Kecurigaan Para Sahabat Regan

Regan menatap jengah makanan yang terhidang di meja. Bukan karena makanan yang tak enak. Tapi, suara ketiga orang yang tengah mengobrol begitu membuatnya muak. Jika bukan karena ingin tujuannya tercapai, sudah pasti dia meninggalkan acara makan malam itu.

"Kamu gak makan, Regan?" tanya Yuni, ibu tiri Atlana, yang sekarang menjadi kekasih Kakek Adri.

Regan menatap dingin dan tajam wanita itu. Dia tidak tahu, sejak kapan Kakeknya menjalin hubungan dengan wanita ular itu. Yang jelas, setelah dua minggu dia kehilangan gadisnya, sang Kakek memperkenalkan wanita itu sebagai kekasih.

"Regan! Tatapan seperti apa itu? Tidak sopan!" ucap Kakek Adri menegur.

"Gak baik menatap orang tua seperti itu. Bagaimana pun, Tante Yuni itu pacar Kakek, dan dia lebih tua. Kita harus menghormati yang lebih—"

"Bacot!" ucap Regan pelan, namun cukup membuat yang sedang bicara berhenti.

Satu lagi wanita ular yang membuat Regan muak. Nita. Perempuan yang tiba-tiba dijodohkan sang Kakek dengannya.

"Regan! Jaga omongan kamu!" Kakek Adri semakin tersulut. Di matanya, Regan sangat tidak sopan.

Regan tersenyum miring. Nita yang melihatnya menggigit bibir dalamnya. Regan terlihat semakin tampan ketika tersenyum jahat seperti itu.

"Okey." balasnya. Dia kemudian berdiri, lalu beranjak meninggalkan ruang makan tersebut.

Jelas hal itu membuat Kakek Adri merasa kesal. Pria tua itu berdiri sambil menggebrak meja.

"Regan!"

"Regan! Balik kamu!"

Namun sayang, teriakannya tak berefek apapun. Regan mengabaikannya dan terus berjalan.

"Sudah, Sayang. Regan mungkin sedang banyak pikiran," ucap Yuni menenangkan.

"Biar Nita aja yang kejar Regan, Kek."

"Iya, kamu aja. Bujuk regan balik, ya?" sahut Yuni yang langsung diangguki Nita.

Gadis itu berlari kecil menghampiri Regan. Berharap Regan belum meninggalkan kediaman Kakek Adri.

"Regan! Kamu mau kemana?"

Nita dengan cepat memposisikan tubuhnya di depan mobil Regan. Dia yakin, dengan begini Regan akan berhenti dan kembali ke dalam untuk menghabiskan makan malam mereka.

Tapi Nita salah. Regan jelas tidak peduli apakah dia berada disana atau tidak. Dengan santainya Regan menghidupkan mobilnya, melajukannya hingga Nita reflek melompat ke samping untuk menghindar. Dia masih ingin hidup. Dia tidak ingin ditabrak Regan.

"Regan!!"

Percuma. Teriakan Nita hanya angin lalu. Regan tatap melajukan mobilnya keluar dari lingkungan rumah Kakek Adri.

***

Regan memarkirkan mobilnya saat tiba di depan bangunan dua tingkat yang dijadikan markas olehnya. Markas yang dulunya berlantai satu kini berubah menjadi bangunan dua tingkat yang diberi fasilitas layaknya rumah.

Semuanya yang sedang duduk santai di depan markas menyapa Regan yang tengah berjalan memasuki bangunan tersebut. Sampai di dalam, Regan langsung disambut oleh sahabat-sahabatnya dan juga sebagaian anak buahnya.

Regan tak peduli. Wajah dinginnya tak berekspresi, dan langsung menempatkan dirinya di sofa.

"Kenapa lagi lo? Masalah sama Kakek lo lagi?" tanya Leo. Cowok itu meraih sebatang rokok, menyelipkannya di bibirnya lalu menyalakan rokok tersebut.

"Gue heran sama Kakek lo, Gan. Bisa-bisanya lo dijodoh-jodohin. Dulu sama si Fenny, sekarang si Nita," celetuk Jovan.

"Parahnya juga malah pacaran sama si mak tirinya Atla—"

"Kayaknya harus diperiksa otak Kakek lo," celetuk Jovan memotong ucapan Yudha. Matanya melotot tajam pada Yudha, seolah memberi peringatan pada cowok itu untuk tidak berbicara sembarangan.

Menyebut nama Atlana akan membuat situasi semakin buruk. Dia yakin, masalah Regan yang paling berat saat ini adalah belum juga menemukan Atlana.

"Ada info?" tanya Regan yang sudah pasti ditujukan pada Erteza yang hanya diam sejak tadi.

"Belum ada," jawab Erteza.

Regan tak mengatakan apapun. Dia beranjak meninggalkan keempat sahabatnya, dan berjalan menaiki tangga menuju lantai atas, dimana ada kamar miliknya.

Ada dua kamar di lantai atas. Diantara keduanya, kamar yang berada di bagian kanan adalah kamar milik Regan. Tidak boleh ada satupun yang masuk tanpa izinnya. Sementara satunya adalah kamar milik bersama. Siapapun yang ingin menggunakannya silakan. Hanya saja, tidak boleh ada yang melewati batas toleransi Regan dalam menggunakan kamar tersebut.

"Lo beneran belum nemu dimana Atlana, Za?" tanya Yudha, seolah tak percaya pada apa yang Erteza katakan pada Regan.

"Belum."

"Gimana bisa belum sih?"

Plak...

"Sakit bangsat!" Yudha mengumpat saat merasakan geplak kan dari Jovan dan Leo secara bersamaan.

"Lo pikir gampang nyari orang?" cetus Jovan. Kesal juga dengar Yudha asal ceplos.

"Tapi, gue rasa ini juga udah terlalu lama," sahut Leo tiba-tiba. Raut wajahnya berubah serius menatap ketiga sahabatnya yang kini semuanya fokus padanya.

"Lo semua pikirin aja. Udah setahun kita semua usaha buat nyari Atlana, tapi gak ketemu-ketemu. Orang-orang Regan yang ikut nyari juga semuanya profesional dan udah sering tangani kasus kayak gini. Bang Marvin juga kewalahan, bingung juga. Ini tandanya, ada sesuatu dibalik hilangnya Atlana. Pasti ada yang menutup akses kita buat dapetin celah untuk tau dimana Atlana."

"Gue juga mikir gitu." Setelah sejak tadi terdiam, Erteza pun bersuara. Dia juga memikirkan hal yang sama seperti Leo.

"Kalau gitu, orang yang ada dibalik hilangnya Atlana bukan orang sembarangan. Dia pasti orang yang punya kuasa," ujar Jovan.

"Orang yang punya kuasa... Jangan-jangan Kakek tua, kakeknya Regan."

Semua langsung menatap Yudha. Sepertinya, mereka berempat memikirkan hal yang sama. Tapi, mereka tidak bisa menuduh. Karena belum ada bukti apapun yang mengarah pada Kakek Adri.

***

Atlana menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya. Dua temannya yang sedang memakan makanan mereka menatap heran ke arah gadis itu. Sejak tadi, sudah terhitung beberapa kali Atlana menarik nafasnya.

"Lo kenapa?" tanya salah satu temannya, Sherly. Atlana menggeleng pelan.

"Ada masalah?" Kali ini Andreas yang bertanya. Dia mengenal Atlana. Gadis itu jarang seperti ini.

"Kak Rena pindah ke Indonesia," ucap Atlana memberitahu. Dia benar-benar sangat kesepian ditinggal kakaknya itu. Walaupun Renata jarang dirumah, tapi hubungan mereka sangat baik. Mereka saling menyayangi satu sama lain.

"Ke Indo? Sejak kapan?" Andreas menatap lekat Atlana.

"Udah seminggu lebih."

"Pantesan lo gak semangat akhir-akhir ini. Tapi, kayaknya gue setuju sama kakak lo. Pindah ke tanah kelahiran itu menyenangkan. Gue juga kalau libur nanti balik ke Indo. Udah kangen sama oma opa gue," sahut Sherly semangat.

Sherly dan Andreas adalah sahabat Atlana sejak gadis itu menginjak kampus tersebut. Keduanya juga berasal dari negara yang sama dengan Atlana. Hanya saja, keduanya memiliki darah campuran.

Lo gak tau aja Ely, gue takut Kakak gue kenapa-kenapa. Gak ada yang bisa jamin kakak gue aman kalau tiba-tiba hubungan gue sama dia kebongkar. Walaupun kemungkinan ada orang yang tau itu kecil.

"Oh ya, dari pada lo terus-terus kepikiran kakak lo, bentar malam ikut yuk, ke party nya sepupu gue."

Atlana menggeleng pelan menolak ajakan Sherly. "Gue ikut Mama Papa. Ada undangan makan malam bareng kolega Papa."

"Itu undangan dari Mama Papa gue," celetuk Andreas, membuat Atlana dan Sherly memutar bola mata mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!