Kata orang cinta itu akan datang seiring waktu berjalan, cinta akan datang karena terbiasa bersama.
Tapi hal itu tidak terjadi pada sepasang suami istri ini, eeemmm....mungkin bisa dibilang hal itu hanya terjadi pada Bian, sedang dengan Karina, gadis cantik itu masih belum bisa menerima pernikahan ini.
Dua tahun mereka membina rumah tangga
Dua tahun lalu Karina menikah dengan Bian, sahabatnya, laki-laki yang selama ini menjadi tempatnya mengadukan segala keluh kesah termasuk tentang perjodohan itu, tapi apa ini ternyata selama ini Bian lah laki-laki yang dijodohkan dengannya, bahkan Bian pulalah yang mengajukan sendiri untuk perjodohan itu
Setelah mengetahui bahwa laki-laki itu adalah Bian, Karina memohon pada Bian agar menghentikan perjodohan itu, tapi Bian dengan tegasnya menolak dan tetap meneruskan perjodohan tersebut.
'Aku tidak akan memutuskan perjodohan ini, apapun alasannya aku akan tetap melangsungkan perjodohan ini'
Karina tertawa remeh mendengar jawaban Bian, ia menghapus air matanya
'kau egois Bian, kau laki-laki munafik aku tak menyangka ternyata selama ini kau laki-laki bermuka dua. Kau mau perjodohan ini tetap berlangsung? baiklah kita lakukan,,"
Karina menjeda ucapanya, gadis itu mendekati Bian lalu berbisik
'Tapi ingat ini baik-baik, aku membencimu, aku akan menjadikan pernikahan ini sebagai hukuman untukmu'
Karina benar-benar melakukan apa yang dulu ia ucapkan pada Bian, ia menjadikan pernikahannya dengan Bian sebagai alat untuk balas dendam.
Rasa benci serta kekecewaannya pada sang suami semakin bertumpuk dan mengendap, apa lagi satu bulan setelah menikah Bian membawanya untuk menetap di Negeri Gingseng Korea. itu berarti dia benar-benar kehilangan impiannya, apa yang selama ini dia bangun dengan susah payah, untuk berada pada posisinya saat itu tidaklah mudah, bahkan ia harus melawan kedua orang tuanya yang meminta dia untuk mengambil kedokteran sama seperti kedua orang tua serta kakanya, Karina dibantu Bian waktu itu untuk meyakinkan kedua orang tua gadis itu untuk menyetujui keputusan yang gadis itu ambil.
Tapi lihat sekarang bahkan laki-laki yang memebelanya mati-matian saat itu, justru laki-laki itulah yang menghancurkannya.
Kalau mengingat kejadian itu Karina hanya dapat menertawakan dirinya sendiri, betapa lucunya alam bercanda dengannya melalui semua ini.
Dua tahun Karina berada di Negeri orang, jauh dari keluarga serta teman-temannya. Harinya ia habiskan dengan joging dipagi hari, berbelanja keperluan dapur,memasak,menonton TV hanya itu rutinitas yang Karina jalani selama ini.
Sikapnya pada Bian mungkin dingin bahkan hampir tidak ada obrolan, tapi ia selalu mengingat ucapan Ibunya untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya, walapun ia benar-benar membenci Bian.
Mereka hanya akan berbicara seperlunya, dulu Bian menjadi orang pertama yang akan membuka obrolan bersama Karnia walau pun hanya akan ada balasan padas yang keluar dari Karina, tapi Bian masih selalu melakukannya.
Tapi semenjak ia menjadi Manager, hal itu jarang ia lakukan, karena jujur saja pekerjaannya semakin menumpuk dan hal itu membuatnya cukup merasa stres dan lelah, ia tidak ingin berdebat dengan Karina, karena memang ketika ia mengajak Karina untuk berbicara gadis itu akan selalu menyudutkannya dengan pernikahan ini dan berujung dengan sebuah perdebatan.
Ceklek...
Seperti biasa ketika Bian pulang ia hanya akan disambut dengan lirikan mata dari sang istri, tapi ia tak mau ambil pusing ia segera masuk kedalam kamar dan membersihkan diri, setelah itu ia kembali ke ruang makan menyantap masakan yang sudah disiapkan oleh istrinya
Begitu ia mendudukkan diri di ruang makan pasti Karina akan masuk kedalam Kamar. Alasannya adalah, Karina tidak ingin berada satu ruangan dengan Bian
Bahkan untuk sekedar info saja kamar tidur mereka terpisah, Karina menempati kamar di lantai dua sedangkan Bian di lantai satu, Karina akan makan terlebih dahulu ketika malam hari dan ketika pagi hari ia akan sarapan setelah Bian berangkat bekerja
Bian hanya dapat tersenyum getir melihat tingkah Karina yang selalu menghindarinya, kalau boleh jujur Bian merasa hatinya seperti tersayat pisau tak kasat mata yang menyayatnya begitu dalam, hingga rasanya begitu perih ketika mendapati sikap Karina yang demikian, tapi setidaknya dia masih bersyukur karena istrinya itu masih mau menyiapkan makanan untuknya
'Apakah sebenci itu kau padaku Karina?'
batin bisan sambil menundukkan kepalanya
.
.
.
.
.
TBC
See you next chapture ...😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments