada satu permintaan lagi. Tolong jaga lah Shireen. Shireen sudah tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Rawatlah Shireen seperti anak kandung kamu sendiri. Amrita, ku mohon, berjanjilah pada ku." Seno menggenggam tangan Amrita erat. Sorot matanya memohon.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!