Gema takbir berkumandang dimana mana. Aku bersama kak Mia membantu mama memasak. Bapak sudah melarang mama untuk memasak sendiri. Tapi mama tetap ngotot dan kembali berkata
"Mumpung mama masih hidup, mama masak buat kalian. Kalo nanti mama sudah gak ada, kalian pasti kangen dengan masakan mama"
Akhirnya Kak Andi mengirim istrinya untuk membantu kami. Ruang tamu pun sudah siap untuk menerima tamu. Aku sudah menata kue-kue kering buatan kak Mia di atas meja. Dan di ruang keluarga sudah ku tata meja makan panjang kami untuk menata hidangan yang sedang di masak mama.
Bapak, Bang Handi dan Kakaf pergi ke mesjid, untuk berkumpul bersama pengurus mesjid dan warga kampung kami, untuk melaksanakan takbir keliling kampung selepas sholat isya.
Dan Azwa, sejak tadi berada di strollernya. Jika aku ke dapur, stroller itu pun ikut bergerak ke dapur. Begitu pula jika aku ke ruangan yang lain, stroller itu ikut pula ku dorong bersama langkahku.
"Aduh,kasiannya anak julak. Di diamkan di dalam sini"
Kak Alif datang bersama anak-anaknya.
"Ikut masak dia tu. Cium aja bau badannya. Sudah bau bumbu soto"
Mama ikut menimpali sambil asyik membuat perkedel kentang.
"Kakak bawa ya de, biar dia liat takbir keliling"
Kak Alif mengangkat Azwa dari dalam stroller.
"Dikasih jaket sama tutup kepala de"
Mama kembali berteriak. Aku pun masuk kedalam kamar, mengambil jaket dan jilbab kecil milik Azwa.
"Nah, cantiknya pake jilbab"
Kak Alif terus mencium gemes kedua pipi Azwa. Aku menyerahkan dot susunya Azwa pada anak bungsunya Kak Alif. Mereka pun kemudian menuju mesjid.
"Alif.." Mama kembali berteriak
"Iya Ma"
"Jangan dekat-dekat sama orang yang nabuh gendang dan main petasan".
"Iya ma, Alif juga tahu"
Sepeninggalnya Kak Alif yang membawa Azwa menikmati malam lebaran, Aku kembali ke dapur, membantu Kak Mia dengan menghabiskan emping yang sedang di gorengnya.
"Sembunyikan emping dari Izal, malah si bungsu ini yang duduk manis di sini"
Aku hanya tersenyum manis.
"Ya udah, habiskan kue aja kalo gitu"
Aku pun masuk ke dalam kamar. Mengambil toples berisi kue nastar bentuk daun kesukaanku.
"Nanti buatkan lagi ya Kak, kayaknya habis malam ini ni kue"
"Kakak mo pulkam dulu de"
"Oya? kapan kakak pulkam?"
"Mungkin lebaran ketiga atau keempat"
"Keempat aja. Lebaran ketiga itu kalian sibuk terima tamu. Banyak teman mama nanti mau datang"
Aku dan Kak Mia diam seketika. Kak Mia memang tipe menantu penurut. Tidak pernah membantah mama. Karenanya Mama sangat dekat dan sayang dengan Kak Mia.
Tak lama kami mendengar suara ramai orang-orang meneriakkan takbir. Ya Takbir keliling kampung sudah di mulai. Aku pun bergegas ke depan rumah melihat ramainya anak-anak kecil dan remaja kampung ini memakai pakaian koko dan membawa obor. Termasuk anaknya Kak Alif dan Kak Andi yang memang tempat tinggal mereka hanya berbeda RT dengan rumah bapak. Mereka semua melambai padaku yang berdiri di depan pintu termasuk seorang balita yang tengah di gendong julaknya. Aku tersenyum membalas lambaian mereka. Balita itu tidak meneruskan pawainya tapi berbelok masuk kedalam pagar rumah.
"Cerewet kak?"
Aku mengambil Azwa dari gendongan Kak Alif.
"Ndak, pintar kok anak julak ni. Dimarahin Bapak, di suruh bawa pulang. Nanti masuk angin bilang bapak. Handi dan Izal ketawa senang liat kakak dimarahin bapak"
Aku pun tertawa kecil. Bisa kubayangkan wajah bahagianya Kakaf. Kalo Bang Handi sih paling ikut-ikutan. Mana berani dia mengejek Kak Alif, ipar tertuanya.
Aku kembali ke dapur mengamankan toples nastarku sebelum di lihat Kak Alif.
"Ma, Kak Mia, Ade tidurkan Azwa dulu ya"
"Jangan ikutan tidur ya, belum goreng perkedel nih"
Kak Mia memberi kode kepalan tangan padaku.
"Insya Allah.." Aku membalas kode Kak Mia dengan juluran lidahku.
Aku memang dekat dengan Kak Mia dibanding istri kakakku yang lain. Kak Mia lah juga waktu itu yang menjadi penengah sehingga Kak Andi bersedia membantuku menikah. Dengan Kak Mia aku seperti memiliki kakak kandung perempuan. Kak Mia tulus menyayangi dan memperhatikanku seperti suaminya memperhatikan dan menyayangiku. Ipar-iparku yang lain juga baik. Tapi tidak sebaik kak Mia hehehehe.
------------------------
Sholat Ied pertama buat Azwa. Azwa tertidur pulas diantara dudukku dan Kak Mia. Kami sholat ied di mesjid kampung kami termasuk mama. Mama duduk di bagian depan. Bagian VVIP kalo aku bilang dengan Kak Mia. Sedangkan kami duduk di deretan belakang. Aku takut Azwa rewel, jadi aku memutuskan mengambil posisi di belakang saja.
Setelah sholat ied seperti biasa, Bapak duduk di kursi, Mama mencium tangan dan meminta maaf pada Bapak, setelah itu Mama duduk di samping Bapak. Giliran pertama adalah Kak Alif dan istri, sampai giliranku sebagai anak terakhir. Baru di susul para keponakan. Dari anak kak Alif yang paling tua sampai Azwa yang paling kecil. Dan yang paling di tunggu para keponakan adalah pembagian amplop lebaran. Aku pun ikut membagikan amplop lebaran. Walaupun isinya tidak seberapa, yang penting wajah bahagia keponakanku.
Semua rutinitas lebaran kami seperti biasa, yang berbeda hanya tahun ini ada Bang Handi dan Azwa. Selesai bermaaf-maafan kami makan bersama. Setelah itu pun Kak Alif dan Kak Alfian pamit untuk kerumah mertuanya. Dan aku pun juga bersiap-siap untuk kerumah kakak iparku.
Istri Kak Andi berasal dari Hulu sungai. Mereka akan pulang kampung setelah lebaran kedua. Jadi setiap lebaran, Kak Mia lah yang setia menemani Mama di rumah untuk menyambut tamu. Kalo Kakaf, tahun ini jomblo, tidak ada mertuanya hahahha
Tidak ada kejanggalan apapun dilebaran kami kali ini. Kami semua bahagia menyambut hari yang fitri.
--------------
* Julak \= Panggilan untuk kakaknya ibu atau ayah
seperti Pak De kalo di Jawa.
*Hulu Sungai\= Suatu daerah di pedalaman yang hanya bisa di tempuh dengan jalur sungai.
Jangan lupa Vote, Like dan Komennya yaa
LOVE YOU 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Egha Queen
qok gk up
2020-09-10
0
Emma Alifia Sukatma Wijaya
lama bngt up nya
2020-09-09
0