Pagi yang begitu cerah menandakan sang surya menyongsong dengan begitu gagah. Seorang gadis muda yang ceria mengayuh sepedanya dengan suka cita.
Laksana air yang mengalir ke segala arah, yang walaupun banyak bebatuan dan kerikil yang menghadang jalannya, air selalu bisa mencari celah. Dan air selalu menerima kemanapun takdir membawanya bermuara.
Amel si gadis pencari rupiah, ia tak pernah patah semangat dengan segala masalah dalam kehidupannya. Biarkanlah takdir akan membawanya kemana, yang penting ia bisa hidup bahagia.
Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit lamanya, Amel sampai di tempat kerjanya. Sebuah restoran yang mirip kafe milik seorang pemuda kaya raya.
Bosnya itu begitu tampan, tapi sayang sedikit gila. Seorang laki-laki yang terobsesi terhadap satu wanita, walaupun si wanita sudah menikah. Dan yang lebih gila lagi lelaki itu akan menunggu sampai pujaan hatinya menjadi janda.
"Mel, di cariin bos tuh!" seru seorang karyawan restoran teman kerja Amel yang bernama Rina.
Amel yang baru saja mendaratkan sepedanya di parkiran khusus karyawan kemudian mengangguk mengiyakan. Dan langsung meluncur menemui bos gilanya yang katanya menawan.
"Ada apa bos?" tanya Amel saat dirinya sudah berada di ruangan kerja bosnya itu.
Danil yang sedang mengecek kualitas bahan makanan menghentikan aktivitasnya sejenak, beranjak berdiri lalu melangkah ke depan meja menghadap anak buahnya tersebut.
Danil berdiri bersandar di meja kerjanya sambil melipat tangannya di atas dada.
"Terlambat lagi?" tanyanya dengan penuh sindiran.
Amel memang sering terlambat, semenjak ia pindah kontrakan. Karena jarak dari kontrakannya yang sekarang sedikit lumayan. Amel belum terbiasa untuk menyesuaikan waktunya.
"Maaf bos." Amel menundukkan kepalanya. Karena merasa bersalah ia pantas menerima teguran bosnya.
Danil menghela nafas. Kalau bukan karena pegawainya telah berjasa menjadi perantaranya dengan gadis pujaan hatinya tentu saja ia sudah memecatnya.
"Sudah ku bilang cari kontrakan jangan jauh-jauh! Memangnya tidak bisa cari yang lebih dekat dari sini? Atau kamu berangkatnya lebih pagi." Danil mulai mengomel dan sebagai karyawan yang merasa bersalah, Amel hanya menunduk pasrah.
"Iya bos. Aku usahain deh." seru Amel yang terdengar sepele, seperti itu memang sikapnya yang nyeleneh.
Danil mencebikkan bibirnya, dia sungguh bosan dengan jawaban Amel barusan. Usaha yang tidak pernah ada perubahan. Sebenarnya usaha seperti apa yang gadis ini lakukan?
"Ya sudah sana! Kerja yang bener!" perintah Danil sudah terbaca oleh Amel, bosnya itu memang galak tapi ia tidak pernah memperpanjang tiap kesalahan karyawannya. Tentu saja bukan kesalahan yang fatal, kesalahan seperti ini masih bisa di maafkan. Karena sebelumnya Amel termasuk karyawan yang teladan.
Hanya sekarang ia memang belum bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya yang sedikit bising dan ramai. Hal itulah yang sebenarnya membuat dirinya sering kesiangan karena susah tidur setiap malam.
Amel berbalik badan ia hendak pergi meninggalkan ruangan bosnya, tapi sejurus kemudian langkahnya kembali tertahan saat Danil memanggilnya namanya hingga ia kembali menghadap ke arah sang majikan.
"Bagaimana kabar Ara? Apa ada kabar terbaru?" Pertanyaan yang selalu membuat Amel menggerutu kesal. Sampai kapan bosnya itu akan menerima kenyataan jika sahabatnya sudah menjadi milik orang.
Tapi jika Amel menasihati, bosnya selalu saja tak mau mengerti. Apalagi kalau ia menolak untuk memberi bantuan bisa-bisa pekerjaannya jadi taruhan. Aksi pemecatan selalu saja jadi ancaman.
"Tidak ada bos, mungkin Ara sudah bahagia." jawab Amel penuh sindiran. Ia berharap bosnya segera tersadar.
Danil berdecak. "Kau tahu apa? Ara sendiri yang bilang jika dia menikahi lelaki itu karena kasihan. Jika urusannya sudah selesai ia pasti akan bercerai." bantah Danil dengan penuh keyakinan. Membuat Amel bergidik, sepertinya Danil memang benar-benar paranoid.
"Ehm.... Bos." Amel sedikit ragu untuk mengutarakan isi pikirannya.
"Apa?"
"Bagaimana kalau aku carikan wanita lain saja? Ara sudah menikah dan sebagai sahabatnya mana mungkin aku merusak rumah tangganya." ucapan Amel terdengar hati-hati, ia juga bersiap diri jika bosnya ngamuk ia akan langsung lari.
Dan benar saja, mendengar itu mata Danil seperti ingin keluar dari kelopaknya. Menatap tajam pegawai sekaligus mak comblang nya itu dengan tatapan yang mematikan.
"Aku tidak akan meminta bantuanmu jika wanita itu bukan Ara. Kau pikir kerjamu bagus untuk mendekatkan aku dengan wanita? Aku hanya ingin Ara. Jika kau tidak bisa membantuku aku akan cari orang lain kalau begitu. Bersiap saja kau kehilangan pekerjaanmu."
Mata Amel terbelalak. Ia tidak mau kehilangan pekerjaannya. Mencari pekerjaan dengan ijazah seadanya akan sulit di luar sana.
"Jangan dong bos! Aku akan bantu sebisaku. Tapi tolong jangan pecat aku!" Danil tersenyum sinis mendengar Amel memelas. Ia tahu betul gadis ini begitu materialistis. Tapi yang membuat Danil sedikit bangga, Amel tak berpikir untuk melakukan pekerjaan yang hina untuk mencukupi kebutuhannya.
"Baiklah, kasih tahu aku jika Ara memberi kabar! Apapun itu." perintah Danil yang tak ingin di bantah.
Dengan helaan nafas panjang Amel akhirnya mengiyakan. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam Amel sungguh meminta maaf pada sahabatnya. Amel tak berniat untuk merusak rumah tangganya.
Lelaki yang menjadi bosnya itu sungguh gila, jika ia menyuruh orang lain untuk mengusik rumah tangga Ara, justru akan lebih berbahaya. Amel akan berusaha agar bosnya itu sadar dengan kesalahannya.
Amel pamit undur diri untuk kembali bekerja. Dan di sinilah sekarang ia berada. Di sebuah dapur kecil tempat koki membuat masakan pesanan pelanggan. Semenjak menjadi orang kepercayaan Danil sebagai penasehat cintanya. Amel naik pangkat dari pekerjaannya sebagai pelayan.
Walaupun masih belajar ia disuruh untuk membuat makanan penutup atau dessert untuk sekedar camilan. Amel memang punya bakat untuk membuat kue dan sejenisnya.
Hal itu yang membuat Danil ingin menjadikan bakat pegawainya lebih berkembang di tempat usahanya.
"Pagi-pagi udah cemberut. Lagi kesel ya? Sampai-sampai adonan jadi pelampiasan." ucapan sindiran dari seorang rekan kokinya membuat Amel mendongakkan pandangan.
Bibirnya yang cemberut semakin mengerucut. "Aku lagi kesel sama si bos." seru Amel beralih lagi fokus pada adonannya.
"Dimarahin lagi? Salah siapa telat terus." cebik rekan kerja yang bernama Dino itu.
"Bukan mau ku, aku kan pakai sepeda jadi wajarlah kalau lama."
"Alasan saja, bisa aja kan kamu bangunnya lebih pagi, atur waktunya agar kamu bisa datang lebih awal." ujar Dino menasehati. Memang benar bukan? Gadis ini saja yang tidak bisa disiplin dengan pekerjaan.
"Ish ... kau sama saja dengan dia. Aku baru beberapa kali terlambat. Karena aku belum terbiasa dengan jarak kontrakan baruku yang tidak dekat. Ngerti gak sih?"
Dino tersenyum tipis, sebenarnya ia hanya ingin menggoda gadis yang mempunyai wajah begitu manis.
"Iya aku tahu, aku kan cuma bercanda. Jangan marah! Sini aku bantu!"
Di beri tawaran seperti itu Amel tersenyum kecil seakan mendapatkan ide untuk sebuah kejahilan. Tidak ada salahnya kan meluapkan kekesalan dengan menjahili teman. Setidaknya pekerjaannya bisa lebih ringan.
Amel menyodorkan sebuah penggiling kue yang terbuat dari kayu pada Dino. "Lanjutkan pekerjaanku! Buat adonannya jadi pipih! Aku mau menyiapkan whipping cream dan buah mangga untuk isian nya." serunya dengan nada memerintah.
Dino terperangah, cepat sekali gadis ini memberikan responnya. Di kira Amel bakal pura-pura jaim untuk menolak tawaran seseorang yang sudah membuatnya kesal seperti gadis-gadis pada umumnya.
***
Bersambung dulu ya... Jangan kasih like dan komentarnya ya nak-anak. Sama star 5 bintang nya sebagai permulaan. Biar ratingnya cepat naik. Dan novel baru amih ini bisa di Terima oleh pihak admin.
...****************...
To be continue
Bos yang katanya tampan tapi terobsesi sama satu perempuan. 🤔🤔
Makasihh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
🕊️
Semangat ka amy 👍🏻
2021-10-11
1
Yuli Herawati
semangat mih🥰💪💪💪
2020-12-19
0
Retina Bocahe Klinthink
semangat amel
2020-12-19
0