POV Pria di Cafe
Kulihat waitress itu mengucurkan darah dari tangannya. Itu agak menggangguku. Tapi akhirnya dia dimarahi pria tua yang dipanggil bos oleh mereka. Aku masih nyaman dengan diamku dan tetap menonton, kuacuhkan pertanyaan pria itu saat dia melihat kondisiku.
Akhirnya waitress itu dimarahi dengan suara yang keras, apakah semakin tua orang akan semakin lupa akan malu? Ada beberapa meja yang berisi pengunjung di cafe ini dan mereka semua menyaksikan seorang pegawai dimarahi didepan umum dengan kasarnya.
Aku heran apakah pria ini tidak peduli dengan darah yang menetes tanpa henti dari seorang wanita. Dia tetap melanjutkan amarahnya. Dan sampai dimana bos cafe itu mengatakan hal yang membuat waitress itu menangis, hatiku tersayat. Waitress yang dipanggil Elena ini tampak sangat rapuh dan lemah. Anehnya aku merasakan rasa iba saat melihatnya menjatuhkan air matanya.
Setelah bos itu pergi meninggalkan kami, aku langsung menyuruh barista cafe itu untuk mengobati lukanya.
Lalu setelah semua kekacauan ini dibersihkan, aku melanjutkan pekerjaanku sambil menunggu rekan bisnisku. Aku sudah meminta pihak cafe untuk membelikan baju ganti untuk pakaianku yang kotor. Walaupun aku tidak yakin waktunya akan sempat sebelum rekan bisnisku datang.
Dan benar yang kuterka, dia datang tidak lama sebelum aku bisa mengganti pakaianku. Robinson Adam, pebisnis yang tidak segan mengkritik lawan ataupun rekan bisnisnya. Dia merupakan orang yang terkenal dikalangan pebisnis dan termasuk tokoh yang keras dan kejam. Perusahaannya termasuk kedalam perusahaan terbesar di negara ini. Orang yang membencinya pun akan tetap memakai topeng didepannya demi menjalin hubungan baik, termasuk aku.
Dia datang dengan asistennya dan duduk di kursi yang ada di depanku. Dia tersenyum mengejek sambil melirik bajuku.
"Ada apa dengan bajumu anak muda. Begini kah caramu menemui rekan bisnismu yang lain?" tanyanya dengan raut wajah merendahkan
"Saya sangat minta maaf atas penampilan saya kali ini. Ada kecelakaan yang menimpa saya beberapa saat lalu. Mohon maafkan saya, ini diluar rencana saya. Lain kali tidak akan terjadi lagi." kataku
"Hm. Aku mengerti. Ini merupakan cafe milik temanku saat masih muda. Aku sudah menghubunginya barusan. Apakah kau bertemu dia?"
"Ya sudah pak. Beliau baik dan sangat membantu saya tadi" kataku
Tidak lama setelah kami bercengkrama, bos cafe itu datang dan menghampiri kami.
"Robin!" panggil bos cafe
Setelah itu mereka berpelukan dan bersenda gurau sebentar
"Maaf Robin, rekan bisnismu mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan di cafe kami sehingga baju beliau kotor. Beliau sudah meminta pakaian ganti dan kami sudah memesannya sebagai ganti rugi. Tapi sayangnya kau lebih cepat datang dari pakaian beliau. Jadi mohon maklumi penampilan beliau saat ini."
"Ah.. Iya, aku sudah mendengar alasan darinya tadi" kata Robin sambil melirik ke arahku
Setelah beberapa menit bercengrama, bos cafe itu meninggalkan kami berdua. Dan kami melanjutkan pembahasan bisnis kami.
Sudah berselang lama kami membahas pekerjaan. Robinson mendapat panggilan telepon dan izin sebentar untuk mengangkat teleponnya. Maka kami jeda sebentar presentasi ini.
Saat menunggu Robin selesai menelpon, mataku nanar memutari sekeliling cafe. Tak disangka bola mataku menyaksikan perbuatan waitress penyengkang itu sedang mengantongi uang hasil dari pembayaran customer. Dia. Dia mencuri! Dan mungkinkah waitress yang bernama Elena tadi yang dituduh mencuri?
POV Author
Sekarang menunjukkan pukul 3 sore, waktunya jam pulang. Elena mengemasi barang-barang yang ada di lokernya. Wajahnya masih lesu sejak tadi pagi. Tapi setelah ini, dia harus memikirkan untuk mencari pekerjaan baru secepatnya.
Sudah tiga kali Elena mengalami hal yang sama, dulu dia juga pernah dipecat karena difitnah oleh rekan kerjanya sendiri atau bahkan dibenci bos karena dianggap lalai dan tidak becus dalam bekerja, padahal dia hanya melanjutkan pekerjaan yang dikerjakan oleh rekan kerjanya.
Cafe ini adalah tempat terlama dia bekerja. Teman-temannya disini banyak yang menyukainya dan ada Arnold yang selalu ada menemani dan membantunya. Arnold pula yang menceritakan dan memuji-muji Elena didepan rekan kerja lainnya. Tapi semua kenyamanan itu akan berhenti sampai hari ini.
Elena keluar membawa barang-barangnya bersama teman lainnya. Semua teman kerja Elena kecuali Mirna, menyemangatinya sebelum berpisah. Arnold berjalan ke samping Elena menawarkan untuk mengantarnya pulang. Elena setuju.
Elena pulang naik motor Arnold. Sesampainya dirumah Elena, dia mengucapkan terima kasih dan berpamitan ke Arnold.
"Kalau kau tidak sibuk, kau keberatan bila aku mentraktirmu makan? Yaa... Aku hanya ingin menghibur temanku" kata Arnold menawarkan
Elena diam sebentar. Dia berpikir mungkin stresnya akan mereda bila keluar mengisi perut dengan makanan. Apalagi kali ini ditraktir. Jena juga belum pulang jam segini. Daripada mengunci diri dirumah, pikirannya akan menjadi kemana-mana. Kemudian Elena mengiyakan.
"Baiklah. Aku harus pesan makanan paling enak kali ini. Aku akan berganti baju sebentar, kau tunggulah di dalam" kata Elena sambil membuat ekspresi senyum kegirangan
"Tidak. Aku akan menunggu di sini saja."
"Jangan, matahari terik, nanti kulitmu menggelap"
"Makanya kau cepatkan, tidak perlu memperbaiki riasanmu. Biar aku tidak terbakar disini."
"Wajahku sudah berminyak tahu. Kau tidak malu membawaku yang dekil begini. Kau tunggu di teras saja kalau begitu." kata Elena memasang raut wajah kesal. Arnold mendengar itu hanya tertawa dan mengiyakan.
Belasan menit kemudian, Elena sudah selesai dan mereka bersiap pergi.
"Kau mau makan apa?"
"Terserah saja. Kau yang ajak, aku ikut saja" jawab Elena
"Aku lupa, aku salah bertanya" batin Arnold sambil memasang wajah masam
Kemudian Arnold membawa motornya ke sebuah restoran mewah di Kota.
"Kau yakin kita akan makan disini?"
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Kau tidak perlu melakukan sampai sejauh ini. Aku segan tahu."
"Tidak apa-apa. Kita akan jarang bertemu setelah ini, aku ingin kau mengingat aku yang sudah membawamu makan di tempat mahal. Sudah ayo!"
"Kalau tahu kesini, aku akan pakai bajuku yang lebih bagus dari ini."
"Tidak apa-apa, semua orang kaya tidak selalu pakai jas tahu! Mereka suka pakai kaos oblong dan celana potong. Penampilanmu juga tidak memalukan."
"Aku—. Aku ingin menangis.. Terimakasih Arnold. Huhu... Kenapa kau sangat baik kepadaku. Aku belum bisa membalas semua kebaikanmu selama ini." kata Elena sambil menutupi wajahnya hendak menutupi air mata bahagianya yang akan terjatuh
Arnold tersenyum senang melihat tingkah Elena yang menurutnya menggemaskan. Dia suka Elena, karena Elena adalah orang yang manis dan tulus. Kemudian memeluk Elena dengan lembut sambil mengusap kepalanya.
Kemudian setelah drama mengharukan itu, mereka masuk dan memesan makanan. Elena menyamakan pesanannya dengan Arnold. Elena sangat menikmati makanannya, meresapi pelan-pelan setiap suapan yang dimakannya.
Saat sedang asik bercengkerama dengan Arnold, mata Elena terpaku melihat seseorang yang jelas dia kenal. Pria di Cafe! Tidak heran bila pria itu ada disana. Elena ingin menyampaikan maaf sekali lagi. Tapi sepertinya akan tidak sopan bila mengganggu disaat pria itu sedang makan. Bisa saja nafsu makannya hilang saat melihat Elena meminta belas kasihan.
Tadi di Cafe, Elena ingin meminta maaf secara langsung, tetapi pria itu sedang bercengrama dengan rekan bisnisnya. Makanya tadi Elena mengurungkan niatnya.
Elena kemudian menceritakan rencananya kepada Arnold dan mereka pun setuju untuk menemui pria itu sampai dia beranjak pergi.
Sampai waktunya si pria itu melangkah keluar, Arnold dan Elena mengikuti sampai ke depan.
Elena memanggil pria itu, "Tuan, tuan, saya ingin meminta waktu anda sebentar tuan."
Pria itu berbalik arah dan terkejut bahwa Elena yang memanggilnya.
Akhirnya mereka saling menatap satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ray
aku baca lagi, walaupun sedikit lupaa😫
2023-11-06
0