Terang mulai menyapa langit Seoul, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit, Bian baru saja keluar dari Kamar, ia mengernyit ketika mendapati apartemennya tidak seperti biasanya dimana lampu masih menyala, tirai jendela belum dibuka dan belum ada sarapan dimeja makan. Biasanya semarah apapun Karina padanya, istrinya itu akan tetap menyiapkan sarapan dan mengurus rumah, tapi kali ini kenapa hal itu tidak terjadi, apakah Karina begitu marah sampai dia tidak melakukan kegiatan seperti biasanya? entah lah, tak ingin memikirkan hal itu lebih lanjut, Bian segera mematikan lampu, membuka tirai lalu mulai sarapan paginya dengan roti dan selai coklat.
.
.
Bian dan timnya baru saja selesai dengan meeting mereka ketika memasuki waktu makan siang, rencananya mereka akan makan siang di Cafe dekat kantor. Tak sampai lima belas menit mereka sudah sampai di Cafe tersebut. Bian duduk berhadapan dengan Yejin sedangkan rekan mereka yang lain duduk dimeja lain
"Ada yang mengganggu pikiranmu Oppa?" tanya Yejin ketika mendapati raut wajah Bian tak seperti biasanya
"Aniyo... nan gwenchana"
"Ck, kita berteman bukan hanya satu atau dua bulan, dan kau tau diwajahmu itu tertulis kalau kau tidak baik-baik saja"
Bian hanya terkekeh mendengar jawaban Yejin, ia menarik nafas lalu meluncurlah cerita Bian tentang masalahnya dengan Karina.
"Hah, begitulah dan pagi tadi saat aku berangkat dia tidak melakukan aktivitas paginya, entahlah mungkin kali ini dia sangat marah padaku"
Mendengar cerita Bian, rasa bersalah muncul dari hati Yejin, biar bagaimana pun dia ikut andil dalam masalah keluarga Bian, karena dirinya Karina salah paham dengan Bian, bukannya membuat hubungan rumah tangga Bian dan Karina membaik tapi justru memperkeruh keadaan, air matanya menetes tanpa ia minta
"Mianhe, ini semua terjadi karena aku, kau bertengkar dengan Karina" sesal Yejin
"Hey hey....uljima, ini bukan salah mu yejin-ah, kau tau dan hafal betulkan akan sifat Karina, dia memang seperti itu, nanti dia juga akan membaik sendiri, kalau dia sudah merasa lebih baik aku akan menjelaskan semuanya padanya"
Ujar Bian sambil mengusap air mata pada pipi Yejin.
"Sekarang mari kita makan em"
Yejin hanya mengangguk pasrah, dan mereka mulai menikmati makan siang mereka.
.
.
Hari ini Bian kembali ke apartemennya sekitar pukul lima sore, entah kenapa rasanya ia ingin segera pulang untuk alasan yang dia sendiri tidak tau. Baru saja Bian melepas sepatu ia dikejutkan dengan suara seperti sesuatu terjatuh
BUGH
Segera ia mencari asal suara tersebut, ia langkahkan kakinya menuju lantai dua lebih tepatnya kamar Karina, dengan ragu ia mengetuk pintu kamar itu, karena jujur dari semua ruangan yang ada di apartemennya hanya kamar Karina yang belum pernah ia jamah
Tok
Tok
Tok
"Karina,,gwenchana?"
Cukup lama ia menunggu jawaban dari dalam, tapi sampai saat ini Karina tidak menjawabnya.
'Mungkin hanya sebuah benda terjatuh tadi', pikir Bian.
Baru dua langkah ia berjalan, ia dikejutkan dengan sebuah pekikan dari dalam kamar Karina
"Akh..."
Tanpa pikir panjang laki-laki itu segera masuk kamar Karina, ia begitu terkejut ketika mendapati sang istri meringkuk di samping ranjang, segera ia hampiri tubuh sang istri
"Astaga Karina, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa tertidur disini?" Tanya Bian tanpa jeda karena rasa cemasnya
"Dig...ngin tolong matikan ACnya" pinta Karina dengan suara parau.
Segera Bian mencari remote untuk mematikan AC, tapi belum sempat menemukannya, ia lihat AC di kamar Karina ternyata sudah mati, tapi Karina masih merasakan kedinginan,
ia lalu meletakkan telapak tangannya pada kening Karina, suhu tubuh Karina demam cukup tinggi, dan dalam sekali sentak Karina sudah berada dalam gendongan Bian, ia tidurkan Karina pada ranjangnya
"Kau demam Karina, tunggu sebentar aku akan mengompresmu"
Bian segera beranjak dari kamar Karina untuk mengambil baskom berisi air, setelah mendapatkannya dia kembali dan langsung mengompres Karina. Dia terus mengompres Karina sampai suhu tubuh gadis itu sedikit berkurang. Dirasa aman untuk ditinggalkan Bian turun untuk membersihkan diri dan membuat bubur untuk Karina.
Hampir tiga puluh menit waktu yang Bian butuhkan untuk membersihkan diri dan membuat bubur, laki-laki itu kemudian kembali ke kamar Karina dengan membawa nampan berisi bubur, air dan obat penurun panas. Dia letakkan nampan tersebut di atas nakas samping tempat tidur Karina.
Perlahan Bian membangunkan Karina dengan selembut mungkin
"Karina, bisa kau buka matamu sebentar? Kau harus makan....Karina,Karina bangun"
Dia sedikit menepuk bahu Karina, berharap gadis itu akan segera bangun untuk meminum obatnya, beberapa kali Bian lakukan itu dan usahanya membuahkan hasil, perlahan kelopak mata indah itu terbuka, dan pemandangan yang pertama tertangkap adalah Bian yang duduk menghadapnya, Karina berusaha untuk duduk meski kepalanya sangat pusing.
"Apa ya-yang ka-kau lakukan di kamar ku? Per-gi a-aku tidak ingin satu ruangan dengan mu"
Ujar Karina dengan suara parau dan sedikit terbata begitu ia berhasil duduk.
Bian menghela nafas lalu tertunduk, bukannya mendapat ucapan terimakasih tapi justru pengusiran yang ia dapat dari sang istri yang beberapa saat lalu dia rawat, dia tersenyum getir sungguh miris nasibnya
"Aku disini karena tadi kau jatuh dan saat aku cek ternyata kau demam jadi aku mengompresmu dan sekarang aku membangunkan mu agar kau makan dan meminum obatmu"
"A-aku tidak butuh bantuanmu, a-aku bisa mengurus diriku sendiri,jadi keluarlah dari kamarku"
"Hah, baiklah aku akan keluar setelah melihatmu makan dan meminum obat. Sekarang makanlah"
Karina menatap nampan berisi bubur yang Bian letakkan dia atas pangkuannya, sebenarnya dia engan untuk memakan bubur buatan Bian itu, tapi apa daya laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu tidak akan keluar sebelum dia memakannya. Dengan malas Karina mulai menyendokkan bubur kemulutnya, belum sampai bubur itu ia makan, sendok tersebut terjatuh karena badannya yang mengigil.
Bian yang memperhatikan hal itu, berdecih lalu mengambil sendok dari tangan Karina dan mulai menyuapi sang istri
"Ck, dalam keadaan seperti ini pun kau masih keras kepala, setidaknya ketika kau sakit seperti ini biarkan aku merawatmu"
"Aku membencimu dan aku tidak mau dirawat oleh orang sepertimu"
Pegangan Bian pada sendok mengerat,lagi-lagi kata-kata pedas itu kembali mengores luka pada hatinya
"Setidaknya kau harus sehat terlebih dulu untuk membenci dan mengumpatiku, dan kau tau bukan kau harus punya tenaga untuk melakukan dua hal itu selama kau sakit"
Karina memalingkan wajahnya ketika mendengar jawaban dari Bian, untuk pertama kalinya laki-laki itu membuatnya merasa malu sekaligus membuatnya marah.
Dan mau tidak mau, gadis itu menerima suapan dari Daehyun
"Aku sudah kenyang"
"Kau baru makan lima sendok, kau harus habiskan buburnya"
"Aku bilang aku kenyang, jangan memaksaku lagi"
Segera karina mengambil obat dan meminumnya, setelah itu dia kembali merebahkan diri membelakangi Bian dan menutup tubuhnya sebatas leher.
Bian hanya dapat mengelengkan kepala dengan sikap keras kepala Karina, ia segera membereskan nampan dan meninggalkan Karina untuk beristirahat. Sebelum benar-benar keluar dia tatap istrinya itu
"Jaljayo... changiya" lirihnya
Tapi hal itu dapat didengar oleh Karina, karena memang kamar itu begitu sunyi, hanya detak jarum jam yang terdengar
"Keluar....aku membencimu"
Pekik Karina setelah mendengar kata-kata Bian. Sungguh dia benar-benar membenci kata-kata Bian tadi.
Bian tersenyum dan melengang meninggalakan Karina.
.
.
.
.
TBC
See you next chapture....😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments