Seno mengangguk pelan. "Amrita, aku ada satu permintaan lagi. Tolong jaga lah Shireen. Shireen sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Rawatlah Shireen seperti anak kandung mu sendiri. Amrita, ku mohon, berjanjilah pada ku." Seno menggenggam tangan Amrita erat. Sorot matanya memohon.
Ini berat untuk Amrita. Amrita diam membisu tak bisa berbicara. 'Mas, apa yang kamu katakan barusan? Kamu menyuruhku merawat anak dari istri kedua mu? Apa kamu tidak memikirkan perasaan ku, Mas?' ucap Amrita dalam hati.
Air matanya mengalir deras membasahi wajah cantiknya. "Amrita, berjanjilah padaku." Seno mengacungkan jari kelingkingnya berharap Amrita menautkan jarinya.
Amrita diam, ia bingung harus bagaimana. "Amrita, aku tau ini mungkin berat untukmu. Tapi Shireen, ibunya sudah meninggal. Tiada seorang pun yang bisa menjaganya. Hanya kamu satu-satunya harapanku, Amrita. Ku mohon, Amrita. Berjanjilah padaku, rawatlah Shireen. Mungkin ini permintaan terakhir ku untuk mu."
"Jangan bicara seperti itu, Mas. Kamu kuat. Kamu pasti bisa melewati ini semua."
Seno tersenyum. "Sudah saatnya aku pergi Amrita. Berjanjilah padaku, jagalah Shireen seperti kamu menjaga Nimmy."
Dengan berat hati, Amrita menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Seno. Ia mengangguk pelan. "Iyaa, aku akan merawatnya."
"Terimakasih, Amrita. Aku lega sekarang. Aku bisa pergi dengan tenang."
"Apa yang kamu katakan, Mas? Kamu nggak boleh ngomong seperti itu."
Seno tersenyum hangat pada Amrita. "Aku yakin kamu adalah wanita yang kuat. Jagalah anak-anak kita dengan ba-"
Seno memegangi kepalanya yang semakin terasa sakit. "Aakkhh.. eeuuugghh.. sakit sekali.." Seno terus memegangi kepalanya.
"Dokter.. dokter.." teriak Amrita memanggil dokter. Ia khawatir dengan keadaan suaminya. Saat ia hendak berdiri, Seno memegangi tangannya. Seno menggeleng pelan.
"A-aku tidak a-apa ap--" Seno memejamkan mata. Detak jantungnya berhenti berdetak.
"MAS SENOO..." Teriak Amrita histeris. Suaminya telah pergi untuk selama-lamanya.
"Mas Seno, kenapa kamu tega pergi ninggalin aku, Mas? Kenapa, kenapa?" Amrita memeluk jasad suaminya.
"Bahkan kamu lebih memilih mati dan hidup bersama wanita itu. Kamu tega, Mas. Kamu tega." Amrita memukul-mukul dada suaminya yang sudah kaku tak bernyawa.
.
.
.
Amrita melihat anak perempuan kecil yang tak lain anak dari istri kedua suaminya. Anak itu menangis sendirian tanpa di temani siapa pun.
"Sudah saatnya aku pergi Amrita. Berjanjilah padaku, jagalah Shireen seperti kamu menjaga Nimmy." Perkataan Seno beberapa saat lalu terlintas jelas di pikirannya.
'aku akan merawat Shireen, Mas. Tapi aku tidak bisa berjanji pada mu untuk bersikap adil padanya. Hanya nama di atas kertas yang ku berikan untuk Shireen.' ucap Amrita dalam hati. Tangannya terkepal erat.
Shireen melihat ada seorang wanita sedang berdiri menatapnya. Ia turun dari atas ranjang pasien. Berlari memeluk Amrita sembari menangis histeris.
Amrita menggendong Shireen dengan hati yang terluka sangat dalam. Ia berjalan melewati koridor rumah sakit tanpa bicara sepatah kata pun. Shireen berhenti menangis, setelah di gendong oleh Amrita.
Mang Didin membukakan pintu untuk Nyonya nya. Dahinya mengerut saat melihat anak kecil di gendongan Nyonya nya.
Ia berlari berputar, lalu masuk ke mobil. Menyalakan mobil dan mengemudikan nya membelah jalanan.
Sepanjang perjalanan, Amrita diam melamun. Shireen tertidur di pangkuan Amrita. Mang Didin curi-curi pandang dari kaca spion dalam mobil. 'siapa anak kecil itu? Kenapa Nyonya membawanya pulang?'
"Mang, kamu gendong anak ini yaa. Suruh Bik Ines bawa anak ini ke kamar saya. Malam ini saya akan tidur dengan Nimmy." Ucap Amrita saat sudah sampai di rumah.
"Baik, Nyonya."
Amrita turun begitu saja dari mobil. Ia tidak peduli dengan Shireen. Ia hanya akan merawatnya, menyekolahkannya, memberi tempat untuk berteduh dan memberikan namanya di atas kertas.
Amrita masuk ke kamar Nimmy. "Nyonya sudah pulang?" Ucap Sus Reni saat melihat Nyonya nya sudah pulang.
"Bagaimana keadaan Tuan, Nyonya? Apa Tuan baik-baik saja?"
"Mas Seno sudah pergi untuk selama-lamanya. Besok pagi, jenazahnya akan di bawa ke sini untuk di kebumikan."
"Innalilahi wa innalilahi roji'un.. Nyonya yang sabar yaa. Saya turut berduka cita atas meninggalnya Tuan."
Amrita mengangguk. "Terimakasih kamu sudah menjaga Nimmy. Sus, tolong hubungi yayasan untuk mencarikan satu perawat."
Dahi Sus Reni berkerut. "Untuk siapa, Nyonya?"
"Untuk mengasuh Shireen."
"Shireen? Siapa Shireen, Nyonya?"
"Jangan banyak tanya! Lakukan saja perintah saya."
Sus Reni menunduk. "Maaf, Nyonya."
"Kamu boleh pergi!"
Sus Reni mengangguk. "Permisi, Nyonya."
Saat menuruni tangga, Sus Reni melihat Mang Didin menggendong anak kecil. "Mang, Mang Didin." Panggil Sus Reni.
Mang Didin berhenti melangkah. Sus Reni berjalan cepat ke arahnya. "Siapa anak ini, Mang?" Tanya Sus Reni.
"Aku nggak tau, Ren. Nyonya membawanya dari rumah sakit."
"Oohh.. jangan-jangan anak ini yang namanya Shireen."
"Shireen?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments