Danuh

Sekarang aku mau bercerita tentang seorang pemuda dan masa setelah dia lulus SMA. Nama pemuda itu adalah Danuh. Tanggal lahirnya tujuh Juni dua ribu. Golongan darahnya A. tinggi badannya seratus tujuuh puluh delapan. Hobinya main basket dan membaca. Mas Danug sangat pintar, dia masuk kuliah dengan beasiswa.

Mas Danuh suka dengan lagu-lagu yang dimainkan oleh Avenged Sevenfold dan Samson. Dia cukup gentle, makanan kesukaammya adalah ubi bakar dan minuman favoritnya adalah kopi

Mas Danuh adalah pemuda tampan dengan kulit sawo matang dan rambut cepak. Saat sedang kuliah, mas Danuh menggunakan jas almamater. Dia adalah osis. Saat sedang libur, dia suka memakai celana panjang, kaus lengan panjang, dan topi. Kaus kesukaannya itu kaus bernuansa hitam karena dia suka warna hitam.

Dia selalu bersemangat. Dia juga tegas dan ramah. Seperti pemuda lainnya, dia suka mengobrol. Meskipun pembawaan dia dewasa, dia bisa jadi childish di waktu tertentu. Contohnya, ketika berurusan dengan perasaannya, dia bisa tiba – tiba menangis sedih.

Mas Danuh suka menonton. Tontonan favoritnya adalah pertandingan basket. Dia selalu menonton pertandingan basket di GOR. Setiap dia tidak punya kerjaan dan merasa bosan sendirian dia selalu menonton siaran ulang pertandingan basket. Dia sampai hapal nama para pemain dan dia follow instagrem Pascawira, tim basket kesukaannya.

Mas danuh menyukai basket sejak dia masih duduk di jenjang sekolah menengah pertama. Aku tidak begitu mengerti tapi dia teman yang baik

“Kiani Putri”

Hari penerimaaan beasiswa tiba

“widih, manis juga” salah satu mahasiswa berbisik

“iya ya, dia jurusan apa ya ?” bisik mahasiswa satunya

“udah punya cowok belum ya ?”

“nomer wasap nya berapa ya ?”

“tinggal dimana ya ?” bisik mereka riuh

“Danuh Syahreza”

Satu persatu nama calon penerima beasiswa disebut. Acara serah terima beasiswa itu berlangsung hingga sore hari. Ditutup dengan lukisan warna jingga di langit

Begitu Danuh keluar dari gedung tempat penerimaan beasiswa, wajahnya penuh senyum. Di tangannya tergenggam piagam penghargaan dan amplop berisi detail beasiswanya. Langkahnya terasa ringan, seolah tak menginjak tanah. Ketika hendak memasukkan piagam itu ke dalam tas, ponselnya berdering. Layar ponsel menunjukkan nama yang sangat dikenalnya—“Mama”.

Danuh segera mengangkat telepon.

“Hallo, Ma,” sapanya, mencoba menyembunyikan antusiasme.

“Selamat ya, Nak!” terdengar suara Mamanya di seberang, penuh haru dan kebanggaan.

Danuh tersenyum lebar, meski tidak ada yang bisa melihatnya.

“Terima kasih, Ma. Ini semua berkat doa Mama juga,” balasnya dengan suara penuh syukur.

Mamanya terdiam sesaat, sebelum akhirnya berkata dengan suara bergetar, “Mama tahu kamu pasti bisa, Danuh. Kamu anak Mama yang hebat.”

Percakapan itu membuat hati Danuh hangat. Seolah pencapaiannya hari itu menjadi lebih bermakna karena dukungan Mamanya. Langit yang tadi cerah kini terasa lebih indah, seakan semesta ikut merayakan kebahagiaannya.

Danuh terbangun saat fajar baru saja menyingsing di langit Jogja, kota yang dikenal dengan julukan "kota pendidikan" dan juga kota budaya. Udara pagi terasa segar, membawa aroma khas dedaunan basah dan tanah yang baru saja diguyur embun malam. Ia membuka jendela kamar penginapannya, membiarkan angin lembut mengalir masuk, membawa serta suara kokok ayam jantan dari kejauhan.

"Ah, ini dia. Udara Jogja yang selalu aku rindukan," gumamnya sambil menghirup dalam-dalam aroma pagi yang menenangkan.

Malam sebelumnya, Danuh tiba di Jogja setelah perjalanan panjang dari Jakarta. Kepalanya masih penuh dengan pikiran tentang alasan dia datang ke kota ini. Ada tugas besar yang harus diselesaikan, dan Jogja memegang kunci dari semuanya. Tapi pagi itu, dia memutuskan untuk menyingkirkan segala beban pikiran dan menikmati momen kecil yang membawa kedamaian.

Di luar, sinar matahari mulai merayap pelan di antara dedaunan pohon mangga di halaman penginapan. Danuh mengganti pakaian dengan kaus putih dan celana pendek, lalu mengambil sepasang sepatu lari yang sudah lama tak disentuhnya. Dia memutuskan untuk jogging di sekitar Malioboro.

Saat melangkah keluar, kota Jogja mulai hidup dengan caranya yang khas. Penjual gudeg sudah membuka warung mereka di pinggir jalan, aroma manis dan gurih mulai tercium. Beberapa becak berlalu-lalang, sementara tukang andong sibuk menyiapkan kuda mereka untuk menarik penumpang.

Sambil berlari santai, Danuh mengamati bangunan-bangunan tua yang penuh cerita, warisan kolonial yang masih berdiri tegak di sepanjang jalan. Pikirannya melayang ke masa lalu, ke kenangan-kenangan yang pernah ia simpan di kota ini. Jogja bukan sekadar kota baginya, tetapi tempat di mana ia pernah menemukan cinta, kehilangan, dan juga pelajaran hidup yang berharga.

Dalam pikirannya, nama seorang wanita muncul—Kiani.

"Bagaimana kalau aku bertemu dengannya lagi?" gumam Danuh dalam hati. malam itu Danuh menggosok giginya di kamar mandi dalam kos tempat Danuh singgah untuk beberapa tahun kedepan dan tidur

Danuh menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara pagi yang segar memenuhi paru-parunya. Jalan setapak yang mengelilingi universitas baru ini terlihat begitu menggoda, membentang lurus dengan dikelilingi pepohonan rindang yang memberi keteduhan. Sepatu larinya yang masih terlihat baru menjejak ringan di permukaan jalan, mengeluarkan suara kecil yang teredam. Dia baru saja pindah ke kota ini untuk melanjutkan pendidikannya, dan ini adalah hari ketiganya di kampus.

"Mulai dari mana ya?" gumamnya pelan. Sebenarnya, Danuh bukanlah orang yang terbiasa berolahraga. Dia memutuskan untuk jogging pagi ini karena merasa canggung berada di lingkungan baru, tanpa teman, tanpa siapa pun yang dia kenal. Lari-lari kecil ini adalah caranya untuk mengenal kampus sambil menenangkan pikirannya.

Dia mulai melangkah perlahan, berjalan lebih dulu sebelum akhirnya mempercepat langkahnya menjadi lari kecil. Udara pagi yang sejuk terasa nyaman di kulitnya, tetapi tubuhnya yang belum terbiasa dengan aktivitas fisik mulai memberi perlawanan. Nafasnya terdengar berat setelah hanya beberapa menit berlari.

"Kok... capek banget, ya," pikirnya sambil berhenti di bawah sebuah pohon besar di pinggir jalan setapak. Dia menunduk, menumpukan tangan di lutut, mencoba mengatur napas. Pandangannya menyapu ke sekeliling. Kampus ini memang indah, jauh lebih besar dari sekolah lamanya. Ada taman bunga kecil di dekatnya, beberapa bangku kayu tempat mahasiswa duduk membaca buku atau sekadar bercengkerama, dan lapangan basket yang sudah mulai dipenuhi mahasiswa.

Namun, rasa kagum itu hanya sebentar mengalihkan pikirannya. Hatinya kembali teringat pada kenyataan: dia adalah anak baru di sini, dan perasaan asing itu tak kunjung hilang.

"Harusnya aku tadi ikut orientasi," gumamnya menyesali keputusan untuk menghindari keramaian. "Tapi... aku enggak nyaman di tengah banyak orang."

Dia memutuskan untuk kembali berlari. Langkahnya pelan, tapi kali ini lebih teratur. Sambil berlari, dia memperhatikan detail-detail kecil di sepanjang jalan. Ada poster kegiatan mahasiswa yang tertempel di tiang lampu, warung kopi kecil di sudut kampus, dan sekumpulan burung merpati yang mencari makan di dekat air mancur. Setidaknya, pemandangan ini menghiburnya sedikit.

Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki lain mendekat. Seseorang mendahuluinya, berlari dengan ritme yang cepat namun teratur. Mahasiswa itu—seorang pria bertubuh tegap dengan kaus olahraga hitam—menoleh sebentar ke arah Danuh, lalu tersenyum tipis.

"Baru mulai, ya?" tanya pria itu tanpa menghentikan langkahnya.

Danuh hanya mengangguk, terlalu terengah-engah untuk menjawab.

"Semangat, jangan berhenti! Lama-lama juga terbiasa," pria itu berkata lagi sebelum melanjutkan larinya, meninggalkan Danuh yang tertegun.

Kata-kata sederhana itu entah kenapa terasa menyemangati. Danuh melanjutkan larinya, mencoba menjaga ritme yang sama. Mungkin, pikirnya, dia bisa mulai dari hal kecil seperti ini—melangkah satu demi satu, mengenal lingkungan baru ini dengan perlahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!