Membeli Susu Hamil

“Kenapa kita berhenti di sini?”

Nara menatap sekitarnya dengan bingung, dirinya bingung kenapa Alan membawanya ke sini bukan langsung pulang.

Alan tidak menjawab pria itu malah menarik tangan Nara masuk ke dalam, jika kalian berpikir berpegangan tangan dengan mesra kalian salah, Alan menarik Nara dengan pelan yang tinggal di belakang seperti menarik anak kecil yang disuruh mandi oleh Ibunya.

“Tapi Ka-”

Alan langsung membalikkan badanya melihat ke arah Nara dengan tidak suka. Nara seketika ciut melihat wajah tidak suka Alan, Ia takut mengimbangi jalan Alan dan berdiri di samping pria itu, rasanya tidak pantas berasa di samping Alan.

Ia tahu Alan seorang yang disegani, bahkan dari cara keseharian seperti pakaian, cara jalan saja mereka terlihat berbeda seolah mencerminkan betapa bedanya kasta mereka.

“Kemana panggilan mas yang kamu gunakan?” tanya Alan dengan nada ketusnya.

Alan mengabaikan Nara, Ia menarik Nara yang masih jalan dibelakangnya dan mengajaknya menuju supermarket.

Nara melihat ke arah sekitar, sudah lama dirinya tidak ada ke tempat ramai seperti ini. Jika saat dirinya masih kuliah dulu Ia dapat pergi sesukanya dan main sesukanya namun sekarang berbeda. Alan mengajaknya ke sebuah mall besar yang ada di pusat kota dekat dengan rumah sakit.

“Pilihlah barang yang kamu butuhkan,” titah Alan dengan singkat

Nara terdiam di tepatnya, tanganya sudah dilepas oleh Alan. Ia melihat Alan dengan bingung, apa maksud pria ini? jujur sikap Alan sekarang ini terlalu tiba-tiba.

“Ma-maksudnya?” tanya Nara dengan bingung

Alan menarik nafas panjang, bukankah Nara itu terkenal dengan kepintaranya? bukankah saat kuliah dulu Ia terkenal sebagai mahasiswa prestasi? kenapa hal kecil seperti ia tidak paham? kesal Alan di dalam hati.

Alan menarik tangan Nara dan juga mengambil keranjang belanjaanya. Ia membawa Nara menuju rak susu ibu hamil.

“Pilihlah,” ujar Alan dengan singkat melepaskan tangan Nara

Nara menatap Alan bingung, kenapa dengan pria ini? kenapa ia berubah menjadi baik? bukan, bukan berarti selama ini Alan tidak baik namun Alan itu cuek dan ini kali pertama kalinya Ia jalan berdua dengan Alan selain jalan di atas altar.

“Cepat, saya harus segera kembali ke kantor,” ujar Alan kepada Nara.

Nara terkesiap, Ia berjalan menuju rak susu tempat biasa Ia minum, Ia melihat harga susu tersebut. Kenapa harga di supermarket ini sangat berbeda jauh? walau beda dua puluh ribu tapi bagi Nara itu terbilang mahal. Ia ragu, Ia melihat ke bawah melihat merek susu yang sama namun ukuran yang lebih kecil.

Nara mengambil itu, setidaknya ini tidak semahal yang ukuran sebelumnya.

Alan mengerutkan keningnya melihat bagaimana Nara yang awalnya tertarik dengan susu ukuran sedang berpindah ke kecil?

“Kenapa kamu milih yang kecil?” tanya Alan dengan bingung.

Nara terkesiap, dirinya menoleh ke arah Alan dengan terkejut. “Huh? oh harga susu di sini ternyata jauh berbeda dibanding supermarket dekat rumah atau di pasar, kemarin aku beli sama Bi Rena tidak semahal itu,” ujar Nara

Alan berkerut bingung, emang kenapa jika harganya mahal? apa Nara berpikir bahwa Ia meminta wanita itu bayar? Alan kesal, seolah Nara meremehkannya. Ia kemudian terdiam, ternyata Nara selama ini membeli susu di dekat supermarket rumah mereka atau ke pasar dengan Bi Rena.

Ia jadi sadar, selama menikah Nara tidak pernah meminta apapun kepada dirinya. Bahkan untuk mengatakan kue yang ia inginkan saja, ia tidak mau.

Jangan mengatakan bahwa Alan tidak memberi Nara nafkah, Alan memberi Nara uang yang terbilang cukup besar ke dalam rekening wanita itu yang khusus ia buat, lalu kemana uang itu digunakan oleh Nara?.

Ia selalu memantau rekening wanita itu, Ia melihat Nara mengambil uangnya dengan penuh, belum lagi uang yang diberikan oleh Mama dan juga Papa kepada Nara.

“Kenapa kamu pelit sekali dengan uang untuk keperluanmu?” tanya Alan dengan bingung.

Nara mengerut bingung mendengar perkataan Alan. Jika Ia memiliki uang pasti Ia sudah membeli semua yang Ia inginkan, Ia juga harus menyiapkan uang untuk persalinanya karena itu Ia perlu berhemat.

“Maksudnya?” tanya Nara bingung maksud Alan.

“Pilihlah yang besar,” ujar Alan dengan datar mengabaikan pertanyaan dari Nara.

Nara terkejut saat Alan memasukkan susu hamil yang ukuran paling besar, itu terlalu besar dan belum tentu Nara bisa membayarnya.

“Jangan, yang kecil sudah cukup. Uangku cukup membayar yang kecil,” ujar Nara berusaha mengembalikan susu hamil dengan ukuran besar diambil oleh Alan.

Alan mengabaikanya, Ia memasukan ke dalam keranjang bahkan menambahkan dua kotak susu ukuran lebih besar.

“Alan,” kaget Nara

Alan mengabaikan Nara, Ia berjalan meninggalkan Nara yang masih berdiri di tempat. Alan berjalan menuju perlengkapan mandi dengan Nara yang masih mengikuti Alan dari belakang, dirinya tidak membantah karena tahu Alan tidak bisa dibantah.

Alan memilih mana yang bagus namun Ia bingung. Sabun mandi dan samponya sudah habis mumpung di sini Iebih baik ia langsung saja membeli, bukan? Ia mencoba mencari merek yang sama yang sudah Ia ingat, ia berjalan ke rak yang mahal karena tahu sabun yang ia beli itu pasti yang mahal namun ia tetap tidak menemukanya.

“Kaka cari apa?” tanya Nara dengan ragu. Ia bingung sebenarnya apa yang dibeli oleh Alan yang sedari tadi memilih-milih, kakinya sudah capek menunggu pria itu menemukan barang yang Ia cari.

Alan menoleh kebelakang melihat Nara yang juga melihat ke arahnya.

“Saya mencari sabun yang dibeli Bi Rena kemarin,” ujar Alan singkat.

“Sabun?” tanya Nara bingung

“Harumnya lavender dan segar,”

Nara terdiam, ia seketika teringat ketika ia salah memasukan stok sabun Alan yang habis ke dalam dispenser sabun elektrik milik pria itu.

Nara berjalan ke samping, ia mengambil botol sabun levender tersebut dan memberikanya kepada Alan. “Ini sabunya,” ujar Nara

Alvin berkerut bingung, kenapa Nara tahu? Ia membuka tutupnya dan mencium harumnya

Sama

Dari mana Nara tahu? Alan melihat ke kabel harga dibawahnya, ia terkejut jadi selama ini sabun yang ia gunakan bukanlah sabun mahal yang ia pikirkan, melainkan berada di rak sabun pasaran?

“Darimana kamu tahu?” tanya Alan kepada Nara.

Nara terdiam, apakah Alan akan marah jika ia jujur? ia takut “Se- sebenernya aku yang menggantikannya,” ujar Nara dengan nada pelan.

Nara menarik nafas panjang, ia tahu mata elang Alan itu meminta penjelasan darinya. “Aku tahu kamu sempat gatal-gatal saat pergi ke kantor waktu itu dan aku tahu kulit kamu sensitif mangkanya aku memilih sabun ini karena dia ramah untuk kulit sensitif dan juga harumnya menenangkan untuk tidur,” ujar Nara dengan lebar. Ia berharap semoga saja Alan tidak marah karena kelancanganya

Karena Nara tahu bahwa Alan tidak suka barang miliknya dicampuri orang lain apalagi oleh dirinya.

“Lain kali jangan lancang mengenai barang saya,” ujar Alan dengan datar, Ia meletakan sabun tersebut ke rak dan tidak memilihnya. Ia berjalan ke tempat lain dan tidak menjadi memilih sabun maupun sampo.

Nara menunduk pelan, dirinya tahu bahwa Alan marah.

“Maaf,” ujar Nara dengan lirih.

Alan mengabaikanya dan berjalan menuju ke rak makanan, Nara mengikuti dari belakang dengan memberi jarak sedikit jauh agar Alan tidak semakin marah.

Nara mengalihkan pandangannya ke arah sekitar makanan, banyak snack dan juga kue hingga matanya tertarik dengan coklat di atas sana. Ia ingin itu

“Awas~”

Nara terkejut saat barang jatuh hampir mengenai kepalanya karena seorang karyawan membawa barang berat dan tidak melihat Nara di sana. Nara sontak langsung memegang perutnya berusaha melindungi baby di dalam perut agar tidak menjadi tumpuan pertama jika jatuh.

Jantungnya berhenti berdetak

Siap akan jatuh

Lama

Namun dahinya bernyengit bingung tidak merasakan apa-apa, Nara membuka matanya dengan pelan hingga sadar hingga dada bidang seseorang di pandangannya, mata Nara memandang ke atas dan melihat Alan yang merangkulnya agar tidak terjatuh.

“Ck ceroboh,” ujar Alan dengan ketus membantu Nara agar berdiri tegak dengan baik.

Nara terdiam, ia tidak membantah, setidaknya ia bersyukur Alan sudah menolongnya. Ia menuruti Alan yang berjalan menuju kasir, ia tahu Alan semakin marah dan tidak mood melihat raut wajah pria itu.

Nara mengikuti langkah Alan yang berdiri di depan kasir menghitung belanjaan dan kembali ke parkiran mobil.

“Ka nanti aku bakal ganti ya uang kamu kalau aku sudah ada uangnya,” ujar Nara kepada Alan

Alan menghentikan langkahnya, ia menoleh kebelakang melihat ke arah Nara. Apa-apaan maksud wanita di depannya ini? Apa Nara berpikir bahwa Alan meminta uang ganti? Kalau sudah ada uang? sebenarnya kemana uang yang sudah ia berikan kepada wanita ini ia habiskan? batin Alan.

“Saya tidak butuh uang kecil kamu itu,” ujar Alan kesal, membuka pintu mobil dengan kasar dan menutupnya hingga menimbulkan bunyi keras di parkiran.

Nara terdiam, badanya terlonjak kaget saat klakson yang diberikan oleh Alan berkali-kali seolah sengaja menyuruhnya agar cepat masuk. Seolah paham akan perintah suaminya, Nara segera jalan menuju ke samping kemudi dan masuk ke dalam agar Alan tidak semakin marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!