Di Cafe
Kring! Kring! (Bel pintu masuk)
Seorang pria masuk, dia membuat semua mata wanita di dalam cafe terpesona melihatnya. Pria bertubuh tinggi berpakaian rapi, nampak seperti pria kantoran, memiliki paras rupawan. Alis tebal dengan mata coklat yang indah. Parasnya seperti campuran belanda. Dia masuk sambil menelepon seseorang lewat ponselnya, lalu duduk di meja dekat jendela yang langsung menghadap ke arah parkir.
Walaupun di pinggiran kota, cafe ini cukup luas dan bagus. Suasananya nyaman dan pelanggannya cukup ramai.
"Selamat datang Tuan. Silahkan pilih menunya. Anda mau pesan apa?" sambut Mirna dengan senyum terbaiknya
"Hm.. Saya pesan Americano saja."
"Apakah tidak ada yang lain tuan?"
"Tidak."
"Baik tuan. Mohon ditunggu.."
"Hmm." jawab pria itu sambil mengangguk tanpa melihat wajah Mirna sedari tadi
Setelah memberikan pesanan kepada Barista, Mirna disuruh oleh Barista untuk mengelap meja yang kotor.
"Mirna, tolong bersihkan meja kotor itu dong. Pelanggan sudah lama pergi, tapi dari tadi tidak dibersihkan" kata pria paru baya seorang barista di cafe itu
Mata Mirna langsung mencari keberadaan Elena. Biasanya Elena yang disuruh oleh Mirna untuk membersihkan meja bekas pelanggan. Namun sayangnya Elena sedang ke toilet. –Mirna lebih senior dan lebih tua dari Elena–
Kebetulan meja kotor itu tepat di sebelah meja pria tampan tadi. Mirna tidak jadi malas karena hal itu.
"Oke oke." jawab Mirna setelahnya lalu mengambil semprot pembersih dan segera menuju meja kotor itu.
Setelah menu pria tampan tadi siap, Barista memberikan kepada Elena. Elena langsung menerimanya. Mirna yang melihat itu sangat kesal.
Saat Elena berjalan menuju meja pria tampan itu, Mirna yang sengaja menyekang jalan Elena dengan kakinya sehingga Elena terjatuh menumpahkan minuman itu ke arah pria tadi.
BRUUK!!
"Aduh!" sontak Elena kesakitan dan tersungkur di lantai. Sedangkan tumpahannya berserakan di meja pria tadi dan dilantai.
PRAANG!! Sepersekian detik kemudian gelas Americano tadi jatuh menggelinding ke lantai didekat Elena tersungkur. Sontak Elena hanya menutup matanya saat pecahan gelas itu berserakan mengenainya. Lengkap sudah duka Elena saat itu.
"Aaahh!!!" teriak Mirna kencang karena terkejut akibat suara pecahan gelas itu
Pria itu hanya diam, masih memandangi tabletnya yang sedari tadi dia pakai untuk bekerja. Wajahnya datar tapi menyiratkan bahwa dia sedang marah. Tabletnya dibasahi Americano dan juga sempat terkena benturan dari nampan. Percikan dari Americano tadi juga mengenai kemeja putihnya.
Elena mencoba bangkit dari lantai. Tapi pada saat mencoba menumpukan tangannya, ternyata ada beling kaca yang mengenai telapak tangannya.
"Aaackk" lontar Elena tercekit kesakitan, kemudian mencoba melepaskan tancapan beling di telapak tangannya
Barista yang melihat Elena terjatuh datang menghampiri dan membantu.
"Elena! Kau tidak apa-apa?" tanya barista sambil membantu bangkit berdiri
"Tidak kok kak. Terimakasih ya kak" jawab Elena sambil tersenyum
Kemudian Elena melihat hasil dari kekacauan yang dia perbuat. Betapa lemasnya dia setelah melihat tablet pria itu basah dan terkena kemejanya juga.
"Maaf tuan. Saya sungguh minta maaf, saya sangat ceroboh. Mohon maafkan saya tuan." kata Elena sembari memasangkan kedua tangannya sambil membungkuk.
Pada saat itu juga, si Bos keluar dari ruangannya menghampiri mereka
"Ada apa ini? Cepat jelaskan kekacauan yang terjadi disini?!" kata si Bos
Setelah jeda beberapa detik, si Bos langsung mengucapkan permintaan maaf kepada pria tadi.
Pria itu melihat si Bos dengan wajah datar, dia masih enggan angkat bicara.
"Saya akan memarahi dan langsung memecat pegawai saya! Maaf atas ketidaknyamanan ini pak." jelas si Bos kepada pria itu
Elena yang mendengar kata-kata si Bos langsung menoleh dan tercengang. Dia tidak ingin dipecat.
"Kalian? Siapa yang membuat kekacauan ini? Cepat katakan!" kata si Bos sambil melihat Elena, seperti langsung menuduh Elena sebagai pelakunya
Mirna dan si Barista yang secara spontan melirik ke arah Elena. Tapi tidak dengan pria itu, dia melihat ke arah Mirna. Ya, pria itu tahu kaki Mirna yang membuat Elena jatuh. Makanya dia tidak langsung memarahi Elena dan belum ingin menuduh Mirna sebagai sumber masalahnya.
Si Bos yang lebih percaya bahwa Elena pelakunya bukan hanya karena lirikan Mirna dan si Barista, tapi juga baju Elena yang juga kotor terkena tumpahan dan tangan mengucurkan darah sedari tadi.
"Hahaha... Tolonglah Elena, aku sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa kepadamu. Kenapa selalu kau yang membuat masalah di tempatku! Tak hanya mencuri, kau juga mengganggu ketenangan pelangganku disini. Aku sudah ingin memecatmu dari sejak lama, tapi aku kasihan kepadamu yang miskin dan hanya hidup sebatang kara!" ucap si Bos kepada Elena
Hati Elena sangat hancur dan terpukul setelah mendengar perkataan dari Si Bos. Kenapa membawa-bawa masalah itu. Pernyataan itu merupakan titik kelemahan Elena sedari dulu. Seketika air mata Elena mengucur deras, hatinya lebih sakit dari sayatan ditangan Elena yang mengeluarkan darah sedari tadi.
"Tidak perlu kau menangis, air matamu air mata buaya. Aku tidak percaya lagi denganmu. Ini akan menjadi hari terakhirmu bekerja disini." kata si Bos kepada Elena
Sekujur tubuh Elena lemas seketika, seperti baru berlari berkilo meter, tenaganya hilang entah kemana. Ingin rasanya dia mengeluarkan kata-kata untuk membela dirinya sendiri, tapi selalu saja bibir Elena tidak bisa mengatakan yang sebenarnya karena takut dirinya dianggap banyak alasan dan omong kosong.
Kemudian si Bos berbalik kembali ke ruang kerjanya, meninggalkan Elena yang masih menunduk rendah.
Pria itu memandangi Elena dengan iba. Hati Elena yang hancur seakan-akan terbagi kepada pria itu.
"Bantu dia untuk mengobati lukanya." pintah pria itu kepada si barista, yang disusul oleh anggukan si barista.
Tidak hanya pengunjung yang datang disana melihat ke arah mereka. Dari arah pintu dapur, nampak pegawai cafe itu berdiri menonton peristiwa tersebut.
Setelah kekacauan tadi dibersihkan, Elena bersikukuh ingin kembali bekerja setelah diobati lukanya, walaupun para teman kerjanya sudah menyuruh Elena untuk beristirahat dan menenangkan diri. Teman kerja Elena pula merasa iba dengan kejadian yang menimpa Elena hari ini.
Pria tadi nampak sedang bercengkrama dengan orang lain yang sama rapi dan formalnya. Sepertinya orang itu merup.akan rekan bisnisnya. Elena masih mengurungkan niatnya untuk meminta maaf sekali lagi kepada pria itu.
POV Pria di Cafe
Rekan bisnis kali ini membuatku kesal karena selalu mengundur janji untuk bertemu. Hari ini aku sudah mendatangi perusahaan mereka untuk bertemu bos perusahaan ini. Tapi aku malah diminta menemui nya di Cafe ini, karena dia sedang ada keperluan mendadak di daerah sini. Perusahaan ini memang salah satu perusahaan besar dan sangat menguntungkan bila menjalin kerja sama. Tetapi sayangnya pemilik perusahaan ini sangat arogan dan sombong. Aku harus merelakan harga diriku dipermainkan oleh si tua bangka itu.
Jam menunjukkan pukul 12 siang, aku sudah sampai di Cafe yang dimaksud. Aku langsung duduk di meja paling pojok dekat jendela yang pemandangannya mengarah ke area parkir untuk memantau kedatangan rekan bisnis kali ini.
Setelah memesan pesanan, sambil menunggu aku membuka tabletku untuk mengerjakan pekerjaan yang bisa dikerjakan.
Setelah menunggu beberapa menit, aku melihat salah satu waitress datang menghampiriku. Bola mataku tetap tertahan kearah waitress yang membawa pesananku. Bukan ke wajahnya, tapi ke arah tangannya yang membawa minumanku. Tak diduga, aku melihat kejadian yang sangat-sangat membuatku tercengang. Aku melihat kaki waitress lainnya menyengkang kaki secara sengaja.
BRUUKK!
Americano ku tumpah ke arahku dan nampan yang dibawa waitress itu terjatuh mengenai tabletku. Tabletku basah dan terbentur nampan. Dan kemeja putih yang kupakai dibalik jasku terkena percikan airnya. Sontak kepalaku memandangi kemejaku yang kotor. Ini adalah pertemuan dengan orang penting dan penampilanku sekarang akan menjadi cibiran. Pikiranku masih terpaku memandangi kotornya diriku sekarang.
Aku mengacuhkan suara waitress yang memohon permintaan maaf dariku.
Terlihat suara menggelegar menghampiri kami. Kulihat kearah suara itu yang kupikir itu pasti pemilik atau manajer dari cafe ini. Bibirku sudah gatal ingin angkat bicara, tapi anehnya aku masih menahan untuk tidak mengeluarkan kata-kata dari bibirku dan terus mengamati drama yang sedang terjadi di depanku. Mungkinkah jiwaku sebenarnya menganggap ini hiburan? Mungkin menyaksikannya sedikit lebih lama akan seru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ray
baru baca lagi😫
2023-10-31
0