Keputusan Atlana

Regan turun dari lantai atas setelah Atlana pergi bersama Erteza yang mengantarnya. Sengaja memang dia membiarkan Atlana pulang tanpa memaksa agar dia yang mengantar.

"Mantan lo udah balik."

Tatapan tajam Regan langsung terarah pada Leo. Mulut cowok itu suka sekali mengoceh soal mantan.

"Mantan cantik kayak Atlana udah pasti di kejar-kejar lagi, Yo. Ya kali mantan cantik dilepasin gitu aja," seru Yudha.

"Gue juga kalau mantan gue cantik bakal—"

"Lo semua mau mati?!!" Ketiga sahabat Regan itu langsung cengengesan. "Kita masih pacaran! Gak ada mantan diantara gue sama Atlana!" Tegasnya.

"Iya deh," ucap Yudha.

"Susah, Yud. Orang kalau udah cinta, putus pun masih dibilang pacaran," ujar Leo, lalu mereka bertiga terkekeh bersama. Kapan lagi mereka punya bahan untuk meledek Regan? Cowok itu terlalu sempurna bagi mereka yang sudah cukup lama bersahabat dengannya.

Tidak ada celah untuk menjadikan Regan bahan lelucon. Dan saat ada kesempatan seperti ini, mereka akan memanfaatkannya meski masih ada rasa takut jika lelaki itu benar-benar mengamuk.

Regan meraih botol minumannya kemudian meneguknya cukup banyak. Regan, toleransi alkoholnya tinggi. Minum banyak pun tidak membuatnya mabuk.

Setelah cukup banyak meneguk minuman beralkohol tersebut, Regan meninggalkan markas tanpa sepatah kata pun. Cowok itu melajukan mobilnya menjauh dari markas.

Beberapa saat berkendara, Regan tiba di sebuah rumah besar dan mewah. Rumah milik kedua orang tuanya. Langkahnya turun dari mobil dan memasuki rumah tersebut.

"Selamat malam Tuan Muda," sapa seorang pria. Dia kepala pelayan disana.

Regan hanya menganggukkan kepalanya. Langkahnya terus berlanjut hingga tiba di salah satu pintu kamar. Regan mendorongnya pelan, kemudian perlahan mendekati ranjang. Ia menarik kursi meja rias, memindahkannya ke sisi ranjang.

Regan duduk dengan tenang. Matanya menatap lekat pria yang tengah terbaring di ranjang.

"Maafin Regan, Pa," ucapnya pelan. Raut dinginnya tak menunjukkan apapun. Tapi matanya, ada pancaran kesedihan disana.

Tatapannya kemudian teralihkan pada nakas, menatap dua foto yang terpajang di atasnya. Mamanya tersenyum cantik, berdiri diantara dirinya dan sang Papa. Wanita itu juga tersenyum ceria dalam rangkulan hangat sang Papa pada foto satunya.

"Maafin Regan, Ma," gumam cowok itu pelan.

***

Atlana duduk diam sambil menatap Renata yang sedang menulis sesuatu. Dokter cantik itu masih sedikit sibuk dengan pekerjaannya. Dan Atlana masih setia menunggu kakaknya untuk makan siang bersama.

"Udah."

"Udah, Kak?"

"Udah. Ayo, mau makan siang dimana?"

"Kakak istirahatnya gak lama, kan?"

Renata mengangguk pelan. Istirahat makan siangnya tidak banyak. Ada beberapa urusan yang harus ia lakukan setelah ini. Dia meluangkan waktu makan siangnya karena adik kesayangannya itu yang memintanya. Jika tidak, dia akan makan siang di ruangannya saja.

"Kamu mau makan siang dimana?"

"Gak jauh dari sini ada restoran. Kita makan siangnya di sana aja."

"Ya udah. Ayo."

Senyum Atlana mengembang. Dengan perasaan senang yang membuncah, dia menggandeng Renata keluar dari rumah sakit. Walaupun letak restoran bisa dijangkau dengan jalan kaki, kedua gadis itu memilih menggunakan mobil untuk menghemat waktu mereka bersama.

"Kakak belum pernah kesini lho, Lan. Ternyata bagus tempatnya," ujar Renata setelah mereka memasuki restoran tersebut.

"Hehe, aku juga belum pernah kesini, Kak." Atlana cengengesan. Keduanya lalu memesan makanan setelah mendapat tempat untuk diduduki. Tak butuh waktu lama untuk mereka mendapatkan pesanan mereka. Atlana dan Renata langsung melahapnya ketika pesanan itu tiba.

"Kakak hari ini pulang larut lagi?"

"Kayaknya gak terlalu larut. Jam sepuluh mungkin udah pulang."

Atlana mengangguk pelan. "Aku abis ini mau ketemu saudara tiri aku." Renata menatap adiknya dengan lembut. Dia akan mendukung keputusan apapun yang akan adiknya buat selama itu baik untuk adiknya. Dia akan menasihati adiknya jika ada sesuatu yang menurutnya salah.

Mengenai saudara tiri Atlana, dia sudah tahu karena Atlana menceritakan padanya.

"Kayaknya aku mau perbaiki hubungan aku sama saudara tiri aku, Kak."

Renata menyentuh lembut punggung tangan adiknya. Dia tersenyum tipis pada adiknya. "Kakak dukung semua keputusan kamu. Kalau kamu merasa nyaman dengan semuanya, Kakak sudah pasti dukung."

"Makasih, Kak." Atlana tersenyum membalas Kakaknya.

Keduanya lalu terlibat obrolan-obrolan ringan. Hingga mereka menyelesaikan makan siang mereka, Renata kembali ke rumah sakit sementara Atlana langsung menuju cafe tempat Dara bekerja.

"Ada apa?" tanya Dara ketika Atlana tiba di cafe dan memintanya untuk berbicara sejenak.

Atlana menarik nafasnya. "Gue mau ajak lo balik ke rumah."

"Maksud lo?"

"Gue mau lo tinggal lagi di rumah."

Dara menggeleng pelan. "Gue gak bisa. Itu bukan rumah gue."

"Papa juga anggap lo sebagai putrinya."

"Tetap aja. Gue gak punya hak. Gue bukan putri kandung Yuni. Seharusnya yang dapat itu putri kandung Yuni, bukan gue."

"Tapi dia gak ada, Dar. Yang papa tau itu cuman lo, bukan yang lain."

"Gue gak mau, Na." Dara beranjak dan hendak meninggalkan Atlana. Tapi, kalimat yang Atlana ucapkan membuat Dara terhenti.

"Kenapa lo gak kerja di restoran punya papa aja?"

Dara berbalik. Dia tersenyum miring pada Atlana. "Lo masih berpikir kalau restoran itu masih punya lo? Sejak lo pergi setahun lalu, restoran itu juga dua cafe punya papa udah diambil alih sama Yuni. Dan itu berkat bantuan pacarnya, si pria tua itu."

Atlana terdiam. Dia tak menyangka jika harta peninggalan papanya jatuh ke tangan Yuni lagi. Dia belum sempat mencari tahunya sejak dia kembali dari Australia. Yang ia tahu, dia kehilangan surat-surat penting yang berhubungan dengan restoran dan cafe, saat dia mengalami hal buruk setahun lalu.

Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah kakek Adri yang membantu Yuni mendapatkan restoran dan cafe tersebut. Lelaki tua itu, dia mengingkari janjinya.

Tangan Atlana terkepal erat. Dara yang melihatnya hanya bisa menarik nafas pelan. Jujur, dia tidak ingin terlibat dalam urusan apapun. Hidupnya sudah cukup baik dan tenang sekarang.

"Gue balik kerja dulu."

Atlana tak mengatakan apapun. Ada perasaan tak terima yang mengusik hatinya. Setelah beberapa saat terdiam, Atlana beranjak meninggalkan cafe.

Namun, saat tiba di parkiran, langkahnya terhenti dan pandangannya lekat menatap Regan yang berdiri bersandar pada mobil, yang juga sedang menatap ke arahnya.

Atlana menarik nafasnya dan menghembuskannya pelan. Terhitung sudah dua hari sejak Regan memberinya pilihan, ia mengabaikan cowok itu.

Dari kemarin Regan beberapa kali menghubunginya dan mengirimkan chat untuknya. Tapi, ia membiarkannya saja. Dia tidak peduli pada pilhan yang Regan tawarkan dan memilih jalan keluar lain.

Dia akan mencarikan pekerjaan yang layak untuk kakak ipar Ghea. Niatnya ingin kakak ipar Ghea mengurus restoran dan cafe milik papanya. Tetapi semua harapannya pupus mendengar ucapan Dara tadi.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap Atlana ketika berdiri di hadapan Regan dengan jarak dekat.

"Ayo." Regan meraih tangannya dan membawa Atlana memasuki mobilnya. Dia lalu memakaikan sabuk pengaman untuk Atlana, kemudian menempati kursi pengemudi dan melajukan kendaraan roda empat tersebut.

"Mau ngomong apa?"

Atlana menoleh pada Regan. "Gue mau omongin soal restoran sama cafe peninggalan papa gue."

Tak ada tanggapan dari Regan. Atlana mengalihkan tatapannya dan menunduk. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyum miris. Dia merasa bodoh membicarakan ini pada Regan. Cowok itu tidak ada hubungan apapun dengannya ataupun dengan restoran dan cafe. Kenapa dia harus membicarakannya dengan Regan?

"Lupakan. Gue gak seharusnya membicarakan ini sama lo."

"Lo udah tepat omongin soal itu sama gue," jawab Regan. "Restoran sama cafe bokap lo sekarang milik gue."

Atlana langsung menoleh pada Regan. "Milik lo? Tapi, bukannya sekarang itu—"

"Punya wanita ular itu?" Regan tersenyum miring. "Sejak dua hari lalu, restoran sama cafe itu punya gue."

Atlana terdiam. Ini artinya dia tetap tidak bisa mendapatkan pekerjaan untuk kakak ipar Ghea. Atlana menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan.

"Gue tau, lo mau pekerjakan kakak ipar Ghea, kan?"

Atlana memejamkan matanya. Dia tidak tahu Regan bisa berpikir sampai ke arah situ. Bagaiamana dia bisa membantu keluarga Ghea? Meminta tolong pada papanya pun dia sungkan. Dia sudah banyak merepotkan pria paruh baya itu.

Atlana membuka matanya dan kembali menatap Regan. "Regan, lo—"

"Cuma ada dua pilihan— balik lagi ke gue, atau biarin kakak ipar Ghea berjuang cari kerja. Dan asal lo tahu, biasanya orang yang dipecat dari perusahaan milik Alderald's Group akan kesulitan dapat pekerjaan."

Atlana lagi-lagi menarik nafasnya. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi Regan yang sekarang.

Suasana di mobil itu menjadi hening. Atlana terdiam, seolah tengah berperang dengan pikirannya sendiri. Bahkan hingga mobil Regan berhenti di basement apartemen cowok itu pun Atlana masih saja terdiam.

Regan menatap gadisnya. Ada sedikit rasa tak tega melihat gadisnya yang terus kepikiran. Tapi, rasa ingin memiliki Atlana kembali lebih mendominasi, sehingga ia mengabaikan rasa kasiannya pada gadis itu.

"Na—"

"Oke. Gue mau," potong Atlana cepat sambil menatap mata Regan.

"Mau apa?"

"Gue mau balik sama lo."

Sudut bibir Regan langsung tertarik membentuk senyum manis. Senyum yang sangat jarang atau mungkin tidak pernah ia perlihatkan ke orang-orang, bahkan pada sahabat-sahabatnya.

Tanpa mengatakan apapun, Regan melepas sabuk pengamannya dan langsung memeluk erat Atlana. Berkali-kali ia berikan kecupan di kening gadis itu. Setelah satu tahun terpuruk dalam berbagai masalah, akhirnya dia bisa merasakan kebahagiaannya kembali.

"Makasih, Na. I love you," bisik Regan.

Atlana terdiam mematung. Namun, beberapa saat setelah bisikan Regan, tangannya bergerak membalas pelukan cowok itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!