Istri Rahasia Jaksa

Istri Rahasia Jaksa

Ketidakadilan

Semua terasa menyesakan bagi dirinya. Bagaimana semua impianmu direnggut, menanggung semua hinaan dan tatapan rendah dari sekitar

“Akh, sabar ya sayang kita bikin susu dulu ya,”

Nara bangun dari dipan kasur kayu itu berbunyi saat dirinya berdiri, dirinya memegang sekitar sebagai tumpuan agar tetap bisa berdiri dengan baik, kepalanya sedikit pusing.

Berjalan dengan pelan, memegang tembok serta meja sebagai tumpuannya maju berjalan dan untung saja dapur dekat sekali dari kamarnya, jadi dirinya tidak perlu bersusah payah berjalan jauh.

“Non Nara kenapa, Non?”

Bahkan panggilan itu terlalu tinggi buat dirinya.

Wanita yang dipanggil Nara itu sontak langsung mendongakkan kepalanya, dirinya melihat seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan kompor melihat ke arah dirinya dengan panik.

Nara menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Bi. Nara cuman sedikit pusing saja,” ujar Nara dengan senyum tipisnya.

Ia berjalan mendekat ke arah kompor dekat Bi Rena dan mengambil kotak susu di atas rak dengan berjinjit agar bisa mencapai tempat letak susu tersebut.

“Non Nara, biar Bibi saja yang buatkan, Non Nara duduk saja di kursi meja makan ya,” ujar Bi Rena kepada Nara.

Nara menggelengkan kepalanya, dirinya tetap melanjutkan membuat susu miliknya. “Gapapa Bi, aku bisa sendiri kok. Bibi lanjut kerja aja,” ujar Nara.

Nara termenung melihat sisa susu yang sudah hampir habis, hanya sisa satu gelas lagi saja dirinya bisa menyeduh.

Bagaimana Ia bisa membeli susu baru? Nara mengelus perutnya dengan pelan berusaha menguatkan diri merasa tendangan pelan dari bayi di dalam perutnya.

“Non Nara kenapa?”

Nara tersentak pelan, dirinya dengan cepat langsung menyedokan susu yang masih sisa di gelas kemudian meletakan kotak susu yang kosong di atas rak.

“Ah, e-um tidak apa-apa,Bi. Nara minta air panasnya ya Bi,” ujar Nara dengan pelan seolah tidak terjadi apa-apa.

Bi Rena tersenyum tipis kemudian menuangkan air panas ke dalam gelas susu Nara. Ia mengaduknya dengan pelan dan meletakkan tanganya di perut buncit Nara mengusapnya dengan pelan dan mengatakan, “Hello adek, tumbuh yang sehat ya di dalam perut”

Nara tersenyum tipis mendengar ucapan Bi Rena. Diantara lelah dan tidak semangat dirinya, Ia bersyukur memiliki Bi Rena di dalam rumah ini. Diantara banyaknya orang yang tidak menginginkan baby namun Bi Rena yang selalu menantikan kehadiranya.

“Makasih Bi,” ujar Nara dengan pelan.

Nara tersentak pelan dari duduknya, Ia baru saja duduk meminum susu hamilnya namun ada suara Mama mertua memanggil namanya.

Nara berdiri dari tempat duduknya dengan pelan, Ia berjalan menuju ke ruangan keluarga depan. Nara terdiam, dirinya melihat bagaimana Mama mertuanya menyambut wanita di depannya dengan riang dan penuh perhatian- berbeda sekali kepada dirinya.

“Aaa Mama senang banget Senja datang ke sini, Mama juga baru balik kemarin dari London dan ini hadiah buat Senja. Ini tas baru yang Senja lama banget incer terus juga mama nemu parfum yang sangat cocok banget sama Senja, nah ini. Ini parfum keluaran terbaru dan hanya dua orang yang bisa memilikinya sayang.”

“Makasih Tante, Senja senang bisa menerima hadiah dari Tante. Tapi Tante, Senja ga enak sama Nara, bagaimanapun sekarang Nara menantu Tante,” ujar Senja kepada wanita di depanya.

Nara menghentikan langkahnya dan berdiri dibelakang dua wanita di depannya. Sikap Mama mertuanya sangat berbanding terbalik kepada dirinya.

“Gapapa, dimata Mama kamu tetap menjadi menantu Mama. Panggil Mama sayang jangan Tante, bagaimanapun kamu adalah kesayangan Mama,” ujar Dwi

Dwi Sri Sanjaya adalah Mama mertua Nara, setelah ia menikah dengan Alan Ravindra Sanjaya. Sanjaya adalah marga kebangsaan yang keluarga ini pegang, keluarga darah biru dengan kekayaan yang berlimpah. Keluarga terpandang dan memiliki status yang tinggi dengan pekerjaan disegani oleh orang.

Nara sadar, dirinya sangat berbeda dengan mereka. Jika bukan karena bayi di dalam perutnya ini, belum tentu dirinya bisa berada di rumah sebesar ini.

“Nara?”

Nara tersentak pelan dari lamunanya ketika mendengar suara yang memanggil namanya. Ia tersenyum tipis saat Senja sadar akan kehadirannya dan jalan ke arahnya dan memeluknya dengan pelan.

“Nara, kakak kangen,” ujar Senja memeluk Nara dengan erat.

Nara tersenyum tipis, dirinya ingin membalas pelukan Senja namun tangannya seketika turun saat teringat semuanya.

“Nara, gimana kabar kamu?” tanya Senja kepada Nara.

“Nara, kamu tolong bikin minuman sana di dapur untuk Senja. “

Nara ingin menjawab namun seketika Ia kembali menutup mulutnya dan menganggukan kepala atas perintah yang diberikan oleh Mama mertuanya.

“Jangan, aku ga minum kok,” ujar Senja berusaha menahan Nara agar tidak pergi ke belakang dapur.

“Gapapa Senja, masa kamu datang ga minum disini. Nara tolong buatkan ya,” ujar Dwi

Nara menganggukan kepalanya kembali dan melepaskan rangkulan tangan Senja dengan pelan seolah mengatakan bahwa tidak apa-apa.

Nara sadar, dirinya di sini hanya bayangan saja. Jika bukan karena kejadian malam itu dan permohonan Senja, belum tentu dirinya ada di sini. Ia sadar, Dwi, Mama mertuanya lebih menyukai Kakak dibandingkan dirinya. Ia hanya perusak di keluarga ini, seharusnya Senja-lah yang menjadi menantu Mama bukan dirinya.

“Eh Non, biar Bibi aja,” ujar Bi Rena kepada Nara yang sedang mengaduk teh hangat dengan melamun.

Nara menoleh ke samping, melihat Bi Rena tampak cemas saat dirinya terkejut mendengar suara Bi Rena hingga membuat tanganya terkena air panas.

“Non, maaf. Ayo kita obati tanganya dulu, pasti panas,” ujar Bi Rena dengan panik menarik tangan Nara menuju wastafel menyiram dengan air dingin.

Sejak saat itu Nara sadar, bahwa hidupnya tidak akan pernah ada kebahagiaan. Semua caci maki dirinya dengar dan terima, bagaimana posisi dirinya yang sangat rendah berada di keluarga kasta tinggi ini.

“Gapapa Bi, Nara antar minuman dulu ya, “ ujar Nara kepada Bi Nara.

Nara mengabaikan rasa panas di tanganya, pedih tanganya tidak sebanding dengan perih di dalam hatinya. Ia berjalan seolah tidak terjadi apa-apa membawa teh hangat menuju ruang depan tempat Mama dan Senja duduk.

“Ini tehnya Kak,” ujar Nara dengan pelan meletakkan teh di meja hadapan Senja.

Senja menahan tangan Nara yang mana sontak membuat Nara meringis pelan.

“Nara, bagaimana kabar kamu? Maaf karena aku Mama-”

Nara menggeleng pelan. “Tidak, jangan minta maaf. Aku baik kak, seharusnya aku meminta maaf karena sudah merebut milik Kakak, “ ujar Nara lirih.

Ia menarik tangannya dengan pelan berusaha bersikap biasa saja mengabaikan rasa perih di tanganya. Ia tersenyum tipis melihat sang Kakak sama sekali tidak berubah dan masih peduli kepada dirinya. Di ruangan ini hanya mereka berdua yang ada, Mama pergi ke atas mengambil sesuatu dan meninggalkan Senja di ruang depan sendirian.

“Kaka sabar sebentar ya, Nara janji akan mengembalikan semuanya kepada Kakak, “ ujar Nara dengan lirih

“Nar-”

“Senja”

Nara dan Senja sontak mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara, melihat seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan pakaian formalnya.

“ Iya, aku janji akan mengembalikan semuanya ke Kakak,” ujar Nara dengan pelan yang hanya dapat di dengar oleh Senja.

Nara mendongakkan kepalanya, matanya seketika bertemu dengan mata elang milik seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah. Ia adalah Alan, suaminya. Pria yang selalu menatapnya dengan datar, menikahinya dengan terpaksa.

Pria yang telah dirinya rebut dari Senja, Ia adalah pria kekasih dari kakaknya sendiri.

Nara terkesiap, dirinya menunduk dengan pelan dan menarik diri dari segala lamunanan. Ia membalikan diri dengan cepat seolah tidak melihat bagaimana Alan menatap Senja dengan dalam.

Nara memilih berjalan menuju ke arah dapur tanpa permisi, dirinya dengan cepat berjalan meninggalkan dua sepasang manusia di ruangan tersebut.

Ia tidak Berhak marah, bagaimanapun ialah yang menjadi perusak di sini. Jika bukan karena dirinya, sudah pasti Mas Alan dan Kak Senja sudah bahagia dari awal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!