Mata jernih itu perlahan terbuka, waktu baru menunjukkan pukul enam pagi ketika mata indah itu benar-benar terbuka, tidak seperti warga Seoul lainnya yang mungkin masih bergelung dibawah selimutnya, Karina memulai paginya lebih awal.
Alasannya sudah jelas dia harus memasak sarapan lalu setelah itu pergi keluar rumah entah itu untuk joging atau belanja, yang jelas dia harus pergi dari rumah agar tidak bertemu dengan Bian.
Setelah nyawanya benar-benar terkumpul gadis cantik itu segera membersihkan diri, lima belas menit waktu yang dia perlukan untuk membersihkan diri, setelah selesai dengan perawatan paginya ia turun untuk membuat sarapan, dan tak berapa lama Karina sudah sibuk dengan semua bahan dapur, setelah berkutat dengan dengan semua bahan masakan yang ada, tersajilah nasi goreng kimci diatas meja makan.
Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit yang berarti sebentar lagi Bian akan turun dan berangkat bekerja, buru-buru Karina mengambil tas serta memakai coatnya dan bergegas keluar rumah, sungguh dia benar-benar tidak ingin melihat wajah itu.
.
.
Seperti pagi biasanya Bian hanya dapat menghela nafas melihat keadaan apartemennya yang sepi, ingin rasanya dia menyeret Karina untuk duduk dan menikmati sarapan pagi mereka berdua layaknya pasangan suami-istri lainnya, tapi kembali lagi ia mengingat bahwa semua ini adalah hasil dari keegoisannya.
Laki-laki itu berjalan gontai untuk duduk di meja makan dan menikmati sarapan yang dibuat oleh istrinya, disela suapannya dia tertawa hambar pada dirinya sendiri dan kembali merutuki kebodohan dan keegoisannya.
Sementara itu Karina berjalan menuju sebuah taman yang tidak jauh dari apartemennya, hari masih terlalu pagi untuknya pergi berbelanja, dan hari ini entah kenapa ia merasa malas untuk berbelanja pagi, dia malas untuk berdesak-desakan dalam subway, dan akhirnya dia memutuskan untuk berbelanja ketika siang hari saja
Pandangannya dia edarkan pada sekitar taman, dapat dia lihat beberapa orang sedang melakukan olahraga bersama keluarga kecil mereka, bersama pasangan mereka, atau pun seorang diri. Ia menghela nafas lelah, ingatannya kembali berputar pada masa dimana dulu dia sering melakukan joging bersama Bian, tapi sekarang jangankan untuk pergi bersama, hanya untuk memandang wajahnya saja engan Karina lakukan, dia benar-benar membenci laki-laki itu. Dia menggelengkan kepalanya ribut, berharap dengan itu ingatanya tentang masa lalunya dengan Bian bisa enyah dari ingatan, mungkin satu cup americano bisa membuat moodnya membaik hari ini, segera ia bergegas untuk membelinya.
.
.
.
Pukul sembilan Karina sampai di apartemen, dia tatap tempat yang selama dua tahun ini dia tempati, apartemen ini cukup besar, dilantai satu terdapat kamar,dapur,ruang makan,ruang televisi, serta ruang santai, dan loundry room sedang dilantai dua terdapat satu kamar,satu ruang kerja dan balkon, apartemen ini begitu hampa dan seolah tak berpenghuni, tidak ada kehangatan yang menyeruak disini, yang ada hanyalah hawa dingin, sedingin sikap Karina pada Bian.
Matahari mulai menyongsong naik, hari mulai siang,seperti rencananya semula Karina akan berbelanja.
Tiga puluh menit waktu yang ia perlukan untuk sampai ke Supermarket tujuannya, dengan mendorong troli dia memulai menyusuri setiap bagian untuk mencari apa yang dia butuhkan, dan tak lama kemudian dia sudah larut dalam kegiatannya
.
.
Siang ini Bian akan melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan cabang hotel perusahaan tempatnya bekerja. Dia akan melakukan kunjungan tersebut bersama salah satu anak buahnya, mereka akan pergi ke Busan. Tapi sebelum pergi mereka memutuskan untuk makan siang bersama
"Yejin, apa kau keberatan kalau kita makan siang di Restoran jepang?" tanya Bian pada gadis yang berjalan dibelakangnya
"Ne, Bujangnim saya tidak keberatan" jawab perempuan berambut sebahu yang tak lain adalah salah satu anak buahnya
Langkah Bian terhenti ketika mendengar panggilan Yejin padanya, oh ayolah usia mereka hanya terpaut satu tahun dan lagi mereka sudah berteman sejak Bian dipindahkan ke perusahaan ini, ia lalu berbalik menatap gadis tersebut
"Bisakah kau tidak memanggilku seperti itu Yejin? sungguh aku benar-benar merasa canggung kalau kau memanggilku seperti itu"
"Tapi anda atasan saya Bujangnim"
"Oh ayolah Yejin, kita ini tim, kita bekerja sama. Bagiku tidak ada atasan dan bawahan kita tetap sama, bukankah aku sering membahas ini sebelumnya"
Yejin menghela nafasnya
"Mianhe, Bujangnim tapi ini masih di Kantor dan disini anda tetaplah atasan saya"
"Hah, baiklah kalau begitu, tapi ingat panggilan itu hanya berlaku ketika kita berada di dalam Kantor, dan ketika kita berada di luar kau harus memanggilku seperti biasa"
"Nde, Bujangnim"
Kim Yejin, seorang gadis berparas cantik dia adalah salah satu anggota tim yang dinaungi Bian, Bian dan Yejin sudah mengenal sejak Bian dipindahkan ke Korea, dulu mereka adalah rekan satu tim, mereka sangat dekat bahkan Yejin lah yang mengerti apa yang terjadi pada rumah tangga Bian, karena memang hanya Yejin yang Bian percaya untuk menjadi tempatnya bercerita, bukan maksud Bian untuk menceritakan masalah rumah tangganya pada Yejin. dia juga manusia biasa yang memerlukan tempat bercerita, setidaknya untuk bisa sedikit meringankan beban yang ia tanggung.
.
.
Kini Bian dan Yejin sudah berada di salah satu Restoran jepang, mereka sedang menunggu pesanan mereka, sembari menunggu seperti biasa mereka akan berbincang ringan dan bercanda.
Karina telah selesai dengan perburuannya dalam berbelanja, dia merasa cacing-cacing diperutnya mulai meminta untuk diisi, gadis itu tersenyum dan mengusap perutnya
"Sabar sebentar lagi ya cacing-cacingku, aku akan segera memberi kalian makan. Eeemmmm bagaimana kalau kita makan masakan jepang eotte? ah sepertinya kalian setuju call kita pergi kesana" gadis itu terkiki sendiri dengan percakapannya, seolah dia sedang berbicara dengan bayi yang ada diperutnya.
Dan disinilah Karina sekarang, duduk disalah satu Restoran Jepang menunggu pesanannya, ia menatap sekeliling restoran, tempat ini tidak terlalu ramai, mungkin karena waktu makan siang sudah lewat. Saat ia menatap sekeliling, netranya menangkap siluet seseorang yang sangat ia kenal, dia adalah Bian suaminya sendiri, lalu pandangannya beralih pada seorang wanita yang duduk didepan Bian, mereka saling melempar tawa, bahkan dapat ia lihat Bian dengan santainya mengacak poni wanita itu, sungguh mereka seperti pasangan serasi. Karina tertawa remeh melihat pemandangan itu, entah mengapa ada sedikit rasa tidak suka dalam hatinya melihat pemandangan itu, tak berapa lama, pesanannya datang dia segera menyantap makanannya agar ia bisa segera keluar dari tempat ini.
.
.
.
.
TBC
see you next chapture...😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments