Chapter 4

|| Before The Rain ||
•••
••
Bayangan cowok tadi terus mengusik pikiran Launa
Seberusaha apapun ia mengeluarkan bayangan itu dari otaknya, tetap saja bayangan itu masih ada
Mata elang, hidung mancung, rahang tegas dan bibir tipis. Kombinasi yang sempurna
Sepanjang pelajaran berlangsung Launa tidak bisa fokus karena Nicole terus mendumel
Nicole
Nicole
Lo mau ikut?
Nicole mengajaknya setelah Launa mengemasi barang-barangnya
Launa
Launa
Kemana?
Nicole
Nicole
Basecamp
Launa
Launa
Gak dulu deh
Launa
Launa
Gue belum selesai nyalin yang di papan tulis
Nicole
Nicole
Gue tungguin
Launa
Launa
Apa?
Nicole
Nicole
Gue tungguin sampai selesai
Nicole
Nicole
Lanjut ajah
Launa
Launa
Tapi—
Nicole
Nicole
Come on, Launa
Nicole
Nicole
Lo bakal punya banyak teman disana
Nicole
Nicole
Gue punya banyak koneksi termasuk para senior
Launa
Launa
Koneksi?
Nicole
Nicole
Ya
Nicole
Nicole
Gue punya banyak teman
Nicole
Nicole
Lo gak bakalan nyesel ikut gue
Nicole
Nicole
Lo bakal rasain sensasi yang berbeda
Nicole
Nicole
Hidup lo juga gak bakalan membosankan
Nicole
Nicole
Punya teman banyak itu sangat menyenangkan Launa
Launa
Launa
( pertemanan )
Launa
Launa
( Bahkan seumur hidup gue gak pernah punya teman )
Launa tidak suka berhubungan dengan siapa pun. Baginya itu hanya akan menimbulkan masalah. Dan ia kerap menghindari hal seperti itu
Tapi apa iya, Launa harus menerima ajakan Nicole?
Belum sempat Launa memberi jawaban, suara seseorang sudah lebih dulu menginterupsinya
Jihan
Jihan
Launa
Launa refleks menoleh saat mendengar namanya di panggil
Ia menghela napasnya ketika melihat Jihan berdiri di depan pintu kelas. Melambaikan tangan dan tersenyum lebar padanya
Nicole
Nicole
Kamu kenal dia?
Launa
Launa
Emm..
Nicole
Nicole
Siapa? Teman? Saudara atau—
Launa memutar bola matanya jengah dengan sikap Nicole yang berlebihan. Dia terlalu kepo
Launa
Launa
Gue pulang duluan
Launa
Launa
Mungkin lain kali gue ikut
Launa
Launa
Sampai ketemu besok
Jihan
Jihan
Mama udah nungguin di depan
Launa tidak menggubrisnya ia berjalan lebih dahulu. Namun, Jihan berusaha mensejajarkan langkahnya
Sementara Nicole menghampiri teman-temannya yang tengah berkumpul di parkiran
Moses
Moses
Itu bukannya teman lo?
Nicole berbalik, matanya tertuju pada sosok Launa yang sedang masuk ke mobil Mercedes Benz berwarna hitam
Nicole
Nicole
Iya
Nicole duduk di dekat Vito, merebut botol air minum milik Vito
Vito
Vito
Kyaaaaa!!!
Vito
Vito
Kebiasaan bangat lo!
Nicole
Nicole
Gue haus
Nicole
Nicole
Kering bibir gue ngoceh mulu tadi di kelas
Bastian
Bastian
Mereka sodaraan?
Nicole
Nicole
Siapa?
Moses
Moses
Teman lo sama Jihan
Moses
Moses
Dia bukannya anak kelas X IPA satu?
Moses
Moses
Bukannya dia juga pindahan dari Jakarta
Moses
Moses
Jadi gak mungkin dong mereka temanan
Nicole
Nicole
Mungkin?
Clara
Clara
Tapi kalo mereka temanan boleh juga tuh lo dekatin
Moses
Moses
Bukannya lo ngincer Jihan?
Bastian
Bastian
Tapi cantikan dia sih dari pada Jihan
Bastian
Bastian
Gimana dong?
Vito
Vito
Kalo gitu lo pacarin dua-duanya
Samudra
Samudra
Cabut yok!
Samudera turun dari kap mobil
Raisa
Raisa
Kuy!
•••
Launa duduk bersandar ke jendela, matanya menatap keluar mobil
Sementara pikirannya berkelana kemana-mana. Launa masih teringat jelas tatapan Samudra di parkiran
Entah kenapa Laura tidak suka ditatap cowok itu. Begitu menyeramkan
Sabrina
Sabrina
Launa...
Launa
Launa
Ya?
Sabrina
Sabrina
Kamu ngelamun?
Jihan
Jihan
Mama dari tadi ngajak kamu ngobrol loh
Launa
Launa
Ah, maaf
Sabrina
Sabrina
Ngga papa Sayang
Sabrina
Sabrina
Kamu pasti capek, hari pertama sekolah
Sabrina
Sabrina
Apa sekolah kamu menyenangkan?
Launa
Launa
Iya
Sabrina
Sabrina
Baguslah
Sabrina
Sabrina
Kalau kamu capek, kamu boleh tidur
Sabrina
Sabrina
Nanti mama bangunin pas sampai rumah
Launa mengangguk, ia memilih memejamkan mata dan sepanjang perjalanan hanya terdengar suara Jihan yang bercerita kegiatannya di sekolah
Seandainya mama masih hidup, mungkin Launa akan melakukan hal yang sama
Launa benci keadaannya saat ini. Ia merasa sendirian, kesepian, dan hampa
Meskipun mama tirinya begitu baik, Launa tak bisa menghapus rasa bencinya pada wanita itu
Launa terbangun saat malam. Suara petir terdengar menyambar saling bersahutan
Kilatannya menembus masuk kaca jendela. Tubuh Launa gemetar. Ia memeluk lututnya bersembunyi di balik selimut
Launa
Launa
Mama
Launa
Launa
Launa takut
Di luar sedang hujan deras. Guntur makin terdengar lantang menggelegar dan tiba-tiba lampu padam
Launa
Launa
Mama
Lalu terdengar teriakan kencang diikuti suara tangis histeris. Suaranya berasal dari kamar Jihan
Tak berselang lama terdengar suara langkah kaki. Launa berjalan ke arah pintu mengintip keluar
Sabrina
Sabrina
Ayo Pa, Jihan pasti ketakutan
Jonathan
Jonathan
Iya Ma
Launa terduduk lemas di balik pintu tanpa sadar air matanya jatuh. Rasa iri menelusup ke dalam hati
Launa
Launa
Launa juga takut Pa
•••
|| bersambung ||

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!