Dijebak

Hari berikutnya...

Dinda bangun saat subuh agar sempat membuat makanan untuk tantenya juga karna Dinda merasa hanya bisa merepotkan tante Risma, apalagi dengan ancaman dari bosnya.

Setelah beres masak aku menunggu tante Risma bangun terlebih dahulu, sesudah tantenya bangun aku pun mengajaknya untuk sarapan sekalian ingin pamit.

skip makan dan pamit^

10 menit kemudian...

Sekarang Dinda sudah ada di depan rumah tantenya, Tante Risma meminjamkan motor kepada Dinda untuk mencari kerja, tapi sebenarnya sebelum mencari kerja, aku berniat untuk bertemu dengan Dimas dan bertanya apa maksud dari semua ini!?

Aku pun sudah membawa tas ku sedangkan koperku dititipkan dahulu ke Tante Risma karna aku bakal kerumahnya lagi nanti mengembalikan motornya, aku pun segera berangkat.

Saat di tengah perjalanan, aku merasa aneh dengan motor tante Risma, aku merasa motor itu kehilangan rem karna sedari tadi remnya makin tak bekerja sama sekali.

Dinda pun panik sambil menekan terus remnya tapi tak bisa padahal saat awal naik motor remnya baik baik saja.

Tiba tiba ada seseorang di depan motornya sedang menyebrang tapi entah kenapa lelaki itu terlihat sengaja berjalan dengan lambat.

Dinda pun tak sengaja menabrak lelaki itu, disaat itu juga warga bermunculan dan bergerombol di orang yang Dinda tabrak.

"Wah tanggung jawab dong mbak!" Teriak dari para warga.

Warga pun menelepon perawat rumah sakit, dan mobil ambulans sepertinya akan datang.

Sebagian warga mengangkat orang yang tadi dinda tabrak ke tempat duduk yang berada di dekat warung sambil menunggu ambulans datang.

Tak lama kemudian ambulans pun datang, lalu Pria itu pun segera dibawa ambulans.

aku tak tahu harus apa yang aku lakukan, aku sudah telepon Tante Risma tapi tak diangkat, ya Tuhan..tolonglah aku jangan sampai pria itu kenapa kenapa.

"Mbak, jangan cuma diem dong" ucap salah satu warga

"i...iya, saya bakal tanggung jawab kok" Kata Dinda yang pasrah bagaimana jadinya nanti.

"Kalo gitu mba harus ketemu sama keluarga yang mba tabrak, warga sudah menelepon keluarganya, orang yang mba tabrak juga sudah di bawa ambulans ke rumah sakit, kata keluarganya mba harus ikut ke rumah sakit juga, tapi biar saya aja yang antar kalau motor mbak biar warga lain yang bawa ke rumah pak RT" ujar warga itu sambil mengawasi ku agar tidak kabur.

"iya saya ngerti kok" kata Dinda sambil menahan air matanya karna banyak warga disana.

Dinda pun dibawa oleh salah satu warga ke rumah sakit tersebut, Sedangkan motornya dibawa dari belakang oleh orang lain yang merupakan suruhan dari RT.

Beberapa menit kemudian, sampailah Dinda di rumah sakit itu, keadaan Dinda kini bercampur aduk.

Dinda pun turun dari motor dan berjalan menuju ruang UGD tempat dimana pria itu dirawat sambil diawasi orang suruhan pak RT itu.

Dinda hanya duduk bersama suruhan RT itu menunggu keluarga dari orang yang di tabrak Dinda tadi.

Dinda hanya terdiam, rasa panik gelisah dan takut bercampur jadi satu.

Tak lama kemudian ada seseorang datang ke arah Dinda, ternyata orang itu adalah Ibu Rina.

"Jadi ini nabrak anak saya?" Tanya ibu Rina ke orang suruhan RT itu.

"Iya Bu" jawab suruhan RT tersebut.

"Kalau gitu kamu boleh pulang,saya yang bakal nanganin ini" Kata ibu Rina.

Suruhan RT itu pun pergi meningkat kami berdua.

"Jadi yang aku tabrak tadi Dimas?" Tanya Dinda cemas.

"Iya, kamu kenapa nabrak dia, apa kamu punya dendam ya sama dia? dia itu anak saya satu satunya, saya tau kok kalau kamu gak suka sama dia, tapi bukan begini juga caranya" Kata Rina yang berpura pura marah.

"Maafin Dinda bu, Dinda gak tau kalau itu Dimas, dan ini semua bukan karena dendam tapi Dinda gak sengaja" Kata Dinda dengan air mata yang tak bisa ditahan lagi.

"Maafin ibu ya Din, ibu terpaksa marahin kamu gini, sebenernya ini semua tuh udah diatur sama Dimas tapi gimana lagi biar kamu mau nikah sama dia... cuma ini jalan satu satunya" Pikir Rina yang tetap merasa kasian dengan Dinda.

"Ibu sih tergantung Dimas aja mau apain kamu, bisa aja kamu dipenjara" ucap Rina.

Dinda hanya terdiam mendengar perkataan ibu Rina sambil mengingat kecelakaan tadi.

Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruang UGD.

"Gimana dok keadaan anak saya" Tanya Ibu Rina.

"Ayo ikut saya Bu, saya mau bicara dengan privat karna ini lumayan serius ditambah dengan penyakitnya" kata dokter tersebut yang melebih lebihkan karna sudah direncanakan.

"Aduh gimana dong ini pake acara punya penyakit segala ih, aku makin bersalah kan kalo gini" guman Dinda dalam hati.

"Ayo dok" Kata Rina.

"Hm, saya boleh masuk gak dok?" tanya Dinda untuk mengecek keadaan Dimas.

"Boleh kok, silahkan aja masuk" Jawab dokter tersebut.

Dokter dan ibu Rina pun segera pergi,Dinda pun masuk ke ruangan tersebut dan terlihatlah Dimas yang berbaring di ranjangnya dan ternyata dia sudah sadar.

"Jadi lu yang nabrak gue?" Tanya Dimas.

"i...iya, maaf ya" Jawab Dinda dengan memohon.

"Kalo gitu, gw mau lu yang bayar biaya gue sampai gue sembuh" Kata Dimas dengan santainya.

"Hah serius? okay yaudah aku bayar kalau aku sanggup" Kata Dinda yang berusaha tegar.

"Ya... kalo lu gak sanggup, lu mungkin bakal masuk penjara" Ucap Dimas dan kembali dengan senyuman liciknya itu.

"Tapi kan gue gak sengaja, gue gak mau masuk penjara cuma karna hal ini" Kata Dinda yang membayangkan jika nasibnya berakhir di penjara.

"Sebenernya ada cara yang lebih mudah" Ujar Dimas.

"Apa?" Tanya Dinda.

"Lu nikah sama gue" Kata Dimas dengan entengnya..

"gue gak mau, kan gue udah bilang kalo gue gak bakal mau nikah sama lu!" Tolak Dinda.

"Yah gue gak maksa, ntar lu tinggal pilih mau bayarin gue atau dipenjara" Kata Dimas yang mengingatkan dengan keinginan pertama dan keduanya.

Dinda hanya diam tidak membalas perkataan Dimas, Dinda langsung keluar dari ruangan itu karena muak melihat wajah Dimas.

"Kenapa sih harus gini? aku jadi merasa kejebak gini, tapi mungkin aku masih bisa bayar biaya rumah sakit ini pakai tabunganku" pikir Dinda.

Tak lama setelah itu dokter dan ibu Rina kembali.

"Dok, kalo biaya Dimas dirumah saki ini berapa ya" Tanya Dinda sebelum dokter itu masuk ke ruang UGD.

"Untuk perawatan seminggunya bisa puluhan juta, tapi itu belum termaksud biaya obatnya, dan nanti biaya untuk rawat jalan juga" Kata Dokter tersebut yang sudah diatur oleh Dimas.

"Oh,oke dok,makasih" Ucap Dinda yang sudah sangat kebingungan karna tak punya uang sebanyak itu.

"Kalo gitu saya mau periksa Dimas dulu ya" Ucap Dokter itu dan segera masuk ke ruangan tersebut.

"Bu, aku gak bisa bayar segitu banyaknya" kata Dinda yang sudah mengeluh.

"Ya trus..kamu mau gimana" Kata ibu Rina.

"Kalo bisa aku kerja di rumah itu lagi aja ya kalo perlu aku gak usah digaji" Kata Dinda memohon.

"Ibu gak bisa bantu kamu, lagian ini juga kesalahan kamu, jadi kamu yang harus tanggung jawab" Kata ibu Rina yang makin membuat Dinda merasa pasrah.

"Memangnya Dimas kasih pilihan apa ke kamu?" Tanya ibu Rina.

"Dia bilang aku harus bayar atau nikah sama dia, kalau aku gak mau di Antara pilihan itu, aku bakal dipenjara" Jawab Dinda.

"Oh, kalau menurut ibu sih mending nikah sama dia, daripada dipenjara" Kata Ibu Rina memberi pendapatnya.

"HM, tapi..." Ujar Dinda tapi terpotong karna Dokter itu keluar dari ruangannya

"Dimas katanya punya pesan buat Dinda, katanya batas memilih sampai malam jam 7, kalau kamu belum ada pilihan polisi akan datang dan menjemput kamu, cuma itu katanya" Kata dokter sesuai dengan yang dibilang Dimas.

"Ok dok, makasih" Jawab Dinda.

Malam pun tiba...

4 menit lagi akan jam 7, Dinda terus memikirkan apa yang dikatakan Dimas.

Beberapa menit kemudian Dimas datang dengan kursi roda yang didorong ibunya yaitu Rina.

"Jadi pilihan kamu gimana" Tanya Dimas.

Dinda hanya diam sambil memikirkan apa yang harus dia katakan.

"Jawab sekarang, kalau engga saya telepon polisi" Kata Dimas yang lama menunggu jawaban.

"Iya aku bakal jawab kok, a...aku mau nikah sama kamu" Kata Dinda yang sudah pasrah dengan pilihannya.

"Bagus kalau gitu kita nikah Minggu depan" Kata Dimas.

"Minggu depan?" Tanya Dinda kaget.

"Yaudah kalau gitu besok aja" Jawab Dimas.

"Eh jangan besok, Minggu depan aja" Kata Dinda yang sebenarnya menahan rasa emosinya.

"Oke.. kalau gitu, kamu mending pulang sekarang, kamu tinggal di sebelah rumah saya aja, yang biasa kamu tinggalin" Kata Dimas.

Dinda tak menjawab perkataan Dimas, dia langsung berjalan dengan wajah murung keluar rumah sakit untuk pulang.

sebelum itu dia kembali ke rumah Tante Risma untuk mengambil barang barang yang dia titipkan, untungnya motor Tante Risma hanya sedikit lecet dan sudah diperbaiki remnya, jadi dia bisa memakai motor itu untuk ke rumah Tante Risma dan minta maaf atas motornya yang rusak.

Terpopuler

Comments

Nur Zihane

Nur Zihane

orang kaya bebas

2021-01-01

0

Grendly Sinciho

Grendly Sinciho

kasiannn die

2020-11-08

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

Dimas maksa

2020-11-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!