Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua

Dua minggu berlalu sejak Gaitsa memergoki suaminya sedang bersama wanita lain. Dan sejak saat itu juga ia pindah ke apartement-nya sendiri. Tidak ada satu pun yang mengetahui tempat itu, termasuk orang-orang dari Dewara Grup.

Gaitsa pikir waktu selama dua minggu cukup untuk menenangkan hatinya, tapi ketika melihat lagi pria tampan yang sudah memporakporandakan hatinya duduk angkuh sembari menyilangkan kaki di hadapannya, Gaitsa kembali mengingat luka yang menggerogotinya.

"Jadi, setelah kabur dari rumah, kamu mau apa sekarang? Aku tidak punya waktu, cepat katakan urusanmu."

Tidak ada kekhawatiran. Pria di hadapan Gaitsa masih tidak berperasaan seperti biasa. Gaitsa sempat berharap mungkin saja Ravendra akan menanyakan keadaannya, di mana ia tinggal dan kenapa meninggalkan rumah.

Hal-hal berbentuk kekhawatiran meski secuil saja dari pria itu mungkin akan mengubah keputusan Gaitsa. Nyatanya, netra cokelat itu tetap sama dingin dan penuh amarah seperti biasa.

Dua bulan, usia yang sangat muda untuk sebuah pernikahan, tapi mau bagaimana lagi, mereka tidak bisa terus berada dalam sebuah hubungan hanya dengan status ‘suami-istri’. Padahal Gaitsa sempat berharap pernikahannya akan baik-baik saja meski mereka tidak saling mencintai, selama bisa berkompromi dan diskusi tentang apa pun masalahnya. Tapi ternyata harapan itu pupus begitu saja. Gaitsa menarik napas berat sebelum menyodorkan map merah muda berisi gugatan cerai yang sudah ditandatangani olehnya.

"Aku ingin bercerai," ucap Gaitsa tegas, tangannya di bawah meja saling meremat kuat. "Tidak mungkin bercerai saat usia pernikahan masih dua bulan, jadi aku menulis tanggal satu tahun dari sekarang."

Ravendra menarik surat yang disodorkan Gaitsa, membacanya sekilas sebelum membubuhkan tanda tangan. Sudah bisa ditebak, Ravendra tidak menanyakan apa pun.

"Sudah kutandatangani. Selesai, kan? Bisa aku pergi sekarang?" Ravendra yang memang sejak kedatangannya terlihat sedikit gelisah dan terus saja melirik ponselnya, kembali menyodorkan berkas perceraian setelah selesai membubuhkan tanda tangan.

Kelegaan yang sedikit terlihat di wajah pria itu membuat tangan Gaitsa gemetar. Berbanding terbalik dengan perasaannya yang remuk redam, Gaitsa tersenyum, terlihat angkuh dan tegas di tatapan Ravendra, sama seperti biasa.

"Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan Muda Ravendra."

Gaitsa berusaha menahan perasaan kecewa yang lagi-lagi memenuhi hatinya hingga terasa menyesakkan saat Ravendra langsung pergi tanpa mengatakan apa pun lagi.

"Apa karena wanita itu, kekasihmu, yang memintamu untuk tidak pergi terlalu lama?" Gaitsa tidak bisa menahan air mata yang kembali jatuh.

Haah ... Gaitsa menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia baru akan berdiri setelah mengambil map merah muda dari atas meja sebelum dunianya terasa berputar. Wanita itu kembali duduk, menahan mual dan pusing yang tiba-tiba menyerang.

Akhir-akhir ini kondisi tubuhnya kurang baik. Gaitsa merasa lebih cepat lelah, napasnya kadang berat, belum lagi pusing dan mual yang datang tanpa peringatan. Gaitsa juga tidak bisa makan dengan benar selama dua minggu terakhir.

Gaitsa tidak tahu alasan sakitnya, entah karena perlakuan Ravendra atau akibat sulit mencerna makanan, tapi rasanya mustahil ia sakit hanya karena memikirkan masalah pernikahan dan suami yang berselingkuh.

"Aku harus ke dokter dulu," lirihnya saat rasa pusing juga ikut mendera.

Satu jam kemudian, Gaitsa sampai di UGD, tapi setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter yang ditemui Gaitsa malah mengernyitkan dahi dan tersenyum, sebelum merujuknya ke bagian obgyn. Apa hubungannya sakit kepala dan mual yang Gaitsa rasakan dengan dokter kandungan?

Gaitsa cemas. Berbagai pikiran negatif memenuhi kepalanya. Bagaimana kalau ketakutan yang tiba-tiba menghampirinya benar-benar terjadi?

"Hasilnya sudah keluar, Nyonya Gaitsa."

Gaitsa menelan ludah setelah dokter kandungan yang memeriksa sebelumnya menerima kertas dari salah seorang perawat.

"Wah, selamat, Nyonya Gaitsa! Hasilnya positif," ucap lembut wanita berseragam putih, menatap penuh perhatian pada Gaitsa. "Anda hamil," katanya seraya tersenyum.

Hamil. Gaitsa masih menatap linglung pada wanita berkaca mata di hadapannya. Satu kata yang diucap wanita itu dengan senyum lembut membuat Gaitsa mempertanyakan kesehatan telinganya sendiri. Apa ia salah dengar?

"Maksudnya ... hamil? Benar-benar hamil yang itu?" Gaitsa menanyakan berulang meski sudah mendapat jawaban yang sama. "Ada bayi di perutku? Bagaimana bisa?"

Wanita berkacamata itu mulai mengernyitkan kening pada reaksi Gaitsa. "Masih berupa janin lebih tepatnya," ucapnya seraya menghapus pikiran negatif. "Tentu saja bisa jika Anda melakukan hubungan intim tanpa menggunakan pengaman," lanjutnya memberi pengertian.

Gaitsa memijat kening, mengingat malam yang ia habiskan bersama Ravendra di malam pertama pernikahan mereka. Memangnya pria itu tidak pakai pengaman? Gaitsa tidak punya pengalaman tentang itu, jadi tidak sempat berpikir soal pengaman dan lainnya.

"Apa Anda akan menggugurkannya?"

Pertanyaan yang dilayangkan penuh kehati-hatian itu membuat Gaitsa mendongak.

"Anda terlihat tertekan setelah mendengar tentang kehamilan, jadi saya pikir Anda mungkin ingin menggugurkannya. Saya tidak bermaksud ikut campur, tapi di luar sana ada banyak sekali perempuan yang menginginkan seorang anak. Daripada menggugurkannya, bukankah lebih baik menyerahkannya untuk diadopsi orang lain setelah ia lahir?"

Gaitsa termenung. Ia tidak pernah berpikir akan memiliki anak, apalagi dalam kondisi baru saja bercerai. Lalu, apa Gaitsa memiliki keberanian untuk menggugurkan kandungannya? Kalau memilih melahirkannya, apa yang akan dikatakan orang-orang, teman-teman kantornya, tentang status bayi ini?

Ah ... benar! Perceraiannya dan Ravendra belum terjadi. Masih ada waktu satu tahun untuk melahirkan bayi dengan status jelas sebagai istri seseorang.

"Aku tidak berniat menggugurkannya," ucap Gaitsa seraya menguatkan hati. "Terima kasih sudah mengingatkan."

Gaitsa mengelus perutnya yang masih rata, tangannya gemetar dan berkeringat dingin. Gaitsa tidak tahu rasanya punya orang tua, jadi bagaimana ia harus mempelakukan anaknya nanti?

***

"Huweekk! Ugh!" Gaitsa terduduk di depan kloset, setelah lagi-lagi memuntahkan seluruh isi perutnya. Rasa mual dan pening yang mendera kepalanya membuat wanita itu bersandar lemas di dinding kamar mandi.

"Apa rasanya memang sesulit ini?" Gaitsa bergumam, air mata perlahan membanjir di pipinya saat lagi-lagi kepalanya berdenyut sakit.

Dokter bilang untuk menelepon kapan pun Gaitsa membutuhkan saran. Meski begitu, kesulitan tidak bisa makan apa pun tidak bisa dicari solusinya. Gaitsa sudah minum susu khusus, ia memilih rasa stroberi yang baunya tidak terlalu menyengat dibanding coklat atau vanila, tapi tetap saja nihil.

Semua makanan atau minuman yang Gaitsa telan akan dimuntahkan lagi. Katanya ini adalah gejala umum bagi wanita yang tengah hamil. Gaitsa hanya tidak pernah berpikir rasanya akan sangat sulit. Sudah menderita seperti ini pun, dokter bilang bahwa kondisi Gaitsa jauh lebih baik dari wanita lainnya.

Gaitsa sudah mendengar bahwa trimester pertama memang yang paling rentan dan sulit. Kondisi akan membaik seiring bertambahnya usia kandungan.

"Tapi, rasanya aku tidak sanggup lagi." Suara Gaitsa gemetar ketika memeluk lutut. Wanita itu menggigit bibir, perasaan yang selama ini selalu ia abaikan membuat air matanya kembali luruh.

Ia kesepian. Sekelebat wajah seseorang mampir di kepalanya, sosok gagah dan tampan yang bibirnya selalu membentuk garis lurus. Pria tanpa perasaan yang telah mengoyak pernikahan mereka menjadi tidak berbentuk.

Meski begitu, Gaitsa merindukannya. Ia menginginkan Ravendra di sisinya, menerima pelukan dan usapan lembut serta kata-kata yang menenangkan setiap kali Gaitsa memuntahkan makanannya di kamar mandi.

Sebuah harapan yang mustahil terjadi. Perasaan lemah yang harusnya tidak pernah Gaitsa rasakan.

"Hormon sialan!" Gaitsa mengumpat di tengah tangisnya, masih memeluk lutut dengan tubuh lemas.

"Kenapa aku harus mengalami ini sendirian? Kenapa selalu aku?"

Gaitsa berdiri setelah menghapus kasar jejak air mata di pipinya, melangkah cepat menuju nakas kecil di sisi ranjangnya, membuka laci terbawah dan mengeluarkan map merah muda berisi surat-surat perceraian.

Wanita yang wajah cantiknya terlihat redup dengan cekung di bawah mata itu menuju dapur, menghidupkan kompor dan meletakkan berkas yang dibawanya ke atas api, membiarkan kertas-kertas itu terlahap menjadi abu.

Gaitsa menderita sendirian, kesulitannya menelan makanan, rasa mual dan pusing, perubahan emosi dan kelelahan mental lainnya membuat wanita itu bertekad.

"Tidak akan kubiarkan orang itu mengenal bayiku!"

Setelah melempar berkas perceraiannya ke dalam api, Gaitsa memutuskan untuk keluar apartement, berjalan-jalan di taman, menghirup udara demi menenangkan hatinya. Gaitsa menarik napas panjang, menghirup udara seraya netra gelapnya memandang langit malam, kosong, sama seperti binarnya. Tidak ada bintang yang terlihat, seolah mengejek Gaitsa bahwa tidak ada juga cahaya untuknya.

"Kita akan hidup bahagia meski cuma berdua, Nak. Kamu akan jadi orang paling beruntung di dunia meski hanya punya seorang ibu." Gaitsa bergumam seraya mengelus perut, tersenyum lembut meski embun kembali menggenang di pelupuk matanya.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

semangat terus ya👍

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Status
2 Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua
3 Tidak Berubah Pikiran
4 Hasil Sidang
5 Bertahan Demi Biyu
6 Pak Presdir
7 Sentuhan Kecil
8 Aku Ibunya!
9 Mimpi Masa Lalu
10 Bayi yang Ditolak
11 Fakta Aneh yang Terungkap
12 Hal-hal yang Disembunyikan
13 Ingatan Asing
14 Dua Fakta Berbeda
15 Pastikan Tidak Terjadi Skandal!
16 Kembali Diperbudak Pekerjaan
17 Sebuah Nama
18 Skandal yang Terungkap
19 Istri Rahasia Presdir
20 Proposal Dadakan
21 Konferensi Pers
22 Panggilan Video
23 Main
24 Kejutan!
25 Lukisan
26 Wanita Itu
27 Pegawai Baru
28 Gaitsa
29 Direktur Baru
30 Tentang Laporan
31 Sebuah Kisah
32 Bisikan di Antara Kebisingan
33 Pekerjaan Baru
34 Malaikat Pembuat Teh
35 Gara-gara Kopi
36 Kabar
37 Hal Tak Terlupakan
38 Kejadian di Depan Pintu
39 Mencari Ravendra
40 Hanya Ada Satu
41 Zhian
42 Duka Seorang Ibu
43 Ayah Kandung Zhian
44 Bersama Yasa
45 Seorang Ibu
46 Penderitaan Seorang Ibu
47 Bayangan di Balik Bayangan
48 Semakin Rumit
49 Sakit
50 Mimpi
51 Kediaman Zaidan
52 Cemburu
53 Nyonya Erena
54 Rumah
55 Trauma
56 Pesta Penyambutan
57 Firasat
58 Peringatan
59 Sapaan Hangat
60 Tentang Dia
61 Di Balik Layar
62 Tentang Rindu
63 Pulang
64 Seorang Ayah
65 Tuan Putri
66 Keluarga Ardian
67 Reuni
68 Cerita
69 Keluarga Lengkap
70 Mimpi Buruk
71 Pagi di Kediaman Zaidan
72 Menelpon Gaitsa
73 Kembali Pada Rutinitas
74 Bicara
75 Menjenguk Erika
76 Foto
77 Wanita Iblis
78 Obrolan Tengah Malam
79 Keputusan Erika
80 Pertemuan
81 Dari Hati ke Hati
82 Teman
83 Nona Eirin
84 Kecewa
85 Hukuman
86 Perasaan Tidak Nyaman
87 Melepas Rindu
88 Amplop Tanpa Nama
89 Alasan
90 Bertamu
91 Kekhawatiran Tak Berguna
92 Bab Kehidupan
93 Keegoisan dan Cemburu
94 Sebuah Panggilan
95 Kekasih Seseorang
96 Bukan Sinetron
97 Hadiah
98 Boneka Kelinci
99 Mimpi Tak Penting
100 Diskusi
101 Masalah yang Berputar
102 Rencana yang Gagal
103 Double Date
104 Kenyataan Pahit
105 Situasi Rumit
106 Jalan-jalan Sore
107 Bagian Takdir
108 Taman Bermain
109 Surat Kaleng
110 Find Me
111 Ingatan yang Hilang
112 Skandal Kedua
113 Gangguan
114 Pesan dari Erika
115 Potongan Ingatan
116 Hilang
117 Gadis Kesayangan
118 Berlari
119 Bukan Matahari
120 Jawaban Anda Benar
121 Ingatan Masa Kecil
122 Sebuah Janji
123 Alasan Agar Berdua
124 Tamu Tengah Malam
125 Dei
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Sebuah Status
2
Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua
3
Tidak Berubah Pikiran
4
Hasil Sidang
5
Bertahan Demi Biyu
6
Pak Presdir
7
Sentuhan Kecil
8
Aku Ibunya!
9
Mimpi Masa Lalu
10
Bayi yang Ditolak
11
Fakta Aneh yang Terungkap
12
Hal-hal yang Disembunyikan
13
Ingatan Asing
14
Dua Fakta Berbeda
15
Pastikan Tidak Terjadi Skandal!
16
Kembali Diperbudak Pekerjaan
17
Sebuah Nama
18
Skandal yang Terungkap
19
Istri Rahasia Presdir
20
Proposal Dadakan
21
Konferensi Pers
22
Panggilan Video
23
Main
24
Kejutan!
25
Lukisan
26
Wanita Itu
27
Pegawai Baru
28
Gaitsa
29
Direktur Baru
30
Tentang Laporan
31
Sebuah Kisah
32
Bisikan di Antara Kebisingan
33
Pekerjaan Baru
34
Malaikat Pembuat Teh
35
Gara-gara Kopi
36
Kabar
37
Hal Tak Terlupakan
38
Kejadian di Depan Pintu
39
Mencari Ravendra
40
Hanya Ada Satu
41
Zhian
42
Duka Seorang Ibu
43
Ayah Kandung Zhian
44
Bersama Yasa
45
Seorang Ibu
46
Penderitaan Seorang Ibu
47
Bayangan di Balik Bayangan
48
Semakin Rumit
49
Sakit
50
Mimpi
51
Kediaman Zaidan
52
Cemburu
53
Nyonya Erena
54
Rumah
55
Trauma
56
Pesta Penyambutan
57
Firasat
58
Peringatan
59
Sapaan Hangat
60
Tentang Dia
61
Di Balik Layar
62
Tentang Rindu
63
Pulang
64
Seorang Ayah
65
Tuan Putri
66
Keluarga Ardian
67
Reuni
68
Cerita
69
Keluarga Lengkap
70
Mimpi Buruk
71
Pagi di Kediaman Zaidan
72
Menelpon Gaitsa
73
Kembali Pada Rutinitas
74
Bicara
75
Menjenguk Erika
76
Foto
77
Wanita Iblis
78
Obrolan Tengah Malam
79
Keputusan Erika
80
Pertemuan
81
Dari Hati ke Hati
82
Teman
83
Nona Eirin
84
Kecewa
85
Hukuman
86
Perasaan Tidak Nyaman
87
Melepas Rindu
88
Amplop Tanpa Nama
89
Alasan
90
Bertamu
91
Kekhawatiran Tak Berguna
92
Bab Kehidupan
93
Keegoisan dan Cemburu
94
Sebuah Panggilan
95
Kekasih Seseorang
96
Bukan Sinetron
97
Hadiah
98
Boneka Kelinci
99
Mimpi Tak Penting
100
Diskusi
101
Masalah yang Berputar
102
Rencana yang Gagal
103
Double Date
104
Kenyataan Pahit
105
Situasi Rumit
106
Jalan-jalan Sore
107
Bagian Takdir
108
Taman Bermain
109
Surat Kaleng
110
Find Me
111
Ingatan yang Hilang
112
Skandal Kedua
113
Gangguan
114
Pesan dari Erika
115
Potongan Ingatan
116
Hilang
117
Gadis Kesayangan
118
Berlari
119
Bukan Matahari
120
Jawaban Anda Benar
121
Ingatan Masa Kecil
122
Sebuah Janji
123
Alasan Agar Berdua
124
Tamu Tengah Malam
125
Dei

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!