Empat bulan sudah umur anak pertamaku Azwa. Kasih sayang seluruh keluarga tercurah pada Azwa. Tidak terkecuali Bapak dan Mamaku. Sebagai cucu yang paling kecil, Azwa sangat di sayang kai dan neneknya. Setiap pulang kerumah Azwa lah yang lebih dulu di panggil si kai..
Kebutuhan Azwa pun aku tidak pernah ambil pusing. Setiap hari ada saja yang datang kerumah membelikan kebutuhan sehari hari Azwa. Dari Susu, Pampers, apalagi baju-baju yang sudah menumpuk banyak di lemari Azwa sampai Azwa berumur satu tahun nanti. Aku sih senang- senang saja mendapatkan semua gratisan itu. Tapi kadang kala Bang Handi merasa tidak enak hati dan memintaku untuk tetap membeli kebutuhan Azwa sendiri.
"Mubajir Yah, kalo beli lagi. Itu sudah banyak di belikan Kai dan Julak-julaknya"
"Kita seperti aji mumpung bu"
"Gak papa lah Yah. Dibawa santai aja, lumayan kan kita gak keluar uang hehehehe"
Bang Handi cuma diam. Aku tahu dia merasa harga dirinya terabaikan hahahaha.
Begitu pula dengan Mamaku. Setiap malam Azwa di bawa tidur ke kamar Bapak dan Mama. Bang Handi tidak setuju, tapi aku yang sering kali kelelahan pulang bekerja lebih tenang untuk tidur jika Azwa berada di kamar Mama.
"Kita buat ade lagi buat Azwa kalo gitu ya. Kasihkan aja Azwa ke Mama"
Seloroh Bang Handi setiap kali Azwa di culik Mama.
Aku hanya tersenyum tidak menghiraukan protesnya Bang Handi. Toh Bang Handi juga tidak pernah marah padaku. Hanya demo dan protes protes kecil yang selalu kuabaikan.
Dipeluk di saat tidur juga Bang Handi jadi luluh dan melupakan protesnya.
"Nanti kalo mama sakit kita yang kena marah kakak-kakakmu bu"
Lagi-lagi Bang Handi mengingatkanku, mengingat Mama sudah dua kali terkena serangan stroke. Terakhir dua tahun yang lalu setelah aku lulus kuliah.
"Iya,nanti ibu bilang ke mama. Biar ibu ambil saja Azwa dari kamar mama"
Aku pun akhirnya mengalah mengingat kesehatan mama.
"Ma, Azwa biar tidur sama Ade ya malam ini. Lama Ade gak tidur sama Azwa. Besok kan ade gak kerja juga ma"
(Karena paling bungsu, aku di panggil ade di rumah. Terkecuali mama lagi marah padaku maka panggilan Yanti yang akan kudengar 😀).
Beda dengan Bapak. Bapak memanggilku unyil. Entahlah apa arti nama unyil. Yang jelas seluruh kakakku juga mendapat nama gelaran sendiri. Kata Bapak panjang umur pake nama gelaran 🙈
"Jangan tidur mati, kalo anak nangis tu cepat bangun. Jangan sampai bapak yang turun kebawah ketok-ketok kamar baru bangun"
Aku cuma cengar cengir mendapat sindiran dari mama.
oia, rumah kami tingkat dua. Kamar Bapak dan mama di lantai dua. Kamarku di lantai satu. Jadi jika Azwa menangis, suara tangisannya terdengar di kamar Bapak.
Bulan puasa kali ini pun lebih ramai karena suara tangisan Azwa setiap sahur. Azwa bukan menangis karena haus atau minta ganti pampers. Tapi karena di uyel uyel Bapak dan kakak laki-lakiku nomor enam yang setiap bulan puasa selalu pulang kerumah.
Ya, kakak ke enamku ini seorang duda. Bekerja di sebuah perusahaan pengeboran minyak di tengah laut. Selama dua minggu berada di laut, dua minggu kemudian di daratan. Selama ini tinggal di mess perusahaannya dan sesekali menginap di rumah. Tapi setiap bulan puasa selalu mengambil cuti supaya bisa full berada di rumah menemani Bapak beribadah. Kakak ku inilah sumber uangku dulunya setiap aku ingin membeli sesuatu sebelum aku bekerja.
Namanya Afrizal. Sejak aku bisa berbicara, aku memanggilnya Kakaf. Dan sampai sekarang, panggilanku padanya tidak berubah.
"Kakaf, apa sudah punya calon lagi?"
Sambil menunggu subuh sehabis sahur kami berbincang di ruang tivi. Kakaf mengendong Azwa sambil menepuk nepuk pantatnya supaya tidur.
"Malas kakak de, mending sendiri lebih enak"
"Mau sampai kapan? Sudah satu tahun kamu menduda"
Mama tiba-tiba muncul dan langsung mengambil Azwa dari gendongan Kakaf. Terjadi perebutan yang akhirnya di menangkan mama. Aku dan Bang Handi hanya diam melihat yang terjadi antara Mama dan Kakaf.
"Takut di selingkuhi lagi Ma"
"Cari perempuan pesantren, yang hafal quran, taat sama suami. Gak bakalan dia selingkuh"
"Gak semua perempuan juga seperti tu kaf, apa mau ade yang carikan?"
"Nanti ajalah de. Kakaf masih trauma"
"Jangan lama-lama. Nanti sempat Mama meninggal. Sana siap-siap kemesjid sholat subuh. Azwa mama bawa ya de, kamu kerja kan nanti?"
Mama ngeloyor pergi membawa Azwa ke lantai dua tanpa memperdulikan protesku dan Bang Handi.
"Bikin lagi anak, biar gak rebutan sama mama"
Kakaf menggodaku sambil memeluk punggungku.
"Handi juga maunya begitu kak, Yanti yang gak mau"
"Abang aja yang hamil, atau kakaf aja yang nikah biar mama dapat cucu lagi. Ayo ambil wudhu!".
Aku pun bangkit dari dudukku tanpa berniat meneruskan pembicaraan. Kakaf dan Bang handi pun ikut berdiri bersiap ke mesjid untuk sholat subuh sebelum bapak muncul.
Sekedar intermezo, kakaf berpisah dengan istrinya karena istrinya berselingkuh. Saat itu kakaf sedang tugas di tengah laut. Tiba-tiba pulang ke daratan karena membawa temannya yang sakit ke rumah sakit. Tapi ternyata hatinya kakaf pun ikut sakit saat menyaksikan istrinya tidur dengan laki-laki lain di tempat tidur mereka. Hebatnya kakaf, dia tidak emosi hingga memukuli laki-laki itu. Tapi dengan santainya kakaf memfoto mereka berdua, membangunkan istrinya kemudian mengatakan
"Aku talak tiga kamu. Suratnya akan aku urus kemudian"
Setelah itu kakaf pulang kerumah, bersimpuh dan menangis di kaki mama. Kak Alif kakak pertamaku yang emosi dan memaki maki mantan istri kakaf.
Aku urut ni ya nama kakakku dari nomor satu sampai nomor enam. Yang pertama mendiang Kak Ani,meninggal saat berumur tiga tahun. Kemudian Kak Alif sebagai kakak laki-laki tertuaku. Seorang pengacara dan istrinya kak Fani, Analis laboratorium di rumah sakit. Mempunyai tiga orang anak. Kak Alif mudah marah jika ada yang menyakiti keluarganya.
Yang nomor dua Kak Andi, istrinya Kak Mia hanya ibu rumah tangga biasa tapi pintar memasak. Mama sering memanggilnya untuk membantu mama masak di rumah. Kak Mia juga berjualan kue secara online. Apalagi bulan puasa ini, Kak Mia pasti kebanjiran pesanan kue-kue kering buat lebaran. mereka memiliki satu orang anak.
Setelah kak Andi ada kak Didi. Kakak ku nomor empat ini meninggal empat tahun yang lalu di usia tiga puluh lima tahun dalam kecelakaan sepeda motor. Hobinya memang balapan. Dan balapan juwa lah yang menghantarkan nyawanya. Mendiang kak didi memiliki dua orang anak yang tinggal bersama ibu mereka yang sudah menikah lagi. Setiap bulan Bapak dan kakak-kakakku lah yang memberi biaya hidup untuk kedua anak kak Didi.
Yang kelima ada Kak Alfian. Sudah tujuh tahun menikah tapi belum dikaruniai keturunan. Kak Alfian satu-satunya kakakku yang berhasil menjadi ASN. Istrinya kak Nisa bekerja honorer di kelurahan. Sedangkan Kak Fian berdinas di balaikota. Awal aku melahirkan Azwa, Kak Nisa lah yang merawat Azwa. Tapi kemudian kak Nisa di panggil bekerja di kelurahan dan akhirnya mama lah yang menjaga Azwa.
Yang keenam Kakaf atau Kak Afrizal. Seorang Duren yang penghasilannya pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Hanya saja resiko pekerjaannya terlalu tinggi karena melakukan pengeboran di tengah laut dan jauh dari keluarga.
Seluruh kakak laki-lakiku tinggal berdekatan dengan rumah Bapak karena memang tanah yang mereka bangun untuk di buat rumah adalah milik bapak. Hanya Kakaf yang tinggal bersamaku dan Bapak.
Tapi selama menjadi duda, Kakaf juga selalu tinggal di mess perusahaan.
Bapakku seorang pengusaha yang lumayan memiliki nama di kota kami ini. Bapak membuat perumahan dan menjualnya. Bapak juga mengerjakan proyek-proyek pemerintah yang bernilai milyaran. Karena itulah bapak sudah membuatkan rumah untuk masing-masing anak laki-lakinya. Sedangkan rumah besar kami ini, bapak sudah berpesan bahwa rumah ini di bagi dua untukku dan Kakaf.
Dulu mendiang Kak Didi yang membantu dan mengikuti jejak bapak. Sekarang Kak Andi lah yang kadang kala membantu Bapak di proyek.
Bapak dulu sangat tegas sama kami. Salah sedikit ikat pinggang melayang. Sejak Kak Didi meninggal, bapak sedikit lebih lembut. Mungkin Bapak takut akan kehilangan anak lagi.
Kehidupan kami bukannya tenang terus. Tapi juga penuh dengan drama. Mendiang Kak Didi pernah berkelahi dengan bapak. Diadukan Bapak ke polisi dan di sel satu malam. Kak Andi dan Kak Fian pernah saling adu tendangan karena masalah perempuan.
Kak Alif pernah bermasalah dengan preman karena proses ahli waris tanah.
Bapak dan Mama pernah membuat kubu untuk anaknya masing-masing karena adanya wanita penggoda.
Kakaf yang lemah lembut pun terkena masalah karena istrinya yang selingkuh.
Dan yang menggemparkan adalah kehamilanku di luar nikah yang membuat Bang Handi babak belur di hajar Kak Alif, Kak Andi dan Kak Fian.
Tapi Kak Andilah yang akhirnya membantuku menikah di kota tempat Kakaf bekerja dan meminta Kakaf untuk menjadi waliku. Karena Kak Andi tahu Bapak dan Mama tidak akan marah jika Kakaf yang bertindak. Kakaf adalah kesayangan nomor dua mereka semua selain aku si bontot.
Kehidupan tidak akan indah jika tanpa drama dan tragedi. Karena drama dan tragedi itulah yang akhirnya akan kami kenang dan menjadi pelajaran bagi kami.
xxxxxxxxxx
Jangan Lupa Like dan votenya yaa
LOVE YOU 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rozh
Siang Thor💖
semangat terus ya nulisnya 💪 semoga ide-ide nya selalu dapat🤗
Mampir juga ya di novelku "Suami Dadakan" makasih💖
Salam dari kisah danau hijau buatan kakek
2020-08-29
1