ANAK TIRI

ANAK TIRI

Chapter 01

"Papa, Nimmy ingin pergi ke festival perayaan. Malam ini Ayah harus pulang cepat." Ucap Nimmy yang masih berumur delapan tahun.

"Sayang, Papa sedang sibuk. Papa tidak bisa pulang cepat."

"Pokoknya Papa harus pulang cepat. Nimmy mau pergi ke festival perayaan bersama Papa." Rengek Nimmy.

"Mas Seno, kabulkan keinginan Nimmy. Kasihan dia." Ucap Amrita memelas. Tak tega melihat putri kecilnya merengek.

"Amrita, kerjaan di kantor masih banyak. Aku tidak bisa meninggalkan itu semua. Aku berangkat ke kantor." Seno mencium kening istrinya.

"Tidak sarapan dulu?"

"Nanti aku sarapan di kantor. Aku sedang buru-buru Amrita. Ada meeting pagi ini."

"Sayang, Papa ke kantor dulu yaa." Seno mencium kening putri kecilnya. Saat hendak pergi, Nimmy memegangi dasinya menahan Seno agar tidak pergi.

"Papa,"

Seno tersenyum lembut. "Maafkan Papa yaa, Sayang. Papa tidak bisa." Perlahan Seno melepaskan tangan mungil itu dari dasinya. Dan ia segera pergi.

"Mama, Nimmy mau ke festival itu."

Amrita menggendong putri kecilnya. "Iyaa, Sayang. Kita akan pergi ke sana."

"Tapi Papa.."

"Ssssttt.. Papa sedang sibuk. Nimmy perginya dengan Mama yaa?"

Nimmy mengangguk.

"Okey, sekarang Nimmy makan dulu yaa." Amrita mendudukkan Nimmy di kursi. Mengambilkan nasi serta ayam goreng kesukaan Nimmy.

.

.

.

Malam harinya, seperti janjinya tadi pagi. Amrita membawa Nimmy ke festival perayaan yang ada di Tuban. Mereka hanya berdua datang ke festival.

Nimmy terlihat sangat bahagia, hal itu membuat Amrita tersenyum senang. "Papa, Papa." Tiba-tiba Nimmy memanggil Papa nya.

"Sayang, Papa tidak ada di sini."

"Itu Papa, Ma. Papa ada di sini." Nimmy menunjuk ke arah Seno yang sedang bersama seorang wanita dan juga seorang anak perempuan kecil.

Amrita terkejut melihat suaminya sedang bersama wanita lain. Hatinya seketika hancur melihat suaminya mendua bahkan memiliki seorang anak.

Seno dan Herlina terkejut melihat Amrita ada di festival perayaan malam ini. Seno menggenggam erat tangan Herlina.

Amrita menggendong Nimmy dan membawanya pergi jauh dari festival. "Ma, kenapa pergi? Ayoo kita kembali, Ma. Papa masih ada di sana."

"Nimmy, diam! Kita pulang sekarang."

"Tapi Papa masih ada di sana, Ma. Ayoo kita ajak Papa pulang juga." Rengek Nimmy. Ia memberontak minta turun.

Amrita menggendong Nimmy dengan perasaan hancur. Ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia segera masuk ke mobil taksi.

Sedangkan di sisi lain, Herlina merasa gelisah. Ia takut kehilangan Seno, apalagi Amrita sudah mengetahui hubungan mereka.

"Seno, aku takut Amrita marah pada ku. Aku juga tidak ingin kamu menceraikan ku." Ucap Herlina gelisah.

Seno melihat putrinya dari kaca dalam mobil. Putri kecilnya terlihat sedang asyik bermain dengan mainan barunya.

Seno meraih tangan Herlina, menggenggamnya erat. "Kamu jangan khawatir, Herlina. Semuanya akan baik-baik saja."

"Seno, Amrita baru saja mengetahui hubungan kita. Dan kamu.. kamu masih bisa mengatakan semuanya akan baik-baik saja."

"Herlina, aku akan bicara baik-baik dengan Amrita. Tenangkan diri mu."

"Aku tidak bisa tenang, Seno."

Seno mencium punggung tangan istrinya keduanya. "Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah padaku."

"Sebelum semuanya baik-baik saja. Aku tidak bisa percaya padamu."

Seno menoleh ke arah istrinya, tersenyum lembut. Tangan satunya terulur mengelus pipi istrinya lembut.

"Seno, Seno awas." Ucap Herlina sedikit berteriak karena di depan ada mobil yang melintas.

Seno membanting setir hingga mobil itu menabrak sebuah pohon besar. "Aaaaaaaa..." Teriak Herlina saat mobil itu hendak menabrak pohon.

Mobil itu pun menabrak pohon besar, bagian depan mobil hancur. Seno tersadar dari pingsannya. Ia memegangi kepalanya yang berdarah.

"Herlina, bangun Herlina." Seno berusaha menyadarkan istrinya. Namun Herlina tak kunjung sadar. Sedangkan putri kecilnya menangis histeris di bangku belakang.

Seno melihat ada asap di bagian depan mobilnya. Ia gegas keluar untuk menyelamatkan keluarganya. Ia menyelamatkan putri kecilnya terlebih dahulu. Ia membawa putri kecilnya sedikit menjauh dari mobil itu.

Setelah di rasa aman, ia kembali lagi untuk mengeluarkan istrinya dari mobil tersebut sebelum mobil itu meledak. Dengan susah payah, Seno mengeluarkan istrinya dari mobil tersebut.

DUUUAAARRR...

Mobil itu meledak terbakar. Seno bernafas lega karena mereka semua selamat. Ia berusaha membangunkan istrinya. Namun istrinya tak juga sadar.

Putri kecilnya terus saja menangis histeris. Kepala Seno terasa semakin sakit. Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Perlahan ia tak sadarkan diri dan terjatuh di dekat putri kecilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!